Terserang kanker di usia muda memang berat, namun banyak di antaranya
yang masih memiliki harapan untuk sembuh dan hidup lebih lama. Mereka
lantas dihadapkan pada masalah lain.
Penelitian terbaru yang
dipublikasikan dalam jurnal JAMA Oncology menyebut, wanita penyintas
kanker yang dialami di usia 15-39 tahun berisiko tinggi untuk mengalami
komplikasi saat mengandung maupun melahirkan.
Fakta ini diperoleh
dari pengamatan peneliti dari University of North Carolina terhadap
2.598 wanita yang mengidap kanker saat remaja lalu melahirkan, atau
mereka yang terdiagnosis kanker saat sedang berbadan dua.
Komplikasi
yang banyak ditemui peneliti adalah kelahiran prematur dan berat lahir
bayi yang rendah. Risiko penyintas kanker untuk mengalami keduanya lebih
tinggi ketimbang wanita yang belum pernah menjalani pengobatan kanker.
Jenis
komplikasi yang dialami dengan jenis pengobatan yang dijalani juga
ditemukan berkaitan. Misalnya pada partisipan yang menjalani kemoterapi
tanpa radiasi, maka risiko komplikasi yang banyak ditemukan adalah
kelahiran prematur. Pun dengan mereka yang melahirkan secara caesar.
Sedangkan
wanita yang menjalani kemoterapi karena limfoma non-Hodgkin dan kanker
payudara berpeluang lebih besar untuk melahirkan secara prematur atau
memiliki bayi dengan berat lahir rendah.
Kesemua risiko ini
berlaku baik bagi mereka yang didiagnosis kanker saat sedang hamil
maupun yang telah berhasil sembuh dari kanker bertahun-tahun kemudian,
meski yang didiagnosis kanker saat hamil tetap dianggap memiliki risiko
tertinggi.
Namun yang menjadi perhatian peneliti adalah banyaknya
pasien kanker wanita yang tidak menyadari jika pengobatan kankernya
akan mempengaruhi peluang kehamilannya kelak.
"Banyak yang
terkejut, jadi menurut kami, yang terpenting sekarang adalah memberikan
wawasan kepada pasien tentang kemungkinan ini," kata salah satu
peneliti, Dr Ellie Ragsdale dari University Hospitals Cleveland Medical
Center seperti dilaporkan ABC News.
Di antaranya memberikan
edukasi sebelum pengobatan diberikan dan mendiskusikan upaya untuk
memunculkan peluang kehamilan di masa depan atau ketika kankernya
berhasil disembuhkan.
Baca juga: Derajat Keparahan Endometriosis Pengaruhi Cara Pasutri 'Mendapat' Momongan
dr
Muhammad Nurhadi Rahman, SpOG dari RSUP Dr Sardjito Yogyakarta
mengamini jika radioterapi dan kemoterapi dikatakan dapat menyebabkan
kerusakan sel telur. Namun seiring dengan perkembangan teknologi, ada
tindakan yang bisa dilakukan untuk 'menyelamatkan' organ reproduksi
mereka.
"Ada namanya 'fertility preservation'. Ada beberapa yang
menggunakan obat-obatan untuk menyelamatkan indung telur, ada yang
menggunakan operasi untuk memindahkan indung telur supaya tidak terkena
saat dilakukan radiasi," ungkapnya kepada detikHealth beberapa waktu
lalu.
Namun pria yang akrab disapa dr Adi tersebut mengatakan,
ada beberapa pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan sebelum
maupun sesudah kemoterapi dan radioterapi, untuk memastikan kondisi
ovarium atau indung telur tetap baik.
"Dan yang terpenting
pastikan dulu stadium kankernya memang masih memungkinkan untuk
dipertahankan tidak indung telur dan rahimnya. Kalau kankernya sudah
stadium lanjut, rahim mungkin sudah tidak bisa dipertahankan, tapi
indung telurnya mungkin masih bisa," lanjutnya.
studi kanker dan peluang kehamilan
Written By iqbal_editing on Selasa, 28 Maret 2017 | 07.21
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar