Entri Populer

dampak TV dijadikan sebagai babby sister

Written By iqbal_editing on Jumat, 17 Februari 2017 | 15.17

Jakarta, Bagi bayi dan balita, televisi merupakan kotak yang sangat menarik. Bagaimana tidak, mata mereka begitu dimanjakan oleh televisi. Karena merasa nyaman, si kecil pun diam dan tenang saat menonton televisi. Dengan alasan itulah televisi kemudian dijadikan 'baby sitter'.

Padahal ada dampak yang harus 'dibayar mahal' jika menjadikan televisi sebagai baby sitter. Mengingat pada usia bayi dan balita ada bagian otak yang belum matang, paparan televisi rentan membuat si kecil kecanduan.

"Pre frontal cortex baru matang di usia remaja akhir, maka itu di usia bayi dan balita harus benar-benar diperhatikan paparan layarnya, baik dari handphone ataupun dari televisi," tutur psikolog anak dan remaja dari RaQQi - Human Development & Learning Centre, Ratih Zulhaqqi, M.Psi dalam perbincangan dengan detikHealth.

Paparan layar, seperti film kartun di televisi akan membuat bayi dan balita nyaman. Mereka tidak perlu bergerak, hanya diam saja, namun telah tersaji gambar-gambar bergerak aneka warna. Sehingga meski tidak ada stimulus, si kecil akan merasa nyaman. Itu makanya mereka cenderung anteng saat menonton televisi atau video di handphone.


"Saat gadget-nya diambil atau televisinya dimatikan, kenyamanan mereka seperti diambil, inilah yang bikin bayi dan balita menangis, tantrum," imbuh Ratih.

Jika anak sudah menangis hebat dan marah saat gadget-nya diambil, ini merupakan tanda anak sudah mulai kecanduan. Dalam beberapa kasus, orang tua berusaha mengatasi kerewelan maupun tantrum anak dengan memberikan apa yang diinginkan, yakni dengan mengembalikan gadget-nya. Sehingga pola ini akan dipelajari anak, bahwa dengan bersikap rewel, apa yang diinginkan akan diberikan.

Masalah lain yang muncul saat televisi dijadikan 'baby sitter' adalah masalah kemampuan bicara anak. Sering kali kartun menampilkan gambar tanpa disertai suara orang bicara. Atau kalaupun bicara, menggunakan bahasa asing. Hal ini berisiko berdampak pada kemampuan bicara anak.

"Komunikasinya satu arah, tidak ada komunikasi resiprokal, akibatnya anak tidak melatih kemampuan bicaranya. Anak tidak berusaha untuk ngomong. Kalau mau sesuatu jadi terbiasa menangis, berteriak, marah-marah, memaksa orang lain untuk tahu apa yang dia inginkan," papar Ratih.


Dampak lain menjadikan televisi sebagai 'baby sitter' adalah berpotensi menyumbang kasus karies di gigi anak. Lho kok bisa? Karena ada orang tua yang menjadikan tayangan televisi sebagai penyemangat anak untuk makan, paling tidak untuk membuka mulut sehingga makanan bisa masuk. Namun kemudian karena terpesona dengan tayangan yang ditonton, anak jadi lupa mengunyah makanan, sehingga mereka mengemut makanan.

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik