Salah satu cara ampuh menenangkan anak yang menangis
yakni memberi mereka permen, es krim, atau sesuatu yang manis yang
notabene disukai anak. Jika Ayah dan Ibu kerap melakukan itu, ada risiko
yang bisa terjadi lho.
Menurut studi yang dilakukan di Norwegia
baru-baru ini, ketika makan permen, cokelat, atau es krim untuk
mengatasi suasana hati yang tidak baik, secara tidak sadar seseorang
sudah memberi reward untuk otak. Nah, ketika hal ini sering dilakukan,
asupan kalori akan lebih banyak bahkan ketika seseorang tidak
membutuhkannya.
"Hal ini juga berlaku pada anak-anak. Kebiasaan
seperti itu bisa memicu emotional eating yang kita ketahui bisa
berpengaruh pada risiko obesitas kelak. Jika kita tahu bagaimana
terbangunnya emotional eating pada anak-anak, setidaknya orang tua bisa
melakukan pencegahan," tutur salah satu peneliti, Dr Silje Steinsbekk
yang juga associate professor of psychology di Norwegian University of
Science.
Dalam studinya, Steinsbekk dan tim mengamati kebiasaan
makan 801 anak usia 4 tahun. Kemudian, si anak diamati kembali saat
usianya 8 dan 10 tahun. Diketahui, anak yang orang tuanya sering
menjadikan makanan sebagai penenang si kecil, lebih sering mengalami
emotional eating di kemudian hari.
Baca juga: Lucu! Bayi Ini Langsung Berhenti Menangis Saat Cium Baju Ibunya
Sebaliknya,
ketika anak jarang diberi makanan agar dia tenang, perilaku emotional
eating lebih sedikit dialami. Steinsbekk mengingatkan emotional eating
bukan diturunkan, tetapi dipengaruhi lingkungan. Sehingga, anak juga
bisa mengembangkan emotional eating ketika melihat ayah dan ibunya
melakukan hal itu.
"Kami sarankan lebih baik peluk anak ketika
dia menangis atau sedih, ketimbang memberinya permen, cokelat, atau es
krim. Cara ini mungkin berhasil tapi akan ada efek negatif di kemudian
hari," kata Steinsbekk, dikutip dari Essential Kids.
Saat anak
menangis, Steinsbekk lebih menyarankan Anda memangku anak, kemudian
bicara padanya. Tenangkan anak dengan mengajaknya bicara dari hati ke
hati dan hindari memberi makanan sebagai pelega suasana hati anak yang
sedang tidak baik.
Kepada detikHealth beberapa waktu lalu,
psikolog anak dari Tiga Generasi Anastasia Satriyo M.Psi., Psikolog
mengatakan jika anak ngambek, ajak ia bicara. Jangan sampai menjadi
pengalaman berulang jika anak ngambek, keinginannya akan dituruti. Hal
terpenting, orang tua membicarakan apa penyebab anak boleh atau tidak
boleh melakukan sesuatu.
"Kalau anak belum bisa diajak ngomong,
biarkan dia sebentar. Lalu katakan ke anak nggak masalah kalau dia
nangis atau kesal seperti itu. Tapi nanti ayah dan ibu akan mengajak dia
bicara. Pesan yang disampein ke anak adalah kita sayang ke mereka, tapi
kita nggak akan ngasih sesuatu yang memang nggak boleh. Patut diingat
juga bahwa nggak semua sesuatu yang dia mau bisa kita penuhi. Karena
pada prinsipnya ketika kita membelikan sesuatu ke anak, itu harus ada
tujuannya, ada ceritanya. Jadi anak punya rasa memiliki terhadap benda
itu," papar Anas.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar