Dampak Psikologis HIV AIDS
02
Jan
AIDS (Acquired Immuno Deficiency
Syndrome) adalah sindrom dengan gejala penyakit infeksi oportunistik
atau kanker tertentu akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh
infeksi HIV (Human Immunodeficiecy syndrome) yang akhirnya akan membawa
kematian pada akhirnya.
Pada umumnya masyarakat tidak mengetahui
secara memadai tentang pengertian penyakit HIV/AIDS. Pengetahuan
tentang berbagai faktor yang menyebabkan penyakit HIV/AIDS misalnya,
masyarakat umumnya juga kurang mengetahui secara rinci. Masyarakat
hanya mengetahui penyebab penyakit HIV/AIDS, yang berasal dari perilaku
seksual yang menyimpang.
Kosa kata atau istilah yang dipakai
masyarakat untuk menyebut perilaku seksual yang menyimpang adalah “suka
jajan”, “punya simpanan”, dan hubungan sesame jenis. Sementara itu
juga ada yang mneyebut berasal dari alat suntik (yang tercemar virus
HIV), dan yang lainnya menyebut tertular dari ibu yang sedang
mengandung. Secara teoritis masih banyak kelompok yang beresiko terkena
penyakit HIV/AIDS seperti orang yang bekerja ditempat-tempat hiburan,
hotel, karaoke, orang yang sering bepergian jauh, dan sebagainya
termasukorang yang tinggal di lokalisasi.
Sekitar 75-90 % pasien AIDS mengalami
patologi otak dengan berbagai sindrome neuropsikiatri, pada 10 % pasien
dengan infeksi HIV, komplikasi neuropsikiatri merupakan gejala utama.
Pada pasien dengan infeksi HIV dan AIDS dapat ditemukan
kelainan-kelainan psikiatri klasik seperti depresi, ansietas, psikosis
dan lain-lain. Selain itu juga terdapat dampak psikososial yang dapat
ditemukan pada pasien HIV/AIDS.
Ketika seseorang diberitahukan bahwa
hasil tes HIV-nya positif, mereka dikonfrontasikan pada kenyataan bahwa
mereka berhadapan dengan suatu keadaan terminal. Kenyataan ini akan
memunculkan perasaan shock, penyangkalan, tidak percaya, depresi,
kesepian, rasa tak berpengharapan, duka, marah, dan takut. Hal ini
dapat menimbulkan kecemasan dan depresi.
Selama tahun-tahun awal di mana belum
muncul gejala, stres akan berkurang. Tetapi, dengan berjalannya waktu
di mana fungsi imun semakin menurun dan mulai ada tanda-tanda
berhubungan dengan HIV seperti ruam-ruam kulit, penurunan berat badan,
sesak napas, dan sebagainya, kecemasan serta depresi dapat timbul lagi.
Mungkin disertai pula gagasan bunuh diri, gangguan tidur, dan
sebagainya.
Pasien HIV/AIDS memiliki kebutuhan-kebutuhan khusus yang perlu dipertimbangkan dengan menetapkan tujuan terapi sebagai berikut:
- Membantu pasien mempertahankan kontrol akan hidupnya dan membantu mereka menemukan mekanisme pertahanan yang sehat, termasuk sikap yang selalu positif dalam menghadapi begitu banyak tantangan dan stres dalam perjalanan penyakitnya.
- Membantu pasien menghadapi perasaan bersalah, penyangkalan, panik, dan putus asa.
- Bekerja bersama pasien menciptakan perasaan self-respect (menghormati diri sendiri) dan menyelesaikan konflik mereka jika ada (misalnya homoseksualitas, penggunaan obat-obat terlarang, dan sebagainya).
- Membantu mereka berkomunikasi dengan keluarga, pasangan hidup dan teman-teman mengenai penyakit mereka dan rasa takut akan penolakan serta ditinggalkan. Juga membantu mereka membina hubungan interpersonal yang memuaskan.
- Membantu mereka membangun strategi untuk berhadapan dengan krisis nyata yang mungkin terjadi, baik dalam kesehatan maupun sosioekonomi, dan hal-hal dalam kehidupan lainnya.
0 komentar:
Posting Komentar