ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity Disorder) adalah suatu gangguan
pada perkembangan otak yang menyebabkan penderitanya menjadi hiperaktif,
impulsif, serta susah memusatkan perhatian. Faktor yang menyebabkan
ADHD adalah genetik dan keadaan saat kehamilan.
Sedangkan
penyakit jantung adalah penyakit terbanyak di Indonesia yang menyebabkan
angka kematian tertinggi. Banyak faktor yang menyebabkan sakit jantung,
satu di antaranya adalah gangguan bayi saat berada dalam kandungan.
Pada
saat masa kehamilan sebagian orang dapat dengan mudah mengalami
kecemasan, baik dalam jangka pendek atau jangkan panjang yang sering
disebut stres. Namun stres sangat tidak baik bagi janin yang
dikandungnya.
"Kami mengetahui dari studi epidemiologi sebelumnya
bahwa ada hubungan antara wanita yang telah melaporkan tingkat stres
yang tinggi pada saat masa kehamilan dan kemudian anaknya mengalami
perkembangan dengan kondisi seperti ADHD dan kardiovaskular," tutur
Pearl La Marca-Ghaemmaghami, seorang peneliti dari Universitas Zurich
yang dikutip dari Daily Mail.
Menurut
para peneliti Swiss, plasenta seorang ibu ditempatkan di bawah tekanan
besar untuk jangka waktu yang lama mengakibatkan keluarnya kortisol atau
biasa disebut hormon stres. Hal ini mempercepat pertumbuhan janin,
sehingga menimbulkan masalah pada kematangan organ vitalnya.
Ketika
seseorang merasa stres, tubuh melepaskan hormon untuk mengatasinya
seperti Corticotropin-Releasing Hormone (CRH), yang berakibat pada
peningkatan hormon stres. Akibatnya, sejumlah kecil hormon ini dapat
masuk ke dalam cairan ketuban dan berdampak pada pekembangan bayi.
Para
peneliti mengambil 34 wanita hamil yang sehat dan melakukan tes cairan
ketuban. Mereka menguji apakah stres jangka pendek menyebabkan pelepasan
hormon stres di plasenta. Para peneliti membandingkan tingkat kortisol
pada air liur ibu dengan tingkat CRH dalam cairan ketuban dan ternyata
tidak ditemukan adanya hubungan, yang berarti tidak ada peningkatan
risiko bahaya pada bayi.
"Bayi itu jelas terlindungi dari dampak
negatif jika terjadi tekanan jangka pendek pada ibu," kata Ulrike
Ehlert, seorang psikolog di universitas tersebut.
Namun, para
peneliti menilai tingkat stres jangka panjang ibu (yang diambil melalui
kuesioner) memiliki kaitan antara meningkatnya kadar CRH dalam cairan
ketuban mereka.
'Jika ibu stres untuk jangka waktu yang lebih lama, tingkat CRH pada cairan ketuban meningkat,' kata La Marca-Ghaemmaghami.
Sama
halnya seperti yang dikatakan oleh kata Susan Andrews, PhD, ahli
neuropsikologi klinis dan penulis buku "Stres Solutions for Pregnant
Moms: How Breaking Free From Stress Can Boost Your Baby's Potential"
bahwa stres yang benar-benar berbahaya adalah stres yang tidak hilang
atau terjadi secara konstan. Demikian dikutip dari WebMD.
Ia
menyarankan untuk mengatasi stres saat kehamilan dengan beberapa cara,
seperti bicara dengan dokter tentang apa yang menyebabkannya stres.
Kemudian secara bersama-sama mencari solusi, yang mungkin mencakup
meditasi, yoga prenatal, atau terapi bicara.
Atau dapat
menyanyikan satu dua buah lagu, karena musik membantu mengendalikan
kadar kortisol. Bersantai, mandi air hangat, dan minum secangkir teh
juga dapat membuat tubuh rileks dan mencegah stre
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar