Dibagi menjadi 3 bagian besar, yaitu terapi medikamentosa, operatif
(operasi jantung terbuka) dan kateterisasi. Terapi medikamentosa
merupakan terapi tambahan untuk mencegah perburukan PJB dan untuk
menjaga stabilitas organ jantung setelah tindakan operasi atau
kateterisasi. Namun perlu diingat bahwa terapi medikamentosa bukan
terapi definitif untuk penanganan PJB. Metode operatif merupakan terapi
definitif yang utama, namun dengan perkembangan teknik kateterisasi
jantung yang semakin maju, saat ini kateterisasi lebih banyak dilakukan
oleh para dokter, mengingat risiko yang lebih minimal pada pasien
(meskipun metode operatif juga sangat aman). Banyak ahli menyatakan
lebih menyukai metode kateterisasi karena lebih nyaman untuk pasien
(terutama pada masa setelah operasi dilakukan) dan tidak menimbulkan
bekas operasi yang cukup besar di daerah dada. Namun tidak semua PJB
dapat ditangani dengan kateterisasi dan tetap membutuhkan metode
operatif.
Terapi yang tepat untuk penanganan PJB penting untuk mencegah
kematian bayi. Untuk PJB sianotik, biasanya tindakan operatif /
kateterisasi harus dilakukan dalam 1 tahun pertama kehidupan, setelah
organ-organ dalam tubuh bayi dianggap telah mampu untuk menjalani
tindakan. Namun, untuk kebanyakan PJB non sianotik terapi operatif /
kateterisasi dapat ditunda sampai usia pasien lebih besar karena
dianggap lebih aman untuk dilakukannya operasi dan pembiusan.
Namun diketahui pula bahwa beberapa jenis PJB tidak memerlukan
tindakan koreksi apapun, terutama untuk kelainan struktur jantung yang
ringan dan tidak menimbulkan gejala. Kebanyakan dari kasus-kasus ini
dapat diatasi hanya dengan obat-obatan atau bahkan tanpa obat-obatan
sekalipun. Tetapi sangat disayangkan sebagian besar PJB pada
kenyataannya harus mendapatkan tindakan terutama apabila gejala-gejala
gagal jantung sudah terlihat, seperti cepat lelah, sesak nafas atau
nafas yang cepat, dan pembesaran ruang jantung tertentu.
Di samping penanganan medikamentosa dan operatif/kateterisasi,
penanganan nutrisi juga harus diperhatikan untuk mencegah keterlambatan
pertumbuhan dan perkembangan pada penderita PJB. Tambahan susu formula
dengan kalori tinggi dan suplemen untuk air susu ibu sangat dibutuhkan
bayi dengan PJB, terutama untuk bayi-bayi yang lahir prematur, memilki
kelainan jantung berat (seperti defek jantung yang besar), dan bayi-bayi
yang cepat lelah saat menyusui. Artikel ini tidak membahas terapi
medikamentosa dan nutrisi lebih lanjut, namun penulis akan membahas
terapi operatif dan kateterisasi secara umum.
Metode operatif
Operasi jantung terbuka diperlukan pada kelainan jantung yang tidak
bisa ditangani dengan medikamentosa atau pada kelainan jantung yang
menunjukkan perburukan pada pasien yang hanya mendapatkan terapi
medikamentosa saja. Metode operatif juga dilakukan pada beberapa
kelainan jantung yang kompleks, terutama yang mencakup kelainan struktur
yang besar dan multipel, seperti pada tetralogi fallot, transposition
of great arteries, dan kelainan septum jantung yang sangat besar.
Setelah pembiusan umum dilakukan, dokter akan membuat sayatan pada
dada, menembus tulang dada atau rusuk sampai jantung dapat terlihat.
Kemudian fungsi jantung digantikan dengan sebuah alat yang berfungsi
untuk memompa darah ke seluruh tubuh yang dinamakan heart-lung bypass
yang juga menggantikan fungsi paru-paru untuk pertukaran oksigen.
Setelah itu jantung dapat dihentikan detaknya dan dibuka untuk
memperbaiki kelainan yang ada, seperti apabila terdapat lubang pada
septum jantung yang normalnya tertutup, maka lobang akan ditutup dengan
alat khusus yang dilekatkan pada septum jantung.
Bagi masyarakat awam, prosedur operasi yang demikian sangat
menakutkan, namun pada kenyataannya operasi ini sangat aman. Angka
kematian pada saat operasi relatif rendah dan waktu pemulihan juga
relatif singkat. Hanya dalam waktu 1 hari setelah operasi dilakukan
(untuk pasien anak dan dewasa), pasien dapat langsung dipindahkan ke
ruang perawatan biasa dari ruangan ICU. Namun, seperti yang telah
disebutkan sebelumnya, metode operatif ini memiliki beberapa kelemahan,
antara lain waktu operasi yang lama dan ketidaknyamanan pasien, karena
sebelum dilakukan operasi terdapat beberapa persiapan yang harus
dilakukan, dan setelah operasi dilakukan seringkali bekas tempat
sayatan masih terasa sakit. Di samping itu, bekas luka operasi juga akan
menimbulkan bekas di dada pasien. Dengan demikian, kebanyakan orang
lebih menyukai metode kateterisasi (apabila memungkinkan) daripada
metode operatif tersebut.
Kateterisasi
Selama 10 tahun terakhir, kemajuan terapi PJB sangatlah pesat
khususnya dalam kemajuan teknik kateterisasi. Saat ini, selain digunakan
sebagai alat diagnostik, kateterisasi juga dapat digunakan sebagai
salah satu cara pengobatan definitif untuk beberapa jenis PJB seperti
defek septum serambi jantung (ASD), Patent Ductus Arteriosus (PDA),
Pulmonary stenosis, Aorta Stenosis, dan defek septum bilik jantung tipe
muskular (mVSD). Bahkan pada sebuah penelitian di Polandia tahun 2007
tercatat bahwa metode kateterisasi ini juga mampu untuk menangani bentuk
VSD tersering yaitu tipe perimembaranosa yang sebelumnya harus diterapi
dengan metode operatif. Penemuan ini sangat bermanfaat mengingat VSD
adalah penyebab penyakit jantung bawaan tersering dan 70% di antaranya
adalah tipe perimembranosa. Defek septum ventrikel ini berhasil ditutup
dengan penutup septum jantung yang baru yang disebut dengan Amplatzer.
Penutup defek jantung lainnya dikenal dengan Cardioseal yang juga
memiliki efektivitas yang baik. Kedua penutup defek jantung di atas
(Amplatzer dan Cardioseal) memiliki mekanisme penutupan defek jangka
panjang yang berbeda.
Prosedur kateterisasi umumnya dilakukan dengan memasukkan kateter
atau selang kecil yang fleksibel didalamnya dilengkapi alat seperti
payung yang dapat dikembangkan untuk menutup defek jantung.
Kateter dimasukkan melalui pembuluh darah balik atau vena di pangkal
paha atau di lengan. Untuk membimbing jalannya kateter, dokter
menggunakan monitor melalui fluoroskopi angiografi atau dengan tuntunan
transesofageal ekokardiografi (TEE)/ekokardiografi biasa sehingga
kateter dapat masuk dengan tepat menyusuri pembuluh darah, masuk ke
dalam defek atau lubang, mengembangkan alat di ujung kateter dan menutup
lubang dengan sempurna. Prosedur ini dilakukan dalam pembiusan umum
sehingga anak tidak merasakan sakit.
Dengan kateterisasi, penyembuhan akan lebih cepat dan mudah karena
hanya membutuhkan sayatan yang sangat kecil di tempat memasukkan
kateter, serhingga tidak menimbulkan bekas luka operasi yang besar dan
nyeri yang dirasakan setelah prosedur kateterisasi relatif singkat.
Keberhasilan prosedur kateterisasi ini untuk penanganan PJB ini
dilaporkan lebih dari 90%. Namun, tetap diingat bahwa tidak semua jenis
PJB dapat diintervensi dengan menggunakan metode ini. Pada kasus defek
septum jantung yang terlalu besar dan kelainan struktur jantung tertentu
seperti jantung yang berada di luar rongga dada (jantung ektopik) dan
tetralogi fallot yang parah tetap membutuhkan meote operatif terbuka.
operasi jantung bawaan pada bayi
Written By iqbal_editing on Selasa, 23 Agustus 2016 | 18.30
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar