Entri Populer

jenis dan pengukuran tonometri

Written By iqbal_editing on Senin, 19 September 2016 | 05.59

2. Jenis Tonometer
Tonometri indirect terbagi atas 2 kelompok besar yaitu indentasi dan aplanasi. Pengukuran tekanan intraokular pada tonometri indentasi didasarkan atas besarnya deformasi atau indentasi terhadap bola mata. Prototipe tonometer indentasi adalah tonometer Schiftz. Tonometri aplanasi menggunakan hukum Imbert-Fick yaitu besar tekanan intraokular sama dengan jumlah energi yang digunakan untuk mendatarkan permukaan sferik dibagi area yang terdatarkan (aplanasi). Jenis tonometri aplanasi antara lain tonometer aplanasi Goldmann, Perkins, Draeger, pneumatik, noncontact, Tono-pen, dan lain-lain.

2.1. Tonometer Non Contatc (air-puff)
Prototipe tonometer non contact pertama kali diperkenalkan oleh Grolman tahun 1970. Tonometer ini mengukur TIO tanpa menyentuh mata. Alat ini menggunakan udara untuk mendatarkan kornea lalu mengukur waktu dan jumlah energi yang diperlukan untuk mendeformasi kornea. Hasil dari alat ini sangat bervariasi dan TIO kadang terukur lebih tinggi terutama bila TIO > 20 mmHg, namun alat ini relatif mudah dipakai sehingga dapat digunakan untuk memeriksa pasien dalam jumlah banyak seperti pada skrining glaukoma. Alat ini mempunyai kalibrasi internal.
Tonometer non contact memiliki beberapa kelebihan dibandingkan tonometer yang memerlukan kontak dengan kornea yaitu dapat digunakan pada penderita dengan aberasi kornea, alergi terhadap obat tetes topikal, infeksi mata dan baru saja menjalani operasi. Tonometer non contact mengukur TIO dengan cepat sehingga dapat terjadi variasi tiap kali pengukuran. Jika pengukuran dilakukan segera setelah mengedip dan saat puncak pulsasi okular atau siklus respirasi maka hasil pengukuran akan tinggi. Oleh karena itu pengukuran dengan menggunakan alat ini harus diulang 3 – 4 kali.
Seluruh tonometer non contact menginterpretasi pengukuran bardasarkan refleksi dari image kornea, karenanya sulit mengukur TIO penderita dengan permukaan kornea yang abnormal. Selain itu  penderita yang tidak dapat memfiksasi mata dengan baik misalnya nistagmus tidak dapat diukur dengan alat ini.
Teknik pengukuran dengan menggunakan tonometer non contact  sebagai berikut:
  1. Instrumen yang menghadap ke kornea dibersihkan dengan antiseptik misalnya alkohol
  2. Pasien dalam posisi duduk lalu mata melihat ke depan
  3. Setelah didapatkan posisi yang tepat (sentral), tombol pengukuran ditekan
  4. Pengukuran diulang beberapa kali
  5. Pemeriksa membaca hasil pemeriksaan pada hasil print out.

2.2. Tonometer Schiftz
Tonometer Schiftz pertama kali diperkenalkan tahun 1905 dengan berat dasar 16,5 gr. Tonometer Schiftz terdiri atas plunger metal yang dapat bergeser melalui lubang pada alas metal berbentuk konkaf (gambar 1). Berat beban dasar tonometer Schiftz adalah 5,5 gr yang melekat pada plunger, beban tonometer dapat ditambah menjadi 7,5; 10 atau 15 gr pada TIO yang lebih tinggi. Semakin besar indentasi kornea semakin besar skala yang terbaca, artinya semakin rendah TIO. Demikian pula sebaliknya, semakin kecil indentasi kornea akan semakin kecil skala yang terbaca, artinya semakin tinggi TIO.
Faktor – faktor yang dapat menjadi sumber kesalahan dalam pemeriksaan tonometer Schiftz adalah rigiditas okular, perubahan volume darah, ketebalan kornea dan efek Moses yang ditemukan pada tekanan mata yang rendah. Pada rigiditas okular yang rendah tonometer Schiftz tidak dapat digunakan demikian juga pada penderita dengan infeksi mata, pasca operasi dan alergi terhadap obat anestesi.
Tonometer Schiftz dapat juga digunakan untuk skrining massal, namun karena dalam pengukuran sering didapati TIO lebih rendah dari semestinya dan memiliki variasi yang cukup besar, maka nilai tonometer Schiftz dapat dipercaya bila TIO > 25 mmHg. Selain itu, nilai yang didapat juga harus disesuaikan dengan usia, karena dalam satu penelitian didapatkan adanya perbedaan hasil antara usia 50 dan 60 tahun.
Teknik pengukuran TIO dengan tonometer Schiftz secara ringkas sebagai berikut:
  1. Pemeriksa menjelaskan teknik pemeriksaan dan penggunaan anestesi topikal sehingga tidak akan terasa sakit.
  2. Pasien berbaring dan difiksasi pada target di atas misalnya lampu atau tanda di langit-langit atau dapat pula meminta pasien untuk mengangkat tangannya lalu ibu jari dijadikan sebagai titik fiksasi.
  3. Teteskan anestesi topikal misalnya propakain 0,5%.
  4. Kalibrasi tonometer pada plat yang sudah tersedia lalu bersihkan tonometer tip dengan kapas alkohol dan keringkan di udara.
  5. Pemeriksa membuka mata pasien tanpa menekan bola mata lalu tonometer diletakkan di atas kornea. Tonometer harus sejajar dengan apeks kornea. Selain itu pemeriksa harus hati-hati tidak menekan bola mata dengan tonometer.
  6. Nilai TIO yang terukur jika skala terbaca antara 0,25 unit. Jika fluktuasi skala lebih besar maka nilai pengukuran yang diambil adalah nilai tengah skala. Jika skala yang terbaca kurang dari 3 maka digunakan beban yang lebih berat.
  7. Pengukuran diulang 3 kali dengan perbedaan kurang dari 0,5 unit.
  8. Rata-rata skala yang terbaca dikonversi ke dalam milimeter Hg menggunakan diagram konversi yang telah tersedia.

2.3. Pengukuran TIO dengan palpasi
Pengukuran TIO di daerah dengan fasilitas kesehatan yang sederhana biasanya menggunakan tonometer Schiftz atau bila tidak ada, dengan cara yang paling sederhana yaitu palpasi atau digital atau finger tension. Namun keakuratan pengukuran TIO dengan palpasi sangat tergantung pada pengalaman dokter dalam menilai kekenyalan bola mata. Selain itu, nilai yang didapat pada penilaian TIO dengan palpasi hanya bersifat kualitatif. Meskipun demikian cara palpasi masih bermanfaat pada keadaan yang tidak memungkinkan penggunaan alat, misalnya konjungtivitis atau infeksi kornea. Pada keadaan tertentu pengukuran dengan palpasi masih memberikan hasil memuaskan misalnya TIO sangat tinggi pada glaukoma akut atau absolut dan sangat rendah seperti pada ablasio retina.
Pengukuran TIO dengan palpasi sebagai berikut:
  1. Penderita dan pemeriksa duduk berhadapan
  2. Mata penderita melihat ke bawah tetapi tidak dipejamkan
  3. Kedua jari telunjuk pemeriksa diletakkan di kelopak mata atas tepat di bawah rima orbita lalu ditekan hingga permukaan sklera terasa.
  4. Satu jari telunjuk sebagai fiksasi dan telunjuk lainnya ditekan, bergantian hingga keadaan tekanan bola mata dapat dirabarasakan.

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik