Entri Populer

Badan Mungkin 'Boleh' Pendek, Tapi Otak Jangan Ikut Stunting

Written By iqbal_editing on Selasa, 02 Mei 2017 | 15.51

Nusa Tenggara Timur merupakan provinsi dengan angka stunting cukup tinggi di Indonesia yaitu hampir 50 persen. Namun secara nasional sudah turun yang sebelumnya 37,2 persen, kini menjasi 27,5 persen. Perolehan ini didapat dari pemantauan status gizi yang dilakukan oleh Dirjen Kesehatan Masyakarat.

Dikatakan Menteri Kesehatan RI, Prof Dr dr Nila Djuwita F Moeloek, SpM (K), masalah ini terjadi akibat kekurangan gizi sejak masa hamil. Ketika anak-anak lahir adalah anak-anak yang tinggi badannya tidak normal atau pendek.

"Mungkin pendek nggak apa-apa yang penting adalah otaknya jangan ikut-ikut pendek. Di sini sayangnya kalau stunting ini ikut otaknya, artinya IQ-nya tidak mencapai IQ normal," ujar Nila.

Hal ini ia sampaikan dalam acara 'Peran Poltekkes Kemenkes Kupang dalam Mendukung Pembangunan Kesehatan di Provinsi NTT Melalui Penyediaan SDM Kesehatan', Selasa, (2/5/2017).


Masalah lainnya disebutkan Nila adalah faktor budaya. Salah satu contoh di daerah perbatasan NTT, Silawan, di mana hampir 75 persen ibu tidak memberikan ASI pada anaknya. Terlebih pada ibu hamil, sebelum dan sesudah melahirkan mereka diasingkan dan tidak diberi makan, serta dipisahkan oleh bayinya sendiri.

"Jadi ada faktor budaya dalam hal ini menurut saya banyak hal yang memang terjadi di luar kemampuan di dunia kesehatan yang juga kita harus lakukan," kata Nila.

Pada kesempatan yang sama, disampaikan juga oleh Kadinkes Provinsi NTT dr Kornelis Kodi Mete, bahwa selain perilaku budaya masyarakat, keterbatasan bahan pangan di tengah masyarakat juga menjadi faktor anak-anak mengalami stunting

"Untuk mengatasi stunting tidak mungkin hari ini selesai. Oleh karena itu, dari segi kesehatan kita dorong supaya tenaga kesehatan itu bisa memberi penyuluhan dan pemahaman sembari kita harapkan ada ketersediaan bahan pangan," tutur Kornelis.

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik