Entri Populer

studi kanker dan peluang kehamilan

Written By iqbal_editing on Selasa, 28 Maret 2017 | 07.21

Terserang kanker di usia muda memang berat, namun banyak di antaranya yang masih memiliki harapan untuk sembuh dan hidup lebih lama. Mereka lantas dihadapkan pada masalah lain.

Penelitian terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal JAMA Oncology menyebut, wanita penyintas kanker yang dialami di usia 15-39 tahun berisiko tinggi untuk mengalami komplikasi saat mengandung maupun melahirkan.

Fakta ini diperoleh dari pengamatan peneliti dari University of North Carolina terhadap 2.598 wanita yang mengidap kanker saat remaja lalu melahirkan, atau mereka yang terdiagnosis kanker saat sedang berbadan dua.

Komplikasi yang banyak ditemui peneliti adalah kelahiran prematur dan berat lahir bayi yang rendah. Risiko penyintas kanker untuk mengalami keduanya lebih tinggi ketimbang wanita yang belum pernah menjalani pengobatan kanker.

Jenis komplikasi yang dialami dengan jenis pengobatan yang dijalani juga ditemukan berkaitan. Misalnya pada partisipan yang menjalani kemoterapi tanpa radiasi, maka risiko komplikasi yang banyak ditemukan adalah kelahiran prematur. Pun dengan mereka yang melahirkan secara caesar.

Sedangkan wanita yang menjalani kemoterapi karena limfoma non-Hodgkin dan kanker payudara berpeluang lebih besar untuk melahirkan secara prematur atau memiliki bayi dengan berat lahir rendah.

Kesemua risiko ini berlaku baik bagi mereka yang didiagnosis kanker saat sedang hamil maupun yang telah berhasil sembuh dari kanker bertahun-tahun kemudian, meski yang didiagnosis kanker saat hamil tetap dianggap memiliki risiko tertinggi.

Namun yang menjadi perhatian peneliti adalah banyaknya pasien kanker wanita yang tidak menyadari jika pengobatan kankernya akan mempengaruhi peluang kehamilannya kelak.

"Banyak yang terkejut, jadi menurut kami, yang terpenting sekarang adalah memberikan wawasan kepada pasien tentang kemungkinan ini," kata salah satu peneliti, Dr Ellie Ragsdale dari University Hospitals Cleveland Medical Center seperti dilaporkan ABC News.

Di antaranya memberikan edukasi sebelum pengobatan diberikan dan mendiskusikan upaya untuk memunculkan peluang kehamilan di masa depan atau ketika kankernya berhasil disembuhkan.

Baca juga: Derajat Keparahan Endometriosis Pengaruhi Cara Pasutri 'Mendapat' Momongan

dr Muhammad Nurhadi Rahman, SpOG dari RSUP Dr Sardjito Yogyakarta mengamini jika radioterapi dan kemoterapi dikatakan dapat menyebabkan kerusakan sel telur. Namun seiring dengan perkembangan teknologi, ada tindakan yang bisa dilakukan untuk 'menyelamatkan' organ reproduksi mereka.

"Ada namanya 'fertility preservation'. Ada beberapa yang menggunakan obat-obatan untuk menyelamatkan indung telur, ada yang menggunakan operasi untuk memindahkan indung telur supaya tidak terkena saat dilakukan radiasi," ungkapnya kepada detikHealth beberapa waktu lalu.

Namun pria yang akrab disapa dr Adi tersebut mengatakan, ada beberapa pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan sebelum maupun sesudah kemoterapi dan radioterapi, untuk memastikan kondisi ovarium atau indung telur tetap baik.

"Dan yang terpenting pastikan dulu stadium kankernya memang masih memungkinkan untuk dipertahankan tidak indung telur dan rahimnya. Kalau kankernya sudah stadium lanjut, rahim mungkin sudah tidak bisa dipertahankan, tapi indung telurnya mungkin masih bisa," lanjutnya.

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik