Entri Populer

transplantasi selapit benin g dan kornea mata

Written By iqbal_editing on Kamis, 27 Oktober 2016 | 17.02

Transplantasi selaput bening mata atau keratoplasti adalah sebuah tindakan medis berupa penggantian selaput bening mata (kornea) yang dianggap sudah keruh diganti kornea baru yang didapat dari pendonor.[1] Tindakan tersebut ditempuh karena kornea keruh akibat dari terbentuknya jaringan parut, sebagai akibat penyakit atau luka pada kornea.[1] Kondisi keruh kornea tersebut mengakibatkan penderitanya mengalami gangguan penglihatan. Kekeruhan dapat terjadi pada bagian lapisan luar atau di seluruh tebalnya kornea.[1] Transpantasi selaput bening mata tersebut terbagi dalam dua tipe:
  1. Transplantasi jenis keratoplasti lamelar, yaitu penggantian hanya lapisan luar kornea.[1] Dalam hal ini, yang diganti hanya lapisannya saja.[1]
  2. Transplantasi jenis keratoplasti tembus, yaitu penggantian seluruh lapisan kornea, diperlukan kornea baru yang segar.[1]
Seiring perkembangan teknologi dan ilmu kedokteran, transplantasi tersebut dimulai pada tahun 1905 dan berhasil.[2] Transplantasi pertama dilakukan di Amerika Serikat, kornea jarang dijahitkan di tempatnya atau dipertahankan di tempatnya dengan jahitan penguat ke sklera, bukan ke kornea.[2] Kemudian pada tahun 1950, transplantasi tersebut semakin meyakinkan karena keberhasilannya.[2] Dibutuhkan banyak pihak untuk mendukung keberhasilan ini, salah satunya adanya bank mata yang menampung donor kornea.[2] Dibutuhkan beberasa syarat, dilakukan dengan sangat hati-hati, dibutuhkan pemotongan kornea dari donor lebih besar dari ukuran kornea penerima (0.5 mm lebih besar).[2]

transplantasi kornea mata
Tenaga medis kesehatan mata di Indonesia siap melakukan inovasi teknologi cangkok kornea mata untuk menyerap pasien transplantasi kornea menjelang realisasi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada akhir tahun ini.
Dengan teknik baru bernama  Lamellar Keratoplasty (LK)   tersebut, masyarakat Indonesia tak perlu lagi terbang ke negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia hanya untuk melakukan transplantasi kornea mata.
“Jika dulu operasi kornea dilakukan dengan mengganti seluruh bagian kornea, sekarang bisa dilakukan dengan mengganti lapisan demi lapisan kornea demi optimalisasi penglihatan,” ujar Direktur Medis Jakarta Eye Centre (JEC) Setiyo Budi Riyanto dalam Pre Meeting Cornea Workshop di Kedoya, Kamis (08/01).
Di sisi lain, jika dibandingkan dengan biaya transplantasi mata di luar negeri, ongkos yang harus dikeluarkan pasien untuk melakukan transplantasi kornea mata di dalam negeri dengan menggunakan teknik tersebut juga lebih murah.
Selama ini, ongkos yang harus dikeluar-kan oleh pasien untuk melakukan trans-plantasi kornea mata di luar negeri dapat mencapai ratusan juta rupiah. Sementara itu, apabila transplantasi kornea mata tersebut dilakukan di dalam negeri, proyeksi dana yang keluar diperkirakan hanya mencapai sekitar Rp34 juta.
Budi menjelaskan  Lamellar Keratoplasty terdiri atas dua jenis teknik transplantasi yakni  Deep Anterior Lamellar Kerotaplasty  (DALK) dan Descement Stripping Automated Endothelial Keratoplasty (DSEK).
Teknik DALK yakni mengganti sebagian besar lapisan depan kornea, termasuk bagian kornea yang lebih dalam. Adapun teknik DSEK dilakukan untuk mengganti lapisan tipis kornea terdalam melalui lubang atau sayatan kecil tanpa jahitan.
Selama ini, teknik transplantasi kornea yang umum digunakan adalah Penetrating Keratoplasty (PK)  yakni tindakan mengganti seluruh lapisan kornea pasien dengan kornea donor. Pada teknik tersebut, risiko penolakan mata pasien terhadap kornea baru cenderung lebih tinggi. Di sisi lain, proses penyembuhan relatif lebih lama jika dibandingkan teknik LK.
Teknik baru bernama LK tersebut diperkenalkan dan diaparkan secara gamblang dalam Pre Meeting Cornea Workshop.
Dalam acara tersebut, para wartawan juga melihat secara langsung operasi tranplantasi kornea dengan teknik DSEK. Operasi dilakukan oleh Direktur Rumah Sakit JEC Dr. Johan A. Hutauruk dan dipandu oleh ahli transplantasi kornea mata asal Amerika Serikat Dr. Anthony J. Aldave.
“Teknik ini tidak menggunakan jahitan pada kornea karena dapat meru-saknya,” ujar Aldave. Sebagai gantinya, ujarnya, dokter menggunakan bantuan gelembung udara (bubble) untuk menjaga kornea tetap berada di tempatnya.
LEBIH CEPAT, LEBIH AMAN
Dia mengklaim teknik DSEK membuat operasi lebih cepat, aman, dan lebih baik jika dibandingkan dengan teknik konvensional. Teknik ini juga diklaim berhasil mengurangi risiko komplikasi pas-caoperasi.
Menurut dia, proses optimalisasi penglihatan pasien akan berangsur membaik pada hari ke-5 setelah operasi. Adapun total masa pemulihan pasien berkisar antara 2 – 3 bulan pascaoperasi.
Aldave menjelaskan tidak ada batas usia pasien untuk menjalani transplantasi cangkok kornea. Dia mengaku pernah menangani operasi terhadap pasien anak berusia di bawah 10 tahun dan pasien lansia beru-sia 98 tahun di Amerika Serikat.
Sayangnya, tidak semua rumah sakit mampu menerapkan operasi cangkok kornea mata tersebut. Harga yang cukup mahal membuat ketersediaan peralatan pendukung operasi tersebut terbatas. Bahkan di Jakarta saja, jumlah dokter mata yang berpengalaman melakukan transplantasi kornea mata tidak lebih dari lima dokter.
Kendala lain juga terletak pada keterbatasan donor mata. Sampai saat ini, Bank Mata Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan donor mata di dalam Negeri. Pemenuhan kebutuhan terhadap donor mata di Indonesia masih tergantung pada stok dari luar Negeri.
Ketua Bank Mata Indonesia Tjahjono D. Gondhowiardjo mengatakan jumlah pasien dalam daftar tunggu donor mata di Bank Mata Jakarta setiap bulan dapat mencapai hingga 50 orang.

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik