Entri Populer

penanganan asma di igd

Written By iqbal_editing on Kamis, 18 Agustus 2016 | 19.00

Sebagai dokter IGD akan sering menjumpai pasien dengan keluhan sesak napas akibat asma. Strategi penanganan kasus Asma terbagi menjadi 2, yakni (1) pereda serangan dan (2) control jangka panjang.
Dalam menangani kasus Asma, hal terpenting yang harus dilakukan pertama kali adalah menentukan beratnya serangan. Hal ini dibutuhkan untuk menentukan terapi yang akan dilakukan.
Serangan asma berdasarkan beratnya terbagi menjadi:
  • Serangan ringan
Kesadaran baik, keluhan sesak ringan, dapat berbicara per kalimat tanpa terputus, tanda sianosis belum terlalu jelas.
  • Serangan sedang
Kesadaran relative baik, tampak keletihan dan penggunaan otot-otot bantu pernapasan, hanya dapat berbicara per frase kalimat terputus, sudah mulai muncul tanda sianosis di bibir.
  • Serangan berat
Kesadaran sudah mulai menurun (somnolen), keluhan sesak berat, penggunaan otot bantu napas tampak sangat jelas, hanya dapat berbicara per kata, tampak sangat lelah, tanda sianosis jelas di bibir dan akral.
  • Serangan sangat berat (status asmatikus)
Pasien tak sadar dan usaha bernapas minimal bahkan apneu.
Biasanya pasien yang datang dengan keluhan serangan ringan akan merespon dengan baik terhadap terapi awal, sehingga tidak memerlukan perawatan di rumah sakit. Sebaliknya, pasien dengan keluhan serangan sedang ke atas memerlukan perawatan di rumah sakit, terlebih lagi pasien dengan status asmatikus memerlukan perawatan intensif di ICU-intensive care unit (paling tidak IMC-intermediate care/HCU-high care unit).
Alur penanganan pasien dengan serangan asma (eksaserbasi akut) adalah sebagai berikut:
  • Pasang oksigen (via nasal canul atau face mask, aliran disesuaikan). Jika pasien masih dapat duduk, lebih baik lakukan anamnesis dan px sambil duduk. Jika pasien mengalami penurunan kesadaran atau tidak sadar, pikirkan bahwa pasien membutuhkan ventilasi bantuan, bahkan intubasi.
  • Berikan salbutamol (a.k.a albuterol) via inhaler atau nebulizer. Jika serangan pasien adalah serangan berat, dapat diberikan dengan kombinasi antikolinergik, ex: combivent (salbutamol cum ipratropium bromide). Pemberian terapi ini dapat di ulang sampai 3 kali dengan interval waktu antar dosis adalah 20 menit. Lalu evaluasi keadaan klinis pasien.
  • Untuk kasus serangan ringan, biasanya setelah 1 – 2 dosis pemberian salbutamol keluhan pasien akan membaik. Selanjutnya pasien dapat di berikan terapi rawat jalan untuk 3 – 5 hari agar serangan benar-benar hilang.
  • Untuk kasus serangan sedang sampai berat, biasanya setelah pemberian 1 – 3 dosis salbutamol/kombinasi keluhan hanya berkurang sedikit atau bahkan menetap. Untuk itu pasien memerlukan perawatan di RS. Penatalaksanaan selanjutnya adalah:
    • Pasang IV line
    • Infus cairan D5 atau kristaloid
    • Drip Aminofilin. Sebenarnya berdasarkan jurnal penelitian terbaru dan rekomendasi dari GINA menyatakan bahwa penggunaan aminofilin pada saat serangan akut tidak bermanfaat karena length of stay pasien masih sama antara yang diberikan aminofilin maupun tidak. Tapi berdasarkan penulis menilai tidak ada salahnya memberikan aminofilin dosis rendah pada pasien yang tidak ada kontraindikasi.
    • Program pemberian salbutamol via inhaler atau nebulizer per 4-6 jam, sambil dievaluasi sesuai perkembangan klinis pasien.
    • Pada serangan berat dapat diberikan steroid sistemik per oral.
    • Obat-obatan simtomatik seperti antipiretik dan ekspektoran. Penulis tidak menyarankan pemberian mukolitik karena dapat memperburuk keluhan sesak napas. Demikian pula mukolitik tidak direkomendasikan oleh GINA.
Klasifikasi Asma:
  1. Asma Intermiten
  2. Asma Persisten (menetap)
    1. Persisten Ringan
    2. Persisten Sedang
    3. Persisten Berat

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik