Baru-baru ini pemerintah India mengeluarkan booklet bertajuk 'Mother and
Child Care'. Dari judulnya, sudah bisa diprediksi jika tujuan
peluncuran booklet ini adalah untuk meningkatkan kualitas kesehatan ibu
dan anak yang memang rendah di India.
Akan tetapi konten booklet
ini ternyata tidak sesuai dugaan. Sebab salah satu isinya mengatakan ibu
hamil disarankan untuk menghindari makan daging dan telur yang
bermanfaat bagi kehamilan serta melarang aktivitas seksual.
"Wanita
yang sedang mengandung juga harus melepaskan dirinya dari ambisi,
amarah, rasa benci dan pikiran 'mesum'," tulis booklet tersebut.
Namun
badan yang mengeluarkan booklet ini, Central Council for Research in
Yoga and Naturopathy beralasan, isi dari booklet ini adalah 'kumpulan
wawasan bijak tentang kesehatan ibu hamil yang telah dipercaya selama
berabad-abad'.
"Kami mengumpulkan berbagai fakta yang relevan dari sudut pandang yoga maupun naturopathy," kata sang menteri, Shripad Naik.
Sebelumnya
Perdana Menteri Narendra Modi juga mengeluarkan kebijakan untuk
mengurangi konsumsi daging pada masyarakat India, dan kebetulan sang
menteri adalah seorang vegetarian.
Rekomendasi
ini pun menuai berbagai kritikan, utamanya dari para dokter. Apalagi
India dikenal kurang memperhatikan kesehatan ibu hamil sehingga banyak
di antara mereka yang mengalami malnutrisi dan anemia hingga kematian
saat sedang mengandung.
Tercatat 174 kasus per 100.000 kehamilan
di India berujung pada kematian di tahun 2015. Ini memang lebih baik
dibandingkan lima tahun sebelumnya yang mencapai 205 kasus per 100.000
kehamilan, namun tetap lebih buruk ketimbang China yang angkanya hanya
27 kasus per 100.000 kelahiran atau AS yang hanya 14 kasus per 100.000
kehamilan.
"Alih-alih memastikan nutrisi ibu hamil terjamin,
pemerintah malah memberikan saran yang tidak ilmiah dan tidak masuk akal
terkait kesehatan mereka," tandas salah satu dokter kandungan, Arun
Gadre yang berpraktik di Pune, India seperti dilaporkan The Guardian.
Seperti
diketahui wanita hamil yang mengalami malnutrisi atau kurang gizi
cenderung melahirkan bayi dengan berat di bawah rata-rata atau berisiko
mengalami stunting. Padahal di tahun 2015, UNICEF telah melaporkan bahwa
48 persen anak India berusia di bawah 5 tahun digolongkan mengalami
stunting.
"Ini jadi lingkaran setan ketika anak yang tumbuh dalam
keadaan kurang gizi kemudian menikah di usia remaja dan mengandung saat
usianya masih 17 atau 18 tahun," tegas Amit Sengupta, dokter yang juga
aktivis Delhi Science Forum, organisasi yang mengadvokasi pemberian
layanan kesehatan yang memadai
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar