Dalam membicarakan aritmia, kita harus mengetahui asal ritme yang muncul
sehingga kita dapat menilai aritmia itu berasal dari mana.
I. RITME YANG BERASAL DARI NODUS SINUS 1-3,6,7.
Semua
irama yang berasal dari nodus sinus atrial mempunyai 2 karakteristik
yang harus dipenuhi untuk menghasilkan suatu irama sinus, yaitu ;
1. Gelombang P mendahului kompleks QRS dengan interval PR yang reguler.
2. Gelombang P positif pada lead II dan terbalik pada aVR.
Sinus Takikardi
Gambarannya :
Bila
didapati irama dasar dari EKG adalah sinus ritme dengan frekuensi
denyut jantung yang lebih cepat dari batas normal sesuai umur. Denyut
jantung lebih cepat dari 140 x/menit untuk anak dan lebih dari 170 x /
menit untuk bayi, ini bermakna untuk dikatakan sebagai suatu sinus
takikardi. Denyut jantung umumnya dibawah 200 x /menit untuk dikatakan
sebagai suatu sinus takikardi 1-3.
Penyebabnya :
Umumnya
penyebab dari takikardi pada anak dapat disebabkan oleh karena cemas/
ketakutan, demam, anemia, congestive heart failure (CHF), syok
hipovolemik yang sering diakibatkan oleh dehidrasi akibat diare maupun
muntah 2,9.
Penatalaksanaan :
Umumnya sinus takikardi
tidak memerlukan penatalaksanaan khusus. Tatalaksana dari sinus
takikardi ditujukan pada tatalaksana penyakit yang mendasarinya, sebab
takikardi umumnya adalah merupakan suatu mekanisme kompensasi untuk
mempertahankan curah jantung yang mencukupi.
Sinus Bradikardi
Gambarannya :
Didapati
irama dasarnya adalah sinus, namun frekuensi denyut jantung adalah
lebih lambat dari batas paling bawah denyut jantung sesuai umur. Denyut
jantung dibawah 80 x/ menit untuk bayi, dan dibawah 60 x / menit pada
anak sudah dapat dikatakan sebagai suatu sinus bradikardi 1-3.
Penyebabnya :
Sinus
bradikardi biasa terjadi pada orang normal atau pada atlit maupun pada
saat tidur 7. Bradikardi ini juga dapat muncul akibat stimulasi vagal,
peningkatan tekanan intrakranial, hipotermi, hipoksia, hiperkalemi,
ataupun akibat dari pemakaian obat-obatan seperti digitalis dan β-Bloker
1,2.
Penatalaksanaan
Bila sinus bradikardi tidak menimbulkan
keluhan bagi pasien, umumnya tatalaksana tidak diperlukan. Tatalaksana
ditujukan untuk mengatasi penyakit yang mendasarinya.
Sinus Aritmia
Gambarannya
Pada
sinus aritmia, didapati variasi dari denyut jantung, meningkat pada
saat inspirasi dan melambat pada saat ekspirasi. Hal ini dapat muncul
sebagai suatu gambaran dari sinus ritme 1-3,7.
Penyebabnya
Hal ini adalah fenomena normal dan berhubungan dengan pengaturan syaraf autonomic jantung pada saat fase respirasi 1,3,6.
Penatalaksanaan
Tidak ada pengobatan yang diindikasikan untuk kasus tersebut.
II. RITME YANG BERASAL DARI ATRIUM 1-3
Irama yang berasal dari atrium mempunyai karakteristi, yaitu :
3.
Gelombang P mempunyai bentuk yang tidak biasa, yang diakibatkan oleh
aksis P yang abnormal, dan atau adanya jumlah gelombang P yang abnormal
pada setiap kompleks QRS.
4. Kompleks QRS biasanya berbentuk normal, namun sering muncul kompleks QRS yang tidak biasa yang dapat disebabkan oleh aberans.
Atrial Flutter
Gambarannya :
Karakteristik
dari Atrial Flutter adalah adanya atrial rate yang terjadi sekitar 300
(antara 240 – 360) x / menit. Pada EKG didapati gambaran ”sawtooth”
dengan perbandingan antara gelombang P dengan QRS biasanya 4:1, 3:1,
2:1, dengan gambaran gelombang QRS biasanya normal 1-3,6,7.
Penyebab
Umumnya
atrial flutter pada anak disebabkan akibat adanya kelainan struktur
jantung, walaupun pada fetus dan neonatus dengan atrial flutter umumnya
memiliki struktur jantung yang normal. Penyebab lain yang dapat
menimbulkan atrial flutter antara lain seperti penyakit infeksi akut,
perikarditis, miokarditis, keracunan digitalis, dan dapat juga muncul
akibat adanya riwayat post operatif koreksi terutama yang melibatkan
atrium seperti koreksi Atrial Septum Defek (ASD), prosedur Mustard untuk
D-transposition of the great artery , atau prosedur Fontan 1,2,7,14.
Prosedur ini dapat menyebabkan atrial flutter karena adanya gangguan
pada sistem konduksi yang terjadi apabila terdapat jahitan luka melewati
septum atrium. Atrial flutter juga dapat terjadi pada Duschenne’s
muscular dystrophy serta trauma pada susunan syaraf pusat.
Penatalaksanaan:
Penatalaksanaan
dari atrial flutter dapat mencakup penatalaksanaan pada kondisi akut,
kronik, mengontrol rate, mencegah kejadian berulang 1.
1. Pada kondisi akut,
a.
Adenosin tidak dapat mengkonversikan aritmia menjadi sinus, walaupun
dapat membantu konfirmasi diagnosa dari atrial flutter dengan menghambat
konduksi AV.
b. Kardioversi dengan DC syncronize merupakan pilihan
untuk penatalaksanaan atrial flutter dengan durasi singkat, bila pasien
bayi atau anak dalam kondisi gagal jantung yang berat.
c. Temporary pacing juga ada tempat untuk dilakukan
d. Pada anak, pemberian injeksi amiodaron atau procainamide mungkin efektif untuk mengatasi atrial flutter.
2 . Pada kasus kronik
Dengan
pemberian antikoagulan, warfarin, dapat menunda untuk dilakukannya
kardioversi sampai 2 -3 minggu. Setelah kembali ke irama sinus,
pemberian antikoagulan dapat dilanjutkan sampai 3 – 4 minggu.
3. Rate kontrol
Untuk
mengontrol rate ventrikel, CCB merupakan pilihan. Propanolol juga
sama efektifnya. Pada waktu lalu, digoksin sering dipakai.
4 . Mencegah kekambuhan
Pemberian anti aritmia kelas I dan III, tampak berhasil dalam mencegah kekambuhan dari atrial flutter.
Atrial Fibrilasi.
Gambaran :
Karakteristik dari atrial fibrilasi
yaitu adanya gambaran kecepatan dari atrium yang ekstrim, berkisar 350 –
600 x / menit dan ritme yang muncul umumnya bersifat “irregularly
irregular”, dengan gambaran kompleks QRS yang normal.
Penyebab :
Atrial
fibrilasi (AF) jarang terjadi pada anak. Umumnya kejadian AF ini
berhubungan dengan gangguan dari susunan struktural jantung seperti pada
Rheumatik Heart Disease (RHD), Eibstein’s anomaly, atresia tricuspid,
ASD, adanya riwayat intra-atrial surgery. Tiroktosikosis, emboli
pulmonal, dan perikarditis juga merupakan keadaan yang mungkin dapat
menimbulkan atrial fibrilasi 1,4,5.
Penanganan 1
Penanganan dari atrial fibrilasi hampir menyerupai penanganan pada atrial flutter, yaitu :
1.
Jika atrial fibrilasi muncul lebih dari 48 jam, antikoagulan seperti
warfarin direkomendasikan diberikan selama 2 – 3 minggu untuk mencegah
kejadian emboli sistemik, jika konversi dapat ditunda. Pemberian
antikoagulan dapat dilanjutkan selama 3 – 4 minggu setelah irama sinus
dicapai. Jika kardioversi tidak dapat ditunda, maka pemberian injeksi
heparin dapat dimulai dan kardioversi dapat dilakukan jika nilai aPTT
berkisar 1,5 – 2,5 lebih besar dari kontrol dalam 5 -10 hari.
2. Propanolol, verapamil, maupun digoksin dapat diberikan untuk mengurangi rate ventrikel.
3.
Antiaritmia kelas I seperti quinidine, procainamide, flecainide dan
Kelas III seperti amiodaron juga ada tempat untuk diberikan.
4. Pada
pasien dengan kronik atrial fibrilasi, pemberian antikoagulan dapat
dipertimbangkan untuk mengurangi kejadian tromoemboli. Pada kasus
kronik, kontrol rate lebih meningkat penggunaannya dari pada konversi.
Supra Ventrikular Tachycardia
Gambaran
Supraventrikuler
Takikardi (SVT) adalah suatu aritmia yang paling sering dijumpai pada
bayi dan anak. Denyut jantung sangat cepat dan teratur. Biasanya denyut
jantung berkisar 240±40 x /menit, dengan gelombang P yang umumnya sulit
dinilai 1-8,13. Namun jika gelombang P dapat dinilai, akan didapati
aksis dari gelombang P yang tidak normal, dapat mendahului ataupun
mengikuti kompleks QRS. Durasi kompleks QRS umumnya normal.
Terdapat
tiga tipe SVT, yaitu tipe atrial takikardi, nodal takikardi, dan AV
reentrant takikardi 1,2. Tipe yang paling sering didapati adalah AV
reentrant takikardi. AV reentrant takikardi (AVRT), bukan saja
merupakan mekanisme yang paling umum muncul pada SVT, namun juga
merupakan takiaritmia yang paling sering didapati pada anak. Pada AVRT,
didapati jalur ”by pass” tambahan lain menuju AV-node. Jalan lain ini
secara secara anatomis terpisah, seperti bundle of Kent yang dapat
dilihat pada sindroma Wolf-Parkinson-White (WPW). Konduksi jalur pintas
ini lebih cepat dibandingkan dengan jalur normal, dan menghasilkan
suatu pola siklus reentry yang independen dari nodus SA. Temuan yang
khas pada WPW adalah dijumpainya PR interval yang memendek, QRS yang
melebar dan dijumpai upstroke kompleks QRS yang dikenal sebagai
gelombang delta. Namun hal ini hanya akan dapat dijumpai jika irama
jantung telah menjadi irama sinus.
Ectopic atrial
tachycardia merupakan mekanisme yang jarang terjadi pada SVT. Ditandai
dengan adanya tembakan yang cepat pada suatu fokus ektopik di atrium,
dimana dijumpai adanya morfologi gelombang P yang muncul dengan
morfologi yang berbeda.
Nodal ectopik takikardi , dapat mengarah
ke atrial takikardi karena P wave tertanam pada gel T pd denyut
sebelumnya shg menjadi tidak kelihatan. Tetapi denyutnya relatif lebih
lambat 120-200 x/i jika dibandingkan dengan EAT 1.
Penyebab
Pada
kejadian SVT, kebanyakan tidak ditemukan kelainan jantung yang
mendasarinya. Serangan pertama sering terjadi sebelum usia 4 bulan, dan
lebih sering terjadi pada anak laki-laki dari pada perempuan. Hampir
setengahnya adalah idiopatik, sebahagian lain disebabkan kelainan
jantung kongenital ( paling sering anomali Eibstein, single ventricle,
dan L-transposisi), 10 -20 % diakibatkan oleh sindroma WPW, serta dapat
juga muncul setelah adanya operasi jantung 1,2.
Alasan orang tua
membawa bayinya ke dokter karena mendadak gelisah, tidak mau menyusu,
bayinya bernafas dengan cepat, pucat, bahkan mungkin muntah-muntah. Nadi
diraba sangat cepat, berkisar 200-300 kali/ menit. Sedangkan pada anak
yang lebih besar, alasan mereka dibawa ke dokter adalah perasaan
berdebar-debar, nyeri dada, pusing, dan kadang sesak nafas 2.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dari SVT harus cepat dilakukan. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi SVT yakni 1,2,5,7,8:
1.
Lakukan maneuver vagal, yakni lakukan masase pada sinus karotis,
gagging, melakukan penekanan pada kedua bola mata umumnya berhasil pada
anak yang lebih besar, namun jarang berhasil pada bayi. Kompres air
dingin diwajah selama 10 detik sering berhasil pada bayi.
2.
Pemberian adenosine dapat dipertimbangkan sebagai obat pilihan.
Adenosine diberikan dengan suntikan bolus cepat dan diikuti dengan
dibilas larutan saline, dimulai dosis 50 µg/kg, dapat ditingkatkan 50
µg/kgbb tiap 1 -2 menit. Umumnya efektif pada dosis 100 -150 µg/ kgbb
dengan dosis maksimal 250 µg/ kgbb
3. Pada bayi dengan CHF yang
berat, pengobatan emergensi ditujukan dengan kardioversi segera, dengan
dosis inisial 0,5 joule/kgbb dan dapat ditingkatkan sampai dosis 2 joule
/kgbb.
4. Esmolol, β-bloker lainnya, verapamil, dan digoksin dapat
juga diberikan. Pemberian propanolol intravena dapat diberikan pada SVT
yang diikuti dengan sindroma WPW. Pemberian verapamil secara intravena
pada anak dibawah 12 bulan sebaiknya dihindari karena dapat menimbulkan
bradikardi yang berat dan hipotensi.
5. Jika tatalaksanaan farmakologis gagal, ablasi kateter radiofrekuensi dapat dijadikan pilihan, sesuai indikasi.
Pencegahan kekambuhan 1
Pada
bayi tanpa sindroma WPW, pemberian oral propanolol selama 12 bulan
memberikan hasil yang baik. Pada bayi dengan riwayat CHF dan sindroma
WPW dapat dimulai pemberian digoksin, namun setelah CHF berhasil
diatasi, pemberian digoksin dapat diganti dengan pemberian propanolol.
jenis-jenis atrimia 1
Written By iqbal_editing on Selasa, 23 Agustus 2016 | 18.39
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar