Entri Populer

LPT

Written By iqbal_editing on Jumat, 11 November 2016 | 06.15

LPR adalah terjadinya aliran balik dari isi lambung ke laring, faring dan upper aerodigestive tract.
Patofisiologi
Pada orang normal, sfingter esophagus atas (UES) dan sfingter esophagus bawah (LES) bekerja secara bersama untuk mencegah terjadinya refluks ini. Karenanya patologi utama penyebab LPR berhubungan dengan disfungsi sfingter esophagus terutama UES. Sfingter esophagus atas (UES) terdiri dari cricopharingeus, thyropharyngeus dan proksimal cervical esophagus dan menempel pada kartilago tiroid dan krikoid yang membentuk seperti huruf C (C-shape), yang membungkus daerah sekitar esophagus servikal dan mendapat  persarafan dari pleksus farinngeal.
Ketika UES memungkinkan terjadinya refluks dan menyebabkannya kontak dengan segmen laringofaringeal, Asam lambung dan pepsin yang teraktivasi dapat menyebabkan kerusakan langsung pada mukosa laring. Hal ini mengakibatkan gangguan klirens mukosilier yang  menyebabkan stasis lendir yang dapat memperburuk terjadinya iritasi mukosa dan berkontribusi terhadap gejala yang dialami pasien misalnya postnasal drip, throat clearing dan globus sensation.
Disfungsi UES bukan merupakan penyebab satu – satunya LPR, karena menurut beberapa studi ditemukan bahwa terdapat peran dari aspek biokimia. Didapatkan bahwa terdapat hubungan antara LPR dan penurunan isonenzim karbonik anhidrase III (CA-III). Penurunan kadar CA-III, yang dihubungkan dengan peningkatan konsentrasi pepsin, merupakan hal yang penting untuk dipertimbangkan karena pada kondisi ini menyebabkan penurunan jumlah anion bikarbonat yang ada dan berguna untuk menetralisir isi lambung dan akibatnya lebih sedikit buffer kimia yang memproteksi mukosa faring.
 Tanda dan Gejala klinis
Individu dengan LPR biasanya mengeluhkan gejala yang tidak spesifik, namun terdapat beberapa gejala yang umumnya ditemukan oleh dokter pada pasien – pasien LPR, yaitu :
  • cervical disphagia
  • chronic cough
  • dysphonia
  • globus sensation
  • hoarseness
  • sore throat
  • throat clearing
  • upright reflux
Hal ini tidak berarti bahwa gejala – gejala tersebut di atas merupakan suatu gejala eksklusif pada LPR. Karena LPR dapat juga bermanifestasi dengan gejala lain seperti asma eksaserbasi, otalgia, mucus tenggorok yang eksesif, halitosis, nyeri leher, odinofagia, post nasal drip, dan gangguan suara. Sebaliknya, gejala – gejala di table yang di atas juga tidak dapat dijadikan suatu hal yang inklusif karena tidak semua pasien LPR menderita semua gejala seperti di table yang di atas.
Salah satu hal yang paling penting untuk memastikan apakah etiologi dari keluhan pasien tersebut berhubungan dengan LPR adalah membedakannya dengan gejala klasik yang dialami oleh penderita GERD (gastroesophageal reflux disease). GERD bermanifestasi dengan gejala heartburn, regurgitasi dan refluks ketika terlentang. Akibatnya insidens esofagitis, dan barret’s dysplasia lebih tinggi pada kondisi ini dibandingkan pada LPR. Disfagia mungkin terjadi, namun gangguan suara dan pernapasan lebih jarang terjadi dibandingkan dengan LPR.
LPR meliputi segenap temuan pemeriksaan nonspesifik yang khususnya berhubungan dengan eritema dan edema. Tanda Hallmark termasuk eritema dan edema interaritenoid, edema infraglotis, dan ventricular effacement. Karena pita suara sejati dan palsu bengkak akibat respons terhadap pajanan refluks, batas yang jelas dari ventrikel menjadi tidak jelas, hal itulah yang disebut ventricular effacement.
Diagnosis dan Diagnosis Banding
Karena berdasarkan patofsiologinya LPR terjadi akibat adanya refluks dari isi lambung ke daerah laringofaringeal, maka salah satu tindakan diagnosis yang dapat dilakukan pada LPR adalah pemeriksaan pH. Karena seperti diketahui bahwa pH lambung lebih rendah dibanding dengan pH di daerah laringofaring.  Caranya adalah dengan memasukan smalltube (kateter) melalui hidung dan mencapai esophagus. Kateter ini digunakan selama 24 jam dan mengukurjumlah asam yang refluks ke tenggorokan. Tes ini tidak sering dilakukan namun dapat memberikan informasi yang penting pada kasus – kasus tertentu.
Sebagian besar dokter mendiagnosis LPR melalui pemeriksaan tenggorokan dan pita suara dengan teleskop rigid atau fleksibel. Pita suara biasanya hiperemis, teriritasi, dan bengkak akibat damage asam lambung. Bengkak dan inflamasi yang terjadi ini dapat sembuh dengan tatalaksan medis, namun butuh waktu beberapa bulan.
Pada tahun 2001 Belafsky et al mengembangkan alat uji diagnostic objektif yang disebut sebagai reflux finding score (RFS). RFS merupakan tools yang digunakan untuk menentukan skor gejala LPR. RFS terdiri dari 8 komponen pemeriksaan spesifik yang mungkin ditemui pada LPR yang masing – masing memiliki skor. Jika skor total  lebih dari 7 maka hal tersebut mengindikasikan pasien akan positif pada pemeriksaan pHà indikasi LPR.
rfs
Untuk menunjang RFS/RSS, pada tahun 2002 Belafsky et al mengembangkan Reflux Symptom Index (RSI). RSI merupakan pertanyaan survey tervalidasi kepada pasien yang berisi 9 pertanyaan yang berhubungan dengan gejala spesifik LPR. Masing – masing pertanyaan terdapat skor 1-5 bergantung derajat berat ringannya gejala yang dialami pasien. Jika skor total lebih dari 13 maka hal tersebut mengindikasikan pasien tersebut positif pada pada pemeriksaan pHà indikasi LPR.
RFS
Terdapat beberapa tes lain yang dianjurkan untuk evaluasi LPR. Namun, studi untuk beberapa tes tersebut masih sedikit dan tidak direkomendasikan secara rutin untuk dilakukan pada pemeriksaan inisial.
Diagnosis banding LPR salah satunya adalah GERD. Karenanya perlu dibedakan apakah gejala yang dialami pasien tersebut adalah GERD atau LPR. Berikut beberapa perbedaan antara GERD dan LPR:
gerd vs lpr Tatalaksana
Tatalaksana LPR terdiri dari 3 komponen penting yaitu modifikasi lifestyle, famakologi dan pembedahan.
  • Modifikasi lifestyle
  1. Hindari kafein, coklat, mint, alcohol, berhenti merokok,
  2. membatasi makan makanan gorengan, berlemak dan pedas,
  3. Berhenti makan paling tidak 3 jam  sebelum tidur
  4. Meninggikan kepala pada saat tidur



  • Farmakologi
  1. PPI. Saat ini PPI dipertimbangkan sebagai pengobatan utama LPR, PPI optimal diminum 30-60 menit sebelum makan. PPI mengurangi produksi asam lambung dengan menghambat pompa proton. Belafsky et al melakukan studi dan mengemukakan bahwa setelah pengobatan PPI 2xper hari selama 4 bulan, pasien LPR mengalami perbaikan yang pesat.
  2. Antasid dan antagonis reseptor H2
  3. Sukralfat. Untuk melindungi mukosa yang injuri
  • Pembedahan
Nissen fundoplication merupakan tindakan pembedahan yang dianjurkan pada pasien LPR jika tatalaksana medis tidak memberikan perubahan. Berdasarkan literatur nissen fundoplication dapat memperbaiki tanda dan gejala LPR sebesar 73-86%.
Fundoplikasi adalah jenis pembedahan yang membungkus bagian atas lambung (fundus) di sekitar esophagus bagian bawah untuk membuat katup antara kerongkongan dan lambung. Hal ini biasanya dilakukan secara laparoskopi sayatan kecil namun dapat juga dilakukan dengan pembedahan tradisional dengan sayatan yang luas.

Komplikasi
Pada bayi dan anak – anak LPR dapat menyebabkan ;
  1. Penyempitan daerah di bawah pita suara
  2. Ulkus kontak
  3. Infeksi telinga rekuren
  4. Penumpukan cairan di telinga tengah yang persiste
Pada orang dewasa, LPR dapat menimbulkan komplikasi berupa skar di tenggorokan dan pita suara, ia juga dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker di daerah tersebut, LPR juga dapat mempengaruhi paru – paru dan dapat meniduksi timbulnya kondisi asma, emfisema atau bronchitis.

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik