Entri Populer

operasi jantung bawaan pada bayi

Written By iqbal_editing on Selasa, 23 Agustus 2016 | 18.30

Dibagi menjadi 3 bagian besar, yaitu terapi medikamentosa, operatif (operasi jantung terbuka) dan kateterisasi. Terapi medikamentosa merupakan terapi tambahan untuk mencegah perburukan PJB dan untuk menjaga stabilitas organ jantung setelah tindakan operasi atau kateterisasi. Namun perlu diingat bahwa terapi medikamentosa bukan terapi definitif untuk penanganan PJB. Metode operatif merupakan terapi definitif yang utama, namun dengan perkembangan teknik kateterisasi jantung yang semakin maju, saat ini kateterisasi lebih banyak dilakukan oleh para dokter, mengingat risiko yang lebih minimal pada pasien (meskipun metode operatif juga sangat aman). Banyak ahli menyatakan lebih menyukai metode kateterisasi karena lebih nyaman untuk pasien (terutama pada masa setelah operasi dilakukan) dan tidak menimbulkan bekas operasi yang cukup besar di daerah dada. Namun tidak semua PJB dapat ditangani dengan kateterisasi dan tetap membutuhkan metode operatif.

Terapi yang tepat untuk penanganan PJB penting untuk mencegah kematian bayi. Untuk PJB sianotik, biasanya tindakan operatif / kateterisasi harus dilakukan dalam 1 tahun pertama kehidupan, setelah organ-organ dalam tubuh bayi dianggap telah mampu untuk menjalani tindakan. Namun, untuk kebanyakan PJB non sianotik terapi operatif / kateterisasi dapat ditunda sampai usia pasien lebih besar karena dianggap lebih aman untuk dilakukannya operasi dan pembiusan.

Namun diketahui pula bahwa beberapa jenis PJB tidak memerlukan tindakan koreksi apapun, terutama untuk kelainan struktur jantung yang ringan dan tidak menimbulkan gejala. Kebanyakan dari kasus-kasus ini dapat diatasi hanya dengan obat-obatan atau bahkan tanpa obat-obatan sekalipun. Tetapi sangat disayangkan sebagian besar PJB pada kenyataannya harus mendapatkan tindakan terutama apabila gejala-gejala gagal jantung sudah terlihat, seperti cepat lelah, sesak nafas atau nafas yang cepat, dan pembesaran ruang jantung tertentu.

Di samping penanganan medikamentosa dan operatif/kateterisasi, penanganan nutrisi juga harus diperhatikan untuk mencegah keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan pada penderita PJB. Tambahan susu formula dengan kalori tinggi dan suplemen untuk air susu ibu sangat dibutuhkan bayi dengan PJB, terutama untuk bayi-bayi yang lahir prematur, memilki kelainan jantung berat (seperti defek jantung yang besar), dan bayi-bayi yang cepat lelah saat menyusui. Artikel ini tidak membahas terapi medikamentosa dan nutrisi lebih lanjut, namun penulis akan membahas terapi operatif dan kateterisasi secara umum.

Metode operatif
Operasi jantung terbuka diperlukan pada kelainan jantung yang tidak bisa ditangani dengan medikamentosa atau pada kelainan jantung yang menunjukkan perburukan pada pasien yang hanya mendapatkan terapi medikamentosa saja. Metode operatif juga dilakukan pada beberapa kelainan jantung yang kompleks, terutama yang mencakup kelainan struktur yang besar dan multipel, seperti pada tetralogi fallot, transposition of great arteries, dan kelainan septum jantung yang sangat besar.

Setelah pembiusan umum dilakukan, dokter akan membuat sayatan pada dada, menembus tulang dada atau rusuk sampai jantung dapat terlihat. Kemudian fungsi jantung digantikan dengan sebuah alat yang berfungsi untuk memompa darah ke seluruh tubuh yang dinamakan heart-lung bypass yang juga menggantikan fungsi paru-paru untuk pertukaran oksigen. Setelah itu jantung dapat dihentikan detaknya dan dibuka untuk memperbaiki kelainan yang ada, seperti apabila terdapat lubang pada septum jantung yang normalnya tertutup, maka lobang akan ditutup dengan alat khusus yang dilekatkan pada septum jantung.

Bagi masyarakat awam, prosedur operasi yang demikian sangat menakutkan, namun pada kenyataannya operasi ini sangat aman. Angka kematian pada saat operasi relatif rendah dan waktu pemulihan juga relatif singkat. Hanya dalam waktu 1 hari setelah operasi dilakukan (untuk pasien anak dan dewasa), pasien dapat langsung dipindahkan ke ruang perawatan biasa dari ruangan ICU. Namun, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, metode operatif ini memiliki beberapa kelemahan, antara lain waktu operasi yang lama dan ketidaknyamanan pasien, karena sebelum dilakukan operasi terdapat beberapa persiapan yang harus dilakukan, dan setelah operasi dilakukan seringkali bekas  tempat sayatan masih terasa sakit. Di samping itu, bekas luka operasi juga akan menimbulkan bekas di dada pasien. Dengan demikian, kebanyakan orang lebih menyukai metode kateterisasi (apabila memungkinkan) daripada metode operatif tersebut.

Kateterisasi
Selama 10 tahun terakhir, kemajuan terapi PJB sangatlah pesat khususnya dalam kemajuan teknik kateterisasi. Saat ini, selain digunakan sebagai alat diagnostik, kateterisasi juga dapat digunakan sebagai salah satu cara pengobatan definitif untuk beberapa jenis PJB seperti defek septum serambi jantung (ASD), Patent Ductus Arteriosus (PDA), Pulmonary stenosis, Aorta Stenosis, dan defek septum bilik jantung tipe muskular (mVSD). Bahkan pada sebuah penelitian di Polandia tahun 2007 tercatat bahwa metode kateterisasi ini juga mampu untuk menangani bentuk VSD tersering yaitu tipe perimembaranosa yang sebelumnya harus diterapi dengan metode operatif. Penemuan ini sangat bermanfaat mengingat VSD adalah penyebab penyakit jantung bawaan tersering dan 70% di antaranya adalah tipe perimembranosa. Defek septum ventrikel ini berhasil ditutup dengan penutup septum jantung yang baru yang disebut dengan Amplatzer. Penutup defek jantung lainnya dikenal dengan Cardioseal yang juga memiliki efektivitas yang baik. Kedua penutup defek jantung di atas (Amplatzer dan Cardioseal) memiliki mekanisme penutupan defek jangka panjang yang berbeda.

Prosedur kateterisasi umumnya dilakukan dengan memasukkan kateter atau selang kecil yang fleksibel didalamnya dilengkapi alat seperti payung yang dapat dikembangkan untuk menutup defek jantung.

Kateter dimasukkan  melalui pembuluh darah balik atau vena di pangkal paha atau di lengan. Untuk membimbing jalannya kateter, dokter menggunakan monitor melalui fluoroskopi angiografi atau dengan tuntunan transesofageal ekokardiografi (TEE)/ekokardiografi biasa sehingga kateter dapat masuk dengan tepat menyusuri pembuluh darah, masuk ke dalam defek atau lubang, mengembangkan alat di ujung kateter dan menutup lubang dengan sempurna. Prosedur ini dilakukan dalam pembiusan umum sehingga anak tidak merasakan sakit.

Dengan kateterisasi, penyembuhan akan lebih cepat dan mudah karena hanya membutuhkan sayatan yang sangat kecil di tempat memasukkan kateter, serhingga tidak menimbulkan bekas luka operasi yang besar dan nyeri yang dirasakan setelah prosedur kateterisasi relatif singkat. Keberhasilan prosedur kateterisasi ini untuk penanganan PJB ini dilaporkan lebih dari 90%. Namun, tetap diingat bahwa tidak semua jenis PJB dapat diintervensi dengan menggunakan metode ini. Pada kasus defek septum jantung yang terlalu besar dan kelainan struktur jantung tertentu seperti jantung yang berada di luar rongga dada (jantung ektopik) dan tetralogi fallot yang parah tetap membutuhkan meote operatif terbuka.

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik