Di usia 6 bulan, anak sudah bisa mengalami anemia. Untuk mencegah
terjadinya anemia pada anak, pemenuhan zat besi sejak ibu mengandung
penting dilakukan.
Seperti penuturan ketua Perhimpunan Dokter
Gizi Medik Indonesia (PDGMI) Prof Dr Endang L Achadi, di usia 6 bulan
anak sudah bisa anemia dan jika sampai usia 2 tahun kondisinya tidak
segera ditangani, berbagai risiko bisa dialami anak. Normalnya, kadar Hb
pada balita yakni 11 gram/dl.
"Itu akan bersifat permanen,
diikuti penurunan IQ 10-12 poin. Maka, kalau anak anemia harus segera
diatasi. Gejala anemia sama saja pada anak. Dia mudah letih, lemas,
lesu, kalau pucat itu berarti sudah berat anemianya," tutur Prof Endang
di sela-sela Konferensi Pers 'Indonesia Bebas Anemia' di Hotel
Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Rabu (29/3/2017).
Untuk mencegah
anak anemia, Prof Endang menekankan bahwa ibu hamil tidak boleh
mengalami defisiensi zat besi. Pasalnya, ketika ibu hamil mengalami
defisiensi zat besi, maka si bayi juga akan mengalami kondisi serupa.
Nah, ketika bayi lahir dalam kondisi kekurangan zat besi, kata Prof
Endang, dia akan mudah terkena anemia.
Agar ibu tidak kekurangan
zat besi, maka perlu mengonsumsi makanan kaya zat besi, pastinya dengan
prinsip asupan gizi seimbang. Jika hendak melakukan pemeriksaan kadar
Hemoglobin (Hb) untuk menentukan anemia atau tidak menurut Prof Endang
boleh-boleh saja.
Baca juga: Tak Cuma Anemia, Kurang Zat Besi Saja Tubuh Mudah Lesu
"Atau
kalau mau konsumsi tablet tambah darah (TTD). Program pemerintah kan
sudah ada juga, ibu hamil diberi TTD setiap hari. Ini nggak bahaya.
Sebab, tubuh punya autoregulasi. Kalau sudah cukup zat besinya dan ada
asupan, akan dibuang. Tapi kalau kurang, akan diserap," tutur Prof
Endang.
Selain itu, lanjut Prof Endang, anemia pada anak juga
bisa terjadi karena faktor genetik. Misalnya, yang bersangkutan mengidap
thalassemia sehingga memperbesar risiko pecahnya sel darah merah.
Mencegah
kekurangan zat besi pada ibu hamil bisa dilakukan sejak remaja putri.
Di mana tiap satu bulan sekali ia diberi suplemen zat besi. Memang, bisa
ada efek berupa rasa tidak nyaman di perut, sakit, mual, atau feses
berwarna hitam.
"Tapi ini tidak bahaya ya. Bisa diakali dengan
mengonsumsi suplemennya malam sebelum tidur jadi kan nggak terasa
efeknya," kata Prof Endang.
Bac
Dikutip
dari situs resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), gejala yang
paling sering ditemukan jika anak kekurangan asupan zat besi yakni pucat
yang berlangsung lama (kronis) dan dapat ditemukan gejala komplikasi
seperti lemas, mudah lelah, mudah infeksi, menurunnya daya tahan tubuh
terhadap infeksi dan gangguan perilaku.
"Sudah telat sebenarnya
jika anak sudah tampak pucat. Segera bawa ke dokter, cek darah sambil
tetap evaluasi sumber zat besi yang biasa diberikan pada anak. Berikan
sumber zat besi seperti hati dan daging sapi misalnya 2-3 kali dalam
seminggu, dengan porsi masing-masing minimal 75-100 gram," kata dr Yoga
Devaera, SpA(K) dari RSIA Brawijaya Kebayoran Baru, beberapa waktu lalu.
Fungsi
zat besi bagi tubuh yang paling penting adalah dalam perkembangan
sistem saraf. Oleh sebab itu, kekurangan zat besi sangat memengaruhi
fungsi kognitif, tingkah laku dan pertumbuhan seorang bayi.
Pada
anak usia 1 hingga 2 tahun, defisiensi zat besi bisa disebabkan oleh
beberapa hal. Selain karena tidak mendapat makanan tambahan yang
memadai, kekurangan zat besi juga bisa muncul karena anak minum susu
murni berlebih, obesitas dan memang kebutuhannya yang kian meningkat
karena adanya infeksi berulang.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar