Entri Populer

diagnostik dan gambaran klinis demensia 2

Written By iqbal_editing on Jumat, 09 September 2016 | 21.34

Demensia pada Penyakit Creutzfeldt-Jakob

Penyakit Creutzfeldt-Jakob adalah penyakit degeneratif yang jarang yang disebabkan oleh agen yang progresif secara lambat, dan dapat ditransmisikan (yaitu, agen inaktif),  paling  mungkin  suatu  prion,  yang  merupakan  agen  proteinaseus  yang  tidak
mengandung DNA atau RNA.
Bukti-bukti menunjukan bahwa pada manusia penyakit Creutzfeldt-Jakob dapat ditransmisikan secara iatrogenik, melalui transplantasi kornea atau instrumen bedah yang terinfeksi. Tetapi, sebagian besar penyakit, tampaknya sporadik, mengenai individual dalam usia 50-an.
Penyakit ditandai oleh adanya pola elektroensefalogram (EEG) yang tidak biasa, yang terdiri dari lonjakan gelombang lambat dengan tegangan tinggi.
Tabel 5.4. Pedoman diagnostik untuk Demensia pada Penyakit Pick  3
Trias yang sangat mengarah pada diagnosis penyakit ini:
  • Demensia yang progresif merusak.
  • Penyakit piramidal dan ekstrapiramidal dengan mioklonus.
  • Elektroensefalogram yang khas (trifasik)

Demensia pada Penyakit Huntington

Demensia pada penyait Huntington ditandai oleh kelainan motorik yang lebih banyak dan kelainan bisaca yang lebih sedikit, serta adanya perlambatan psikomotor dan kesulitan melakukan tugas yang kompleks, tetapi ingatan, bahasa, dan tilikan tetap relatif utuh pada stadium awal dan menengah dari penyakit.
Pada saat penyakit berkembang, demensia menjadi lengkap, dan ciri yang membedakan penyakit ini dari demensia tipe Alzheimer adalah tingginya insidensi depresi dan psikosis, disamping gangguan pergerakan koreoatetoid yang klasik.
Tabel 5.5. Pedoman diagnostik untuk Demensia pada Penyakit Pick  3
  • Adanya kaitan antara gerakan koreiform, demensia, dan riwayat keluarga dengan penyakit Huntington.
  • Gerakan koreiform yang involunter, terutama pada wajah, tangan dan bahu, atau cara berjalan yang khas, merupakjan manifestasi dini dari gangguan ini. Gejala ini bisanya mendahului gejala demensia, dan jarang sekali gejala dini tersebut tidak muncul sampai demensia menjadi sangat lanjut.
  • Gejala demensia ditandai dengan gangguan fungsi lobus frontalis pada tahap dini, dengan daya ingat relatif masih terpelihara, sampai saat selanjutnya.

Demensia pada Penyakit Parkinson

Diperkirakan 20 – 30% pasien dengan penyakit Parkinson menderita demensia, dan tambahkan 30 – 40% mempunyai gangguan kemampuan kognitif yang dapat diukur. Pergerakan yang lambat pada penderita Parkinson adalah disertai dengan berpikir yang lambat pada beberapa pasien yang terkena, suatu ciri yang disebut beberapa dokter sebagai bradifenia. 1
Tabel 5.6. Pedoman diagnostik untuk Demensia pada Penyakit Parkinson  3
  • Demensia yang berkembang pada seseorang dengan penyakit Parkinson yang sudah parah, tidak ada gambaran klinis khusus yang dapat ditampilkan..

Demensia yang Berhubungan dengan HIV

Infeksi dengan human immunodeficiency virus (HIV) seringkali menyebabkan demensia dan gejala psikotik lainnya. Sekitar 14% pasien dengan HIV mengalami demensia tiap tahunnya. Perkembangan demensia pada pasien yang terinfeksi HIV seringkali disertai oleh tampaknya kelainan parenkimal pada pemeriksaan MRI. 1
Tabel 5.7. Pedoman diagnostik untuk Demensia pada Penyakit HIV  3
  • Demensia yang berkembang pada seseorang dengan penyakit HIV, tidak ditemukannya penyakit atau kondisi lain yang bersamaan selain infeksi HIV itu.

Demensia pada Penyakit Lain

Banyak penyakit-penyakit seperti yang tertera pada Tabel 4.1 yang menyebabkan demensia, dalam PPDGJ III ini digolongkan dalan Demensia pada Penyakit Lain YTD (yang di-tentukan) YDK (yang di-klasifikasikan di tempat lain).
Tabel 5.8. Pedoman diagnostik untuk Demensia pada Penyakit Lain YTD YDK  3
  • Demensia yang terjadi sebagai manifestasi atau konsekuensi beberapa macam kondisi somatik dan sereberal lainnya.
Untuk kriteria tarap beratnya demensia dapat di bagi dalam: Taraf Ringan, meskipun kegiatan pekerjaan atau sosial secara menonjol terganggu, kemampuan untuk hidup mandiri tetap utuh, dengan higiene diri yang cukup baik dan daya pertimbangan yang intak. Taraf Sedang, hidup mandiri kacau, dan usaha pengawasan oleh orang lain diperlukan. Taraf Berat, kegiatan hidup sehari-hari amat terganggu sehingga pengawasan yang terus-menerus diperlukan (misalnya tidak dapat mengatur higiene diri secara minimalpun, kebanyakan inkoheren atau mutistik). 4
6.   DIAGNOSIS BANDING

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik