Entri Populer

tindakan psikolog terhadap korban presekusi

Written By iqbal_editing on Sabtu, 03 Juni 2017 | 02.28

Dalam beberapa hari terakhir heboh kabar seorang anak berusia 15 tahun di daerah Jakarta Timur yang mendapat intimidasi dan dipersekusi oleh sekelompok orang. Polisi telah mengamankan sang anak bersama keluarganya dan ia kini dikabarkan tengah menjalani terapi.

Persekusi atau upaya perburuan dan intimidasi tidak hanya terjadi di Jakarta Timur. Kasus-kasus serupa banyak meramaikan pemberitaan di media, dan sebagian besar bermula dari status di media sosial yang menyinggung kelompok tertentu.

Psikolog anak dan remaja Reneta Kristiani, MPsi, dari Klinik Pelangi mengatakan ketika anak-anak mengalami peristiwa traumatis akibat persekusi, maka dibutuhkan apa yang namanya pertolongan pertama psikologis atau Psychological First Aid (PFA). Tujuannya agar reaksi shock bisa dikendalikan sehingga tidak menjadi trauma yang lebih buruk.

Dalam prinsipnya pertolongan pertama psikologi melibatkan tiga hal yaitu memberikan rasa aman, mendengarkan secara aktif, dan mengembalikan keberfungsian. Semua langkah itu penting agar korban bisa segera pulih dan kembali ke masyarakat.


"Pertama kita harus pindahkan dulu ke tempat aman. Misalnya dia baru mengalami kejadian gempa bumi atau bom, kita bawa dia ke tempat lebih aman karena kalau dia masih di situ akan masih merasa takut," kata Reneta ketika dihubungi detikHealth pada Sabtu (3/7/2017).

"Makanya kasus persekusi ini kan polisi memindahkannya ke tempat aman, itu prinsip dasar PFA karena di netralisir dulu," lanjut Reneta.


Infografis kasus persekusiInfografis kasus persekusi Foto: ilustrator Mindra Purnomo/detikcom



Setelah dipindahkan ke tempat aman, maka langkah berikutnya adalah mendengarkan secara aktif. Dalam tahap ini terapis akan mendengarkan cerita dari si korban dengan harapan bisa membantu proses refleksi diri.

"Mendengarkan aktif itu mendengarkan dengan sungguh-sungguh bahwa kita hadir untuknya. Mau mendengarkan dan menerima apapun ceritanya. Sehingga anak merasa diterima, apapun perasaan yang dialami merupakan hal wajar karena peristiwanya yang luar biasa di luar batas kewajaran," ungkap Reneta.

Langkah terakhir adalah mengembalikan keberfungsiannya. Pada anak yang shock seringkali aktivitasnya menjadi terganggu, nah dibantu oleh berbagai pihak anak harus bisa kembali bersekolah atau kembali beraktivitas di tengah masyarakat.

"Pemulihannya sih menurut saya enggak mudah, bisa bertahun-tahun. Kejadian traumatis mungkin sebentar tapi dampaknya bisa lama. Harus segera ditangani karena bisa kebawa terus sampai dewasa dia merasa takut atau bisa juga dendam," pungkas Reneta.

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik