Entri Populer

komplikasi kanker hati

Written By iqbal_editing on Senin, 24 Oktober 2016 | 07.23

Edema dan Asites
Seiring dengan semakin beratnya sirosis hati, maka tubuh akan mengirimkan suatu impuls listrik kepada ginjal untuk menahan garam dan air di dalam tubuh. Jumlah air dan garam yang berlebihan di dalam tubuh ini pertama-tama akan berakumulasi di dalam jaringan di bawah kulit pergelangan kaki dan kaki karena adanya efek gravitasi saat anda duduk atau berdiri. Akumulasi cairan ini disebut dengan edema atau pitting edema.
Pitting edema merupakan suatu keadaan di mana saat kulit yang membengkak ditekan, maka akan terbentuk suatu lekukan pada permukaan kulit di bekas tempat anda menekan permukaan kulit tersebut).
Pembengkakan ini seringkali akan memburuk di malam hari setelah anda berdiri atau duduk lama dan akan berkurang saat anda tidur karena efek gravitasi yang lebih rendah saat anda berbaring.
Saat sirosis hati semakin memburuk dan lebih banyak garam serta air yang tertahan di dalam tubuh, maka cairan juga akan terakumulasi di dalam rongga perut, yaitu di antara dinding perut dan organ perut. Akumulasi cairan ini disebut dengan asites, yang menyebabkan pembengkakan pada daerah perut, rasa tidak nyaman di perut,  dan peningkatan berat badan.

Peritonitis Bakterial Spontan
Akumulasi cairan di dalam rongga perut (asites) merupakan tempat yang sangat baik bagi pertumbuhan bakteri. Pada keadaan normal, rongga perut hanya mengandung sangat sedikit cairan sehingga mampu melawan infeksi dengan baik. Selain itu, berbagai bakteri yang masuk ke dalam perut (usus) akan dibunuh.
Pada sirosis hati, adanya banyak cairan di dalam rongga perut membuat rongga perut mudah mengalami infeksi dan menyebabkan terjadinya infeksi pada perut. Peritonitis bakterial spontan merupakan komplikasi sirosis yang dapat membahayakan jiwa. Beberapa penderita peritonitis jenis ini mungkin tidak mengalami gejala apapun, sementara yang lainnya mungkin mengalami demam, menggigil, nyeri perut, perut teraba keras, diare, dan semakin memburuknya asites.

Perdarahan Akibat Varises Esofagus
Sirosis hati menyebabkan terbentuknya jaringan parut pada hati yang dapat menghambat aliran darah dari usus menuju ke jantung sehingga menyebabkan peningkatan tekanan di dalam vena porta (hipertensi porta).
Bila tekanan di dalam vena porta meningkat cukup tinggi, maka hal ini akan membuat darah mencari jalan lain untuk kembali ke dalam jantung, yaitu melalui pembuluh darah balik di sekitar hati yang memiliki tekanan yang lebih rendah. Pembuluh darah yang seringkali dilewati darah sebagai jalan pintas menuju jantung merupakan pembuluh darah di bagian bawah tenggorokan (esofagus) dan pembuluh darah di bagian atas lambung.
Akibat dari peningkatan aliran darah di dalam pembuluh darah balik tersebut, maka tekanan di dalam pembuluh darah balik ini pun meningkat sehingga terjadi pelebaran di kedua pembuluh darah balik tersebut (varises). Semakin tinggi tekanan di dalam vena porta, maka semakin lebar varises yang terbentuk dan semakin tinggi resiko perdarahan akibat varises ini.
Perdarahan akibat varises biasanya cukup berat dan bila tidak segera diobati dapat berakibat fatal. Beberapa gejala perdarahan akibat varises adalah muntah darah, tinja berwarna gelap dan lengket seperti ter, pusing atau pingsan saat berdiri (karena penurunan tekanan darah, hal ini terutama terjadi saat perubahan posisi dari duduk ke berdiri).
Walaupun belum ditemukan penyebab pastinya, para penderita sirosis yang mengalami perdarahan akibat varises memiliki resiko mengalami peritonitis bakterial spontan yang lebih tinggi.

Ensefalopati Hepatikum
Beberapa jenis protein dalam makanan yang tidak dapat dicerna dan diserap oleh tubuh akan digunakan oleh bakteri yang memang normal terdapat di dalam usus. Saat bakteri mencerna protein, maka mereka pun menghasilkan suatu zat sisa ke dalam usus seperti amonia, yang bersifat racun bagi otak. Pada keadaan normal, zat beracun ini akan dibawa dari dalam usus ke dalam vena porta menuju hati untuk dikeluarkan dari dalam tubuh melalui darah.
Akan tetapi, pada sirosis hati, sel-sel hati tidak dapat berfungsi dengan normal (baik karena mengalami kerusakan atau adanya gangguan hubungan antara darah dan sel hati). Selain itu, darah dari hati pun dapat melalui pembuluh darah balik lain selain vena porta. Hal ini menyebabkan zat beracun tidak dapat dikeluarkan oleh sel-sel hati dan terakumulasi di dalam darah.
Saat zat beracun ini terakumulasi dalam jumlah yang cukup banyak di dalam darah, maka fungsi otak pun akan terganggu dan menyebabkan terjadinya ensefalopati hepatikum. Gejala awal dari ensefalopati hepatikum adalah tidur di siang hari dan bukannya di malam hari (perubahan pola tidur).
Berbagai gejala lain dari ensefalopati hepatikum adalah mudah marah, sulit berkonsentrasi atau berhitung, gangguan daya ingat, tampak bingung atau mengalami penurunan kesadaran. Pada akhirnya, ensefalopati hepatikum dapat menyebabkan koma dan kematian.
Zat beracun ini juga membuat otak penderita sirosis menjadi sangat sensitif terhadap obat-obatan yang biasanya dikeluarkan melalui hati. Oleh karena itu, dosis obat-obat (terutama obat sedatif dan obat tidur) yang dimetabolisme di dalam hati harus diturunkan untuk menghindari penumpukkan obat di dalam hati. Akan lebih baik bila anda menghindari mengkonsumsi berbagai jenis obat yang harus dimetabolisme di dalam hati.

Sindrom Hepatorenal
Penderita sirosis hati berat dapat mengalami sindrom hepatorenal. Sindrom ini merupakan salah satu komplikasi berat yang menyebabkan penurunan fungsi ginjal (tanpa kerusakan ginjal). Penurunan fungsi ginjal ini diakibatkan oleh perubahan aliran darah yang melalui ginjal, bukan karena kerusakan sel-sel ginjal.
Sindrom hepatorenal merupakan kegagalan progresif dari ginjal untuk mengeluarkan berbagai zat dari dalam darah dan memproduksi air kemih dalam jumlah adekuat, akan tetapi tidak terjadi gangguan pada fungsi ginjal lainnya seperti retensi (menahan) garam di dalam tubuh.
Bila fungsi hati membaik, maka fungsi ginjal penderita sindrom hepatorenal pun akan kembali normal. Hal ini menandakan bahwa penurunan fungsi ginjal yang terjadi merupakan akibat dari penumpukkan zat beracun di dalam darah akibat kegagalan fungsi hati. Terdapat 2 jenis sindrom hepatorenal, yang terjadi secara lambat dalam waktu beberapa bulan atau yang terjadi dengan sangat cepat dalam waktu seminggu atau 2 minggu.

Sindrom Hepatopulmonar
Walaupun jarang, beberapa penderita sirosis tahap lanjut dapat mengalami sindrom hepatopulmonar, yang menyebabkan penderita kesulitan bernapas karena adanya hormon tertentu yang dilepaskan yang menyebabkan paru-paru tidak dapat berfungsi secara normal.
Masalah utama pada paru-paru penderita adalah tidak cukupnya aliran darah yang masuk ke dalam pembuluh darah kecil menuju ke kantong udara paru sehingga darah tidak mengandung cukup banyak oksigen danmembuat penderita mengalami sesak napas, terutama saat menghembuskan napas (ekspirasi).

Hipersplenisme
Pada keadaan normal, limpa berfungsi untuk menyaring sel-sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit yang sudah tua. Darah yang keluar dari limpa akan bergabung dengan darah dari usus di dalam vena porta.
Peningkatan tekanan darah di dalam vena porta akibat sirosis hati, akan menyebabkan aliran darah dari limpa terhambat. Hal ini akan membuat darah terkumpul di dalam limpa dan membuat limpa membengkak. Bila limpa cukup besar, maka penderita dapat mengalami nyeri perut.
Seiring dengan semakin membesarnya limpa, maka limpa pun akan menyaring semakin banyak sel-sel darah dan trombosit hingga terjadi penurunan sel-sel darah dan trombosit di dalam alirang darah. Hipersplenisme merupakan suatu keadaan di mana terjadi penurunan jumlah sel-sel darah dan trombosit akibat pembesaran limpa, yang menyebabkan terjadinya anemia, leukopenia, dan trombositopenia.
Anemia dapat menyebabkan penderita merasa lemas. Leukopenia (jumlah sel darah putih sedikit) dapat menyebabkan terjadinya infeksi. Sedangkan trombositopenia (jumlah trombosit sedikit) dapat menyebabkan gangguan pembekuan darah dan menyebabkan terjadinya perdarahan.

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik