Entri Populer

FAKTOR,DIAGNOSIS, PENGOBATAN DAN KOMPLIKASI KANKER TIROID

Written By iqbal_editing on Jumat, 14 Oktober 2016 | 06.51

ktor Apa Saja yang Meningkatkan Risiko Menderita Kanker Tiroid?

Penyebab pasti dari kanker tiroid pada sebagian besar kasus yang terjadi masih belum diketahui, tapi terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko Anda mengalami kanker tiroid, yaitu:
  • Mengalami gangguan pada tiroid. Bagi orang yang pernah mengalami penyakit tiroid jinak, seperti inflamasi kelenjar tiroid atau penyakit gondok, lebih berisiko menderita kanker tiroid. Sebanyak 20 persen kasus kanker tiroid muncul pada orang yang mengalami kondisi ini. Tapi penderita hipotiroidisme dan hipertiroidisme tidak meningkatkan risiko menderita kanker tiroid.
  • Riwayat kesehatan keluarga. Mutasi genetik yang diturunkan menjadi penyebab dari beberapa kasus karsinoma tiroid menduler. Risiko untuk menderita kanker tiroid meningkat bila seseorang memiliki kerabat yang pernah menderita kanker tiroid. Pastikan untuk melakukan tes darah untuk mengetahui apakah terdapat mutasi genetik bagi Anda yang memiliki kerabat dengan kondisi tersebut.
  • Pernah menderita gangguan payudara jinak. Penderita gangguan payudara yang tidak bersifat kanker, seperti kista payudara, lebih berisiko mengembangkan kanker tiroid daripada wanita yang belum pernah mengalami kondisi ini.
  • Tinggi dan berat badan. Orang yang memiliki berat badan berlebih dan juga orang dewasa dengan badan lebih tinggi dari rata-rata, memiliki risiko lebih tinggi mengalami kanker tiroid.
  • Pajanan terhadap radiasi. Radiasi dari nuklir atau radiasi dari pengobatan medis dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami kanker tiroid.
  • Gangguan pencernaan. Jika Anda mengalami gangguan pencernaan yang bernama familial adenomatous polyposis (FAP), maka Anda lebih berisiko mengalami kanker tiroid. FAP merupakan penyakit turunan dan biasanya disebabkan karena mewarisi gen yang cacat.
  • Makanan. Orang yang terlalu banyak mengonsumsi mentega, keju, dan daging lebih berisiko mengalami kanker tiroid. Perbanyak konsumsi buah dan sayuran segar untuk menurunkan risiko Anda. Orang dengan Indeks Masa Tubuh (IMT) yang tinggi atau jika makanan yang Anda konsumsi mengandung iodium rendah juga meningkatkan risiko mengalami kanker tiroid. Orang yang mengalami radiasi dan yang pernah mengalami gangguan tiroid akan memiliki kadar iodium dalam tubuh yang rendah.
  • Jenis kelamin. Wanita lebih berisiko 2-3 kali lipat untuk menderita kanker tiroid dibandingkan pria. Kondisi ini mungkin berkaitan dengan hormon yang dilepaskan pada saat wanita mengalami menstruasi bulanan atau ketika sedang hamil, tapi belum ada cukup bukti untuk memastikan teori ini.
  • Akromegali. Ini adalah kondisi yang langka yang mana tubuh menghasilkan terlalu banyak hormon pertumbuhan, akibatnya orang yang mengalami  kondisi ini lebih berisiko terkena kanker tiroid.
Penting untuk diingat bahwa orang yang memiliki satu atau beberapa faktor risiko di atas belum tentu akan menderita kanker tiroid di masa mendatang. Beberapa orang yang menderita kanker tiroid juga tidak mengalami faktor risiko di atas.

Mendiagnosis Kanker Tiroid

Untuk menentukan diagnosis terhadap kanker tiroid, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik sebagai tahap awal pemeriksaan. Dokter juga akan menanyakan tentang riwayat kesehatan keluarga, serta gejala-gejala yang Anda alami, seperti suara serak yang tidak kunjung menghilang. Tes yang dilakukan untuk mendiagnosis kanker tiroid adalah:
  • Tes fungsi tiroid. Ini adalah jenis tes darah yang berfungsi untuk memeriksa apakah pembengkakan yang terjadi pada leher Anda disebabkan oleh kondisi lain. Tes ini juga berfungsi mengukur hormon tertentu di dalam darah Anda. Tes ini bisa mengetahui jika terjadi masalah kesehatan, seperti kondisi hipertiroidisme atau kondisi hipotiroidisme.
  • Sitologi aspirasi jarum halus. Ini adalah prosedur lanjutan untuk mendiagnosis kanker tiroid. Anda tidak perlu melakukan rawat inap di rumah sakit untuk menjalani tes ini. Sebuah jarum yang sangat kecil dimasukkan ke benjolan pada leher untuk mengambil sampel yang kemudian diteliti dengan mikroskop. Tes ini bisa menentukan apakah terdapat sel bersifat kanker dan jenis dari kanker tiroid, jika memang ada.
  • Tes pencitraan. Anda mungkin perlu melakukan tes pencitraan, seperti CT scan, ultrasound, atau PET (positron emission tomography) untuk membantu dokter memastikan apakah kanker yang muncul sudah menyebar ke luar dari kelenjar tiroid.
  • Tes penyakit turunan. Dokter mungkin perlu melakukan tes genetik untuk mencari gen yang bisa meningkatkan risiko Anda mengalami kanker tiroid medular.

Pengobatan Pada Kanker Tiroid

Pengobatan yang dilakukan pada kanker tiroid sangat bergantung kepada jenis dan stadium dari kanker yang Anda derita. Tim dokter dari berbagai spesialisasi mungkin perlu memeriksa Anda untuk menentukan jenis pengobatan yang terbaik dan paling sesuai dengan kondisi Anda saat itu.Beberapa jenis kanker, seperti karsinoma papiler, karsinoma folikuler, dan sebagian karsinoma tiroid meduler, memiliki peluang yang lebih baik untuk sembuh. Kanker tiroid jenis ini ditangani dengan cara operasi pengangkatan kelenjar tiroid, dan mungkin digabungkan dengan radioterapi.
Berikut ini adalah beberapa langkah pengobatan untuk menangani kanker tiroid.
  • Tiroidektomi. Ini adalah prosedur pengangkatan kelenjar tiroid, baik sebagian (hemitiroidektomi) atau keseluruhannya (tiroidektomi total). Prosedur ini bergantung pada jenis dan ukuran kanker tiroid, serta apakah sudah menyebar ke bagian tubuh lainnya. Anda akan disarankan untuk beristirahat selama 2-3 minggu setelah operasi. Ini dimaksudkan untuk menghindari aktivitas yang memberikan beban pada bagian leher Anda.
  • Terapi pengganti hormon. Anda tidak akan bisa menghasilkan hormon yang mengatur sistem metabolisme tubuh setelah prosedur tiroidektomi. Oleh karena itu Anda akan memerlukan tablet pengganti hormon seumur hidup Anda. Mungkin Anda perlu melakukan tes darah secara teratur untuk penyesuaian dosis dan memantau kadar hormon apakah sudah tepat untuk tubuh Anda.
  • Pengaturan kadar kalsium. Pascaoperasi pengangkatan kelenjar tiroid, pada beberapa kasus, kelenjar paratiroid bisa terpengaruh. Kelenjar paratiroid berfungsi mengatur kadar kalsium dalam darah dan terletak di dekat kelenjar tiroid.
  • Perawatan iodium radioaktif. Pengobatan ini berfungsi menghancurkan sel-sel kanker yang masih ada dan mencegah munculnya kembali kanker setelah Anda menjalani operasi. Pengobatan ini tidak bisa digabungkan dengan terapi pengganti hormon karena efektivitasnya akan terganggu. Demikian pula, orang yang menjalani prosedur ini juga harus mengurangi konsumsi iodium dalam makanannya karena bisa menurunkan efektivitas pengobatan dengan cara ini. Disarankan untuk menghindari segala macam hidangan laut, kurangi konsumsi produk olahan dari susu, dan tidak mengonsumsi obat batuk, serta garam laut. Perbanyak konsumsi daging, buah, sayuran, dan nasi yang memiliki kandungan iodium rendah. Wanita yang sedang hamil atau menyusui tidak disarankan menjalani prosedur pengobatan ini karena bisa berpengaruh pada kondisi janin dan bayi. Anda juga disarankan untuk menggunakan alat kontrasepsi yang bagus untuk menghindari kehamilan, setidaknya enam bulan setelah perawatan ini. Prosedur ini tidak berpengaruh pada kesuburan wanita, tapi bisa sedikit memengaruhi tingkat kesuburan pada pria. Efek samping yang mungkin terjadi akibat prosedur ini adalah mual, mulut kering, mata kering, serta indera perasa dan penciuman yang berubah.
  • Radioterapi eksternal. Prosedur yang mana gelombang radioaktif diarahkan pada bagian tubuh yang terpengaruh. Pengobatan ini biasanya dilakukan untuk mengatasi kanker tahap lanjutan atau karsinoma tiroid anaplastik. Jangka waktu radioterapi sendiri bergantung kepada jenis kanker dan perkembangannya. Efek samping yang biasa terjadi adalah mual, muntah, kelelahan, mulut kering, dan sakit saat menelan.
  • Kemoterapi. Prosedur ini biasanya hanya digunakan untuk mengatasi karsinoma tiroid anaplastik yang sudah menyebar hingga ke bagian tubuh yang lain. Anda akan mengonsumsi obat yang sangat kuat untuk membunuh sel-sel kanker. Pengobatan ini jarang sekali bisa menyembuhkan kanker anaplastik, tapi bisa memperlambat perkembangan dan membantu meredakan gejala yang muncul akibat kanker tiroid. Beberapa kemungkinan efek samping yang bisa terjadi adalah mual, muntah, kelelahan, rambut rontok, tukak mulut, dan kehilangan selera makan. Ketika Anda menjalani kemoterapi, Anda juga akan rentan mengalami infeksi.

Apa Saja Komplikasi Akibat Kanker Tiroid?

Kanker tiroid yang sudah diobati bisa muncul kembali, meski kelenjar tiroid Anda sudah diangkat melalui prosedur operasi. Hal ini terjadi diduga karena sel-sel kanker yang ada sudah menyebar hingga ke luar kelenjar tiroid. Kemunculan kembali kanker tiorid biasanya terjadi dalam kurun waktu lima tahun setelah operasi, tapi bisa juga muncul puluhan tahun setelah penanganan awal kondisi Anda.Kemunculan ini bisa terjadi pada bagian kelenjar getah bening pada leher, jaringan kelenjar tiroid yang masih tertinggal pada saat operasi, atau pada bagian tubuh lainnya. Kondisi ini bisa ditangani dan biasanya dokter akan menyarankan Anda melakukan tes fungsi tiroid secara berkelanjutan untuk memeriksa kemunculan kembali kanker tiroid, seperti:
  • Tes tiroglobulin. Tes tiroglobulin adalah tes darah khusus untuk mengamati munculnya kembali sel-sel kanker. Tiroglobulin adalah protein yang dilepaskan oleh kelenjar tiroid yang sehat, tapi protein ini juga bisa dilepaskan oleh sel-sel kanker. Jika kelenjar tiroid sudah diangkat, seharusnya tidak ada lagi tiroglobulin dalam darah terkecuali sel-sel kanker kembali muncul. Tes ini cukup efektif untuk memeriksa apakah ada kemunculan kembali sel-sel kanker. Tes ini biasanya dilakukan tiap enam bulan sekali.
  • Ultrasound. Tes pencitraan bisa memperlihatkan jika terjadi kemunculan kembali kanker di dalam leher Anda.
  • Tes radioaktif iodium. Tes ini akan memperlihatkan sel-sel tiroid yang bersifat kanker di dalam tubuh Anda. Anda akan diminta untuk menelan sedikit radioaktif iodium sebelum melakukan tes pencitraan. Bagi Anda yang sedang hamil atau menyusui, beri tahu kondisi Anda pada dokter sebelum melakukan tes ini. Tes ini biasanya dilakukan 6-8 bulan pascaoperasi.

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik