Syekh Nono, seorang Kepala Desa (Kades) di Kabupaten Mojokerto
menggemparkan publik. Dalam sebuah video terlihat ia rebahan di atas
tumpukan uang pecahan Rp 50 ribu dan Rp 100 ribu.
dr Soetjipto,
SpKJ(K) dari RSUD Dr Soetomo mengatakan perilaku pria yang belakangan
diketahui bernama Suhartono tersebut merupakan hal biasa, sama halnya
dengan kebiasaan selfie yang dimiliki sebagian orang.
Namun ia tak bisa mengatakan apa pemicunya sebab menurutnya, segala hal dalam kehidupan bisa menjadi stressor (pemicu stres).
"Pada
dasarnya segala aspek kehidupan itu bisa menjadi stressor. Tak melulu
negatif, bisa juga positif, jadi ada banyak kemungkinan," terangnya saat
berbincang dengan detikHealth, Jumat (23/6/2017).
Meski identik
dengan musibah atau kemalangan, stressor (pemicu stres) sebenarnya juga
bisa berasal dari hal positif, seperti pada orang yang baru saja
memenangkan undian atau mendapatkan uang sebesar Rp 1 miliar.
Tetapi
dari pengamatannya, dr Cipto menilai Suhartono hanyalah memiliki
kepribadian ekstrovert yang cenderung suka pamer ataupun narsisistik
yang suka cari perhatian.
Kedua kondisi tersebut sudah cukup
mendorong Suhartono untuk memamerkan dirinya berada di tengah tumpukan
uang yang tidak diketahui milik siapa itu. "Tetapi kalau mau tahu
(motifnya, red), lebih baik ditanya dulu, imbuhnya.
Sedangkan
pada kasus pamer yang lebih buruk, ini juga bisa disebabkan oleh
gangguan waham, yang ditunjukkan oleh orang-orang yang merasa dirinya
raja atau mampu mendatangkan uang.
"Seperti Dimas Kanjeng itu.
Itu kayaknya ada indikasi gangguan waham, seperti merasa titisannya
siapa, punya kemampuan menggandakan uang, di samping ada faktor
kriminalnya," jelas pria yang juga Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis
Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) cabang Surabaya tersebut.
Terkait
dengan penampilannya yang nyentrik yaitu beranting dan bertato, dr
Cipto mengatakan ini juga tidak bisa mengindikasikan adanya gangguan
kejiwaan.
"Tato itu kan artinya macem-macem. Bisa karena dia suka seni atau bentuk identitas diri," ungkapnya.
Di
sisi lain, tato juga kerap menjadi sarana kompensasi ketika seseorang
merasa tak memiliki apapun yang bisa dibanggakan dari dirinya. "Jadi
supaya ditakuti orang atau membuat orang segan saja. Padahal kalau di
tes-tes kepribadian, mungkin dia ini sebenarnya minder," lanjutnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar