Entri Populer

hubungan gangguan pendengran dan penyelam

Written By iqbal_editing on Senin, 20 Maret 2017 | 01.42

Gangguan pendengaran bisa disebabkan oleh berbagai hal dan angkanya terus meningkat karena pengaruh gaya hidup. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat bahwa milyaran anak muda berisiko menderita gangguan pendengaran setengahnya karena terpapar suara dari perangkat audio personal (penggunaan headphone atau earphone).

Direktur Jenderal Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P), Kementerian Kesehatan, dr H. Mohamad Subuh, MPPM, mengatakan di Indonesia sendiri angka prevalensi gangguan telinga nasional mencapai 2,6 persen. Ada sembilan provinsi yang rata-rata prevalensinya lebih tinggi dari tingkat nasional dengan angka tertinggi untuk ketulian ada di provinsi Maluku yaitu 0,45 persen.

"Kalau kita lihat Provinsi Maluku ya. Saya enggak tahu ini daerah perairan biasanya hobi menyelam sehingga mengganggu telinga sampai kepada ketulian," kata dr Subuh pada acara temu media Hari Pendengaran Sedunia di kantor P2P Kementerian Kesehatan, Jalan Percetakan Negara, Jakarta Pusat, Senin (20/3/2017).


Mengapa aktivitas menyelam bisa menyebabkan gangguan pendengaran? dr Sri Susilawati, SpTHT-KL dari Perhimpunan Dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Indonesia (PERHATI-KL) menjelaskan ada kaitannya dengan perbedaan tekanan udara.

Ketika seseorang menyelam karena perbedaan kedalaman akan ada perbedaan tekanan udara di dalam telinga dengan lingkungan sekitar. Semakin dalam seseorang menyelam makan tekanan akan semakin tinggi sehingga bisa menimbulkan rasa tidak nyaman di telinga.

Penyelam profesional biasanya menguasai teknik menyamakan tekanan udara dengan membiasakan diri terlebih dahulu dalam pada satu kedalaman tertentu sebelum menyelam lebih jauh. Nah pada penyelam masyarakat tradisional karena tidak dilengkapi peralatan lengkap maka biasanya mereka akan langsung menyelam dan kembali ke permukaan dengan cepat sebelum oksigen di paru-parunya habis.

"Masalahnya sekarang mereka kan tidak pakai oksigen jadi harus cepat. Itu menyebabkan tekanan di telinga tengah jadi besar sekali bisa gendang telinga pecah di situ atau bisa pecah waktu naik ke permukaan," ungkap dr Sri ketika ditemui pada kesempatan yang sama.

"Kalau sudah pecah pendengarannya akan berkurang permanen. Enggak akan hilang sama sekali memang karena bukan sarafnya yang rusak tapi biasanya bisa sampai 50 persen lah," pungkas dr Sri.

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik