Dalam beberapa kasus, ganja diklaim bisa mengatasi masalah kesehatan dan
diterapkan untuk keperluan medis. Namun dalam perkembangannya kini
ganja juga mulai dilihat sebagai sesuatu yang wajar untuk dipakai
sebagai bahan rekreasi.
Hal tersebut yang kemudian menjadi
perdebatan terutama dari segi kesehatan. Apakah ganja cukup aman dipakai
umum? Peneliti terus melakukan studi melihat apa saja yang mungkin bisa
ditimbulkan ganja ke otak.
Berikut hasil beberapa studi yang dirangkum detikHealth pada Sabtu (9/7/2016):
1. Gejala psikosis
Beberapa
studi menghubungkan penggunaan ganja dengan peningkatan kejadian
psikosis, istilah medis untuk kumpulan gejala hilangnya persepsi dengan
dunia nyata. Contoh dari hal ini seperti halusinasi atau paranoia.
Dalam
sebuah analisis yang dipublikasi di jurnal Schizophrenia Bulletin,
peneliti melihat 67 ribu orang dan menemukan mereka yang rutin
menggunakan ganja lebih mungkin untuk didiagnosa dengan kondisi
kesehatan mental. Satu kondisi yang disebut adalah schizophrenia.
"Secara
garis besar, bukti dari studi-studi epidemiologi memberikan bukti kuat
yang memperingatkan sebagai pesan kesehatan publik bahwa ganja bisa
meningkatkan risiko untuk gangguan psikotik," tulis laporan peneliti
dalam jurnal Biological Psychiatry tahun 2016.
2. Memengaruhi IQ
Studi
terbaru yang diterbitkan di Jurnal JAMA Internal Medicine mengatakan
kebiasaan mengisap ganja saat remaja membuat otak melemah di hari tua.
Akibatnya, kemampuan mengingat dan kecepatan berpikir otak semakin
menurun.
"Studi dilakukan kepada semua kalangan, pria dan wanita,
kulit hitam dan putih, pendidikan tinggi dan rendah. Hasilnya sama,
penggunaan ganja saat remaja akan berdampak pada otak di kalau tua,"
tutur Dr Reto Auer yang melakukan penelitian, dikutip dari CNN.
Studi
lain di Selandia Baru menunjukkan hal yang sama. Mereka yang
menggunakan ganja mengalami penurunan IQ (Intelligence quotient) secara
signifikan. Bahkan penggunaan ganja juga berpengaruh terhadap prestasi
sekolah.
Hasil studi menemukan mereka yang menggunakan ganja
sebelum berumur 17 tahun memiliki risiko 60 persen tidak menyelesaikan
pendidikan. Selain itu, mereka juga 7 kali lebih berisiko melakukan
bunuh diri dan 8 kali lebih berisiko menggunakan obat terlarang lain di
kemudian hari.
3. Perubahan volume otak
Menggunakan
ganja dalam jangka panjang kemungkinan dapat mengubah volume otak
seperti disebut dalam studi tahun 2014 di jurnal Proceedings of the
National Academy of Sciences.
Setidaknya pada 48 orang dewasa
yang menggunakan ganja tiga kali dalam sehari selama sembilan tahun,
otak mereka punya volume massa abu-abu (gray matter) yang lebih sedikit.
4. Pengaruhi sistem reward otak
Sistem
reward otak adalah bagian yang mengatur respon rasa senang, puas, dan
keingan seseorang terhadap sesuatu. Sebagai contoh misalnya rasa senang
mengonsumsi coklat, mendapat pujian, dan masih banyak lagi.
Ganja
dalam hal ini dilihat oleh studi memengaruhi sistem reward otak cukup
besar. Hasil pindaian otak pada partisipan yang telah menggunakan ganja
selama rata-rata 12 tahun menunjukkan aktivitas sistem yang lebih besar
dibandingkan dengan orang lain umumnya ketika melihat hal yang
berhubungan dengan ganja.
"Studi ini menunjukkan bahwa ganja
memengaruhi sistem reward alami otak dan membuatnya sebagai hal yang
sangat penting untuk pengguna berat," kata dr Francesca Filbey dalam
laporannya di jurnal Human Brain Mapping 2016.
5. Picu lapar
Menurut
studi yang dilakukan pada tikus pada tahun 2015 konsumsi ganja
tampaknya bisa memengaruhi neuron tertentu di otak yang mengatur rasa
lapar. Ini mungkin menjelaskan mengapa seseorang yang habis mengonsumsi
ganja seringnya merasa lapar.
Peneliti mengatakan pada tikus
penggunaan ganja terbukti dapat membuat aktif neuron rasa lapar mereka.
Studi lebih jauh diperlukan namun peneliti percaya potensi ini bisa
dikembangkan untuk mereka yang punya kondisi kehilangan nafsu makan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar