KONTROL METABOLIK PERIOPERATIF
Tujuan pokok adalah :
- Mengoreksi kelainan asam basa, cairan dan elektrolit sebelum pembedahan.
- Memberikan kecukupan karbohidrat untuk mencegah metabolisme katabolik dan ketoasidosis.
- Menentukan kebutuhan insulin untuk mencegah hiperglikemia.
Pembedahan pada penderita DM tipe II tidak
meningkatkan risiko, sehingga hanya membutuhkan sedikit perubahan terapi yang
sudah ada sebelumnya. Apakah terapi insulin perlu diberikan pada perioperatif?
Untuk bedah yang relatif kecil, jangan diberikan obat anti diabetes oral kerja
pendek pada hari operasi, dan obat kerja lama 2 hari sebelum pembedahan. Untuk
bedah besar, dosis kecil insulin mungkin dibutuhkan untuk mengontrol kadar gula
darah dan glikosuria.1,2,9
Gavin
mengindikasikan pemberian insulin pada penderita DM tipe II dengan kondisi
seperti di bawah :
- Gula darah puasa > 180 mg/dl
- Hemoglobin glikosilasi 8-10 g%
- Lama pembedahan lebih 2 jam
Pada DM tipe I,
idealnya kontrol gula darah yang dapat diterima harus tercapai dalam 2 sampai 3
hari sebelum pembedahan. Untuk pasien-pasien yang kronis, dengan kontrol
metabolik yang buruk, mungkin perlu
dirawat di rumah sakit selama 2 sampai 3 hari untuk penyesuaian , dosis
insulin. Untuk bedah minor cukup dengan pemberian insulin subkutan. Pada pagi
hari sebelum pembedahan, pasien diberikan 1/3 sampai 2/3 dosis insulin normal
secara subkutan, bersamaan dengan pemberian cairan dextrose 5% 100 cc/jam/70
kgBB. Dua pertiga dosis insulin normal
diberikan jika kadar glukosa darah puasa lebih dari 250 mg/dl setengah dosis
insulin normal untuk kadar glukosa antara 120 sampai 250 mg/d!, dan sepertiga
dosis insulin normal untuk kadar glukosa di bawah 120 mg/dl. Pasien dengan
kadar glukosa darah rendah, atau normal tetap membutuhkan sejumlah kecil
insulin untuk mengimbangi peningkatan efek katabolik stres pembedahan,
penurunan metabolisme protein, dan mencegah lipolisis. Tanpa insulin, DM tipe I
berisiko tinggi untuk mengalami ketosis dengan pembedahan.6
Terdapat beberapa regimen tatalaksana perioperatif
untuk pasien DM. Yang paling sering :t digunakan adalah pasien
menerima sebagian -biasanya setengah dari dosis total insulin pagi hari dalam
bentuk insulin kerja sedang:
- Tabel: Dua teknik yang umum digunakan untuk tatalaksana insulin perioperatif pada pasien DM
Pemberian secara bolus
|
Infus kontinyu
|
|
Preoperatif
|
D5W (1,5 ml/kg/jam)
NPH insulin (1/2 dosis biasa pagi hari) (NPH=neutral protamine
Hagedorn)
|
D5W (1 ml/kg/jam) Regular insulin Unit/jam = Glukosa plasma : 150
|
Intraoperattf
|
Regular insulin (berdasarkan sliding scale)
|
Sama dengan preoperatif
|
Pascaoperatif
|
Sama dengan intraoperatif
|
Sama dengan preoperatif
|
Untuk mengurangi risiko hipoglikemia, insulin
diberikan setelah akses intravena dipasang dan kadar gula darah pagi hari
diperiksa. Sebagai contoh, pasien yang normalnya mendapat 20 unit NPH dan 10
unit regular insulin (RI) tiap pagi dan kadar gula darahnya 150 mg/dl akan
mendapat 15 unit NPH s.c. atau i.m. sebelum pembedahan bersama-sama dengan
infus cairan dextrose 5% (1,5 ml/kg/jam). Dextrose tambahan dapat diberikan
apabila pasien mengalami hipoglikemia (<100 mg/dl). Sebaliknya,
hiperglikemia intra operatif (>250 mg/dl) diobati dengan RI intravena
berdasarkan slicing scale. Satu unit RI yang diberikan kepada orang dewasa akan
menurunkan glukosa plasma sebanyak 65 sampai 30 mg/dl. Harus diingat bahwa
dosis ini adalah suatu perkiraan dan tidak bisa dipakai pada pasien dalam keadaan
katabolik (sepsis, hipertermi).6,8
Metode lainnya adalah dengan
memberikan insulin kerja pendek dalam infus secara kontinyu. Keuntungan teknik
ini adalah kontrol pemberian insulin akan lebih tepat dibandingkan dengan
pemberian NPH insulin s.c atau i.m. Dan 10 sampai 15 unit RI dapat ditambahkan
1 liter cairan dekstose 5% dengan kecepatan infus 1 - 1,5 ml/kg/jam (1
unit/jam/70 kg). Pemberian infus dextrose 5% (1 ml/kg/jam) dan insulin (50 unit
RI dalam 250 ml NaCl 0,9%) melalui jalur intravena yang terpisah akan lebih
fleksibel. Apabila terjadi fluktuasi gula darah, infus RI dapat disesuaikan
berdasarkan rumus dibawah ini (Rumus Roizen):
Gukosa plasma (mg/dl)
Unit perjam = ————————————
150
atau
Glukosa plasma (mg/dl)
Unit per jam =
————————————
100
pada pemakaian
steroid, obesitas, terapi insulin dalam
jumlah tinggi dan infeksi
Diperlukan penambahan 30 mEq
KCl untuk tiap 1 L dextrose karena insulin menyebabkan pergeseran kalium
intraselular.6,8
Pada pasien yang menjalani
pembedahan besar diperlukan perencanaan yang seksama. Teknik yang dianjurkan
oleh Hins adalah sebagai berikut:
Glukosa
5-10 gr/jam ekuivalen dengan 100 - 200 cc dextrose 5% perjam diberikan intra
vena. Kalium dapat ditambahkan tetapi hati-hati pada pasien dengan gangguan
fungsi ginjal. Infus lain diberikan lewat kanul yang sama sebagai berikut:
- Campur 50 mRI kedalam 500cc 0,9%Nacl.
- Infuskan dengan larutan 0,5-1 m/jam (5-10 cc/jam dengan pompa infus).
- Ukur kadar gula darah tiap jam dan sesuaikan dengan kebutuhan insulin seperti di bawah ini :
Kadar gula darah
|
mmol (mg/dl)
|
Kebutuhan insulin
|
4,4 ( 80 )
|
Matikan pompa, beri glukosa IV
|
|
4,4 - 6,6
|
( 80 - 120 )
|
Kurangi insulin menjadi 0,2 - 0,7 u/jam
|
6,6-9,9
|
(120 - 180)
|
teruskan insulin 0,5 - 1 m/jam
|
9,9 - 13,2
|
(180 - 240) .
|
Naikkan laju insulin 0,8 - 1,5 m/jam
|
> 13,75
|
(>250)
|
Laju insulin 1,5 m/jam
atau lebih
|
Obesitas
dan infeksi berat akan menambah kebutuhan insulin 1,5 - 2 kali lipat Hal
penting yang harus diingat dalam mengelola kadar gula prabedah pada pasien
diabetes adalah menetapkan sasaran yang jelas kemudian pemantauan kadar gula
darah untuk menyesuaikan terapi sesuai sasaran.1,9
Regimen lain untuk pemberian infus glukosa insulin dan
kalium (GIK) dikenal dengan regimen Alberti. Pemberiannya dapat terpisah atau
bersama-sama. Berikut ini salah satu teknik GIK. Pagi hari diberikan dosis intemiten
insulin, kemudian 500 cc dextrose 5% ditambah 10 KCl diberikan dengan kecepatan 2 cc/kg/jam.
Infus insufin disiapkan dengan mencampurkan 50 unit RI ke dalam 250 cc Nad 0,9%
sehingga berkonsentrasi 0,2 unit/cc larutan. Sebelum pemberian dextrose - kalium
atau insulin, ukur kadar gula darah kemudian cek gula darah tiap 2-3 jam, dan
berikan dosis insulin sesuai dengan hasil pengukuran di bawah ini:
Kadar gula
|
Infus insulin
|
< 150 mg/dl
|
5 cc/jam (1 unit/jam)
|
150 - 250 mg/dl
|
10 cc/jam (2 unit/jam)
|
250 - 300 mg/dl
|
15 cc/jam (3 unit/jam)
|
300 - 400 mg/dl
|
20 cc/jam (4 unit/jam)
|
PERAWATAN PASCA BEDAH
Infus glukosa dan insulin harus tetap diteruskan
sampai kondisi metabolik pasien stabil dan pasien sudah boleh makan. Infus
glukosa dan insulin dihentikan hanya setelah pemberian subkutan insulin kerja
pendek. Setelah pembedahan besar, infus glukosa dan insulin harus diteruskan
sampai pasien dapat makan makanan padat. Pada pasien-pasien ini, kegunaan dari
suntikan subkutan insulin kerja pendek sebelum makan dan insulin kerja sedang
pada waktu tidur dianjurkan selama 24-48 jam pertama setelah infus glukosa dan
insulin dihentikan dan sebelum regimen insulin pasien dilanjutkan.15
Perlu
diwaspadai kemungkinan terjadinya hipoglikemia atau hiperglikemia pasien pasca
bedah terutama bite terdapat keterlambatan bangun atau penurunan kesadaran.
Harus dipantau kadar gula darah pasca bedah. Pemeriksaan EKG postoperatif
serial dianjurkan pada pasien DM usia lanjut, penderita DM tipe I, dan
penderita dengan penyakit jantung Infark miokard postoperatif mungkin tanpa
gejala dan mempunyai mortalitas yang tinggi. Jika ada perubahan status mental,
hipotensi yang tak dapat dijelaskar., atau disrimia, maka perlu diwaspadai
kemungkinan terjadinya infark miokard.2,15
PENATALAKSANAAN PADA KASUS PEMBEDAHAN DARURAT
Keadaan yang jarang tetapi
mungkin dijumpai adalah keadaan darurat yaitu pembedahan yang harus dilakukan
pada penderita dibetes mellitus dengan ketoasidosis. Dalam keadaan seperti ini
bila memungkinkan maka pembedahan ditunda beberapa jam. Waktu yang sangat
terbatas ini digunakan untuk memeriksa, mengoreksi keseimbangan cairan, asam
basa dan etektrofit yang merupakan keadaan yang mengancam jiwa sebelum
pembedahan diJakukan. Bila waktu penundaan cukup maka dapat dilakukan koreksi
ketoasklosis secara tuntas, namun koreksi defisit cairan dan ketidakseimbangan
dektrolit bermakna dapat dicapai dalam beberapa jam. Penderita harus segera di
evaluasi secara lengkap meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan gula
darah, aseton, elektrolit dan analisa gas darah. Kemudian dilakukan koreksi
dehidrasi dengan Nacl 0,9% dengan kecepatan 250 - 1000 cc/jam, apabila kadar
gula darah mencapai 250 mg/dl cairan diganti dengan yang mengandung glukosa.
Berikan RI bolus 5-10 unit kemudian dilanjutkan dengan infus 50 unit dalam 500
cc Nacl dimulai dengan 2-8 unit/jam atau 20 - 80 cc/jam, sebagai patokan
mengatur kecepatan infus dengan rumus kadar gula darah terakhir dibagi 150 atau
100 bila penderita memakai steroid, overweight atau ada infeksi. Dilakukan
pengukuran kadar gula darah serial tiap 2-3 jam pemantauan yang penting ialah
analisa gas darah dan elektrolit. Tetesan dapat diatur dengan mempertahankan
kadar gula darah antara 120 - 250 mg/dl.1,2,3,9
Penggunaan terapi bikarbonat pada ketoasidosis
merupakan hal yang kontroversial. Meskipun pH kurang dari 7,1 dapat mengganggu
fungsi miokard, koreksi cepat asidosis dengan bikarbonat dapat menimbulkan
peningkatan C02, karena itu koreksi asidosis yang terlalu cepat tidak dianjurkan.1,2,3
0 komentar:
Posting Komentar