Thalassemia merupakan penyakit langka yang menyebabkan kelainan pada
darah. Hal ini membuat pengidapnya anemia parah dan berisiko mengalami
pembesaran limpa dan hati. Mereka harus mendapat transfusi darah seumur
hidup.
dr Pustika Amalia Wahidayat, SpA(K), dari Divisi
Hematologi-Onkologi, Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia - RS Cipto Mangunkusumo, mengatakan pasien
thalassemia tidak bisa memproduksi sel darah merah yang baik. Karena
itu, mereka harus mendapatkan transfusi darah dari orang lain.
"Normalnya
sel darah merah itu pecah 120 hari. Tapi pada orang thalassemia,
pecahnya kurang dari 30 hari. Makanya mereka mengalami anemia parah,"
tutur dr Amalia, dalam temu media di Kementerian Kesehatan, baru-baru
ini.
Dikatakan
dr Amalia, hingga saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan
thalassemia. Karena itu untuk mencukupi kebutuhan sel darah merah,
pasien thalassemia harus mendapatkan tranfusi darah setiap bulan.
Namun
transfusi darah ini bukannya tak memiliki efek samping. Sering kali
pasien thalassemia yang melakukan transfusi darah satu bulan sekali
mengalami kelebihan zat besi. Jika dibiarkan, penumpukan zat besi ini
bisa berakibat fatal.
"Makanya kulit pasien thalassemia itu hitam
karena kelebihan zat besi. Zat besi juga bisa menempel pada endokrin
sehingga tidak bisa membentuk hormon, menyebabkan pengeroposan tulang
hingga gangguan irama jantung," tutur dr Amalia lagi.
Karena itu
pengobatan thalassemia mutakhir saat ini juga disertai dengan terapi
kelasi besi. Terapi kelasi besi merupakan metode di mana zat besi yang
berlebih dalam darah dibuang dengan menggunakan obat deferiprone,
deferasirox, atau desferrioxamine.
"Makanya dulu pasien
thalassemia banyak yang tidak sampai dewasa karena tidak mendapat
transfusi. Dan pengobatan terbaru saat ini dengan transfusi dan kelasi
besi mampu meningkatkan harapan hidup pasien thalassemia secara
signifikan," tutup dr Amalia.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar