Entri Populer

masalah gizi ganda pada anak

Written By iqbal_editing on Selasa, 21 Februari 2017 | 17.12

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 mengungkapkan bahwa 6% balita mengalami kurang gizi, sedangkan 37% balita dan 1 dari 3 (31%) anak usia sekolah di Indonesia tergolong pendek (stunting) akibat kekurangan gizi menahun.
Dari data yang sama, prevalensi kelebihan gizi juga meningkat di mana angka overweight dan obesitas pria di Indonesia adalah 20%, sementara wanita sebesar 35%, naik dari sekitar 15% dan 26% berdasarkan data Riskesdas 2010. Diketahui, obesitas merupakan pintu masuk dari banyak penyakit degeneratif, seperti penyakit jantungdiabetes, kanker, atau stroke yang meningkatkan risiko kematian.
Dokter Spesialis Gizi Klinik, Dr. dr. Inge Permadhi, MS, SpGK(K) mengatakan, diperlukan peran keluarga dalam upaya untuk meningkatkan perbaikan gizi di Indonesia. Sebagai unit terkecil dari masyarakat, keluarga dapat berpengaruh yang sangat besar terhadap masing-masing anggotanya.
“Keluarga di Indonesia diharapkan dapat menjadi Keluarga Sadar Gizi yang mampu mengenal, mencegah dan mengatasi masalah gizi setiap anggota keluarganya, sehingga tercapai keadaan gizi yang optimal untuk seluruh anggota keluarga,” kata Inge dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis (9/6/2016).
Keluarga Sadar Gizi atau Kadarzi adalah keluarga dengan perilaku gizi yang baik yang dicirikan dengan mengonsumsi makanan beraneka ragam dengan gizi seimbang. Keanekaragaman makanan diperlukan karena tidak ada bahan makanan yang sempurna kandungan zat gizinya. Mengonsumsi makanan beraneka ragam menjamin pemenuhan kebutuhan tubuh akan zat gizi seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral.
“Sangatlah penting untuk mempertahankan pola makan yang baik, berpedoman pada gizi seimbang. Makanan beragam dan seimbang adalah pilihan makanan keluarga yang mengandung semua zat gizi yang diperlukan seluruh keluarga dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing anggota keluarga,” tambah dia.
Konsumsi Susu
Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 41 tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang mengatur susunan pangan sehari-hari harus merupakan kelengkapan jenis bahan makanan sumber karbohidrat, protein nabati, protein hewani, serta sayur-sayuran dan buah-buahan yang menjadi sumber vitamin dan mineral.
Susu sebagai bagian dari pangan hewani yang dikonsumsi berupa minuman, dianjurkan terutama bagi ibu hamil, ibu menyusui, dan anak-anak setelah usia satu tahun. Bagi anak usia sekolah, konsumsi susu sangat membantu untuk pertumbuhan dan perkembangan serta peningkatan daya ingat dan kognitif di sekolah.
Untuk mendukung upaya keluarga menerapkan gizi seimbang dan menyediakan zat gizi yang lengkap sesuai dengan kebutuhan setiap anggota keluarga, Sarihusada meluncurkan Gerakan 7 Hari Minum Susu. Peluncuran yang diselaraskan dengan peringatan Hari Susu Nusantara pada 1 Juni lalu, juga bertujuan untuk mendukung peningkatan konsumsi susu di Indonesia.
Menurut data yang tercantum pada situs Kementerian Pertanian, konsumsi susu per kapita masyarakat Indonesia masih rendah dibanding negara-negara ASEAN lainnya. Tingkat konsumsi susu per kapita masyarakat Indonesia hanya rata-rata sebesar 12,10 liter/tahun, jauh di bawah konsumsi susu di sejumlah negara ASEAN yang mencapai lebih dari 25 liter/kapita/tahun.
“Rendahnya tingkat konsumsi susu di Indonesia, karena kebiasaan minum susu yang belum membudaya. Untuk itu, upaya peningkatan konsumsi susu masyarakat Indonesia perlu terus ditingkatkan,” kata Michica Wijaya, Marketing Manager SGM Nutriday.

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik