Entri Populer

posimografi 2

Written By iqbal_editing on Senin, 22 Agustus 2016 | 18.07

Cara Kerja Polisomnografi

Polisomnografi adalah tes diagnostik rutin yang dilaksanakan di sebuah pusat penelitian tidur atau unit gangguan tidur dalam suatu rumah sakit. Prosedur ini umumnya dijadwalkan pada malam hari, sehingga pola tidur pasien dapat diamati dengan seksama. Pasien tidak diperbolehkan tidur siang agar mudah tertidur ketika penelitian. Selain itu, pasien harus menghentikan konsumsi kafein atau alkohol, karena keduanya dapat memengaruhi pola tidur dan memperburuk gejala yang dialami pasien.
Saat pelaksanaan tes, pasien diminta tidur sendiri dalam ruangan gelap dan tenang yang dilengkapi dengan kamera video dan sistem audio. Kulit kepala, pelipis, kaki, dan dada pasien akan dipasangi sensor selama tes berlangsung. Data yang dihasilkan oleh sensor cenderung berbeda dan tergantung pada jenis penelitian yang dilakukan, di antaranya:
  • Tes diagnostik kelebihan berat badan polisomnografi
  • Tes diagnostik latensi tidur ganda
  • Evaluasi Polisomnografi dan titrasi CAP selama dua malam
  • Polisomnografi split-night dengan titrasi CAP

Untuk memastikan keberhasilan dan hasil tes, praktisi menggunakan perpaduan beberapa macam tes dan peralatan, seperti:
  • EEG atau elektroensefalografi
  • EMG atau elektromiogram
  • EOG atau elektrookulogram
  • EKG atau elektrokardiogram
  • Mikrofon dengkuran
  • Sensor peredaran udara hidung

Apabila terdeteksi apnea tidur, pasien akan dihubungkan pada mesin PAP atau tekanan peredaran udara positif untuk memperlancar pernafasan saat tidur.
Pagi hari setelah tes, pasien diperbolehkan pulang dan disarankan melakukan kunjungan lanjutan untuk membahas hasil tes.
Dalam beberapa kasus, polisomnografi akan diikuti dengan tes diagnostik tidur lainnya yang disebut dengan tes multiple sleep latency atau MSLT, khususnya bila masalah pasien berupa hipersomnia. Tes MSLT mampu mengukur waktu istirahat pasien dalam sehari.

Kemungkinan Komplikasi dan Resiko Polisomnografi

Polisomnografi adalah tes diagnostik yang aman dan hanya menimbulkan sedikit atau tanpa rasa nyeri dan ketidaknyamanan pada pasien. Ini merupakan prosedur non-invasif dan tidak beresiko serius terhadap kesehatan. Efek samping yang paling sering dikeluhkan oleh pasien adalah iritasi kulit karena perekat sensor yang menempel pada tubuh selama tes berlangsung.

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik