Entri Populer

pemeriksaan fisik, pencegahan dan penatalaksanaan abses paru

Written By iqbal_editing on Rabu, 21 September 2016 | 05.36

Pemeriksaan Diagnostik

INVESTIGASI
Radiologi
Foto polos dada biasanya memunculkan kemungkinan adanya abses paru. Adakalanya, lesi tampak solid pada foto polos tetapi kavitasi terlihat pada CT  scan. Sangat sulit membedakan pleura dari penumpukan pus di paru, dan beberapa abses mungkin tidak terindetifikasi pada foto polos dada konvensional. Jika foto toraks lateral menunjukkan D-shaped opacity, dada posterior akan menjadi bagian vertikal D, lesi sering menjadi empiema dibandingkan abses paru. CT scan hampir selalu akan memudahkan ahli torak yang berpengalama untuk membedakan empiema dan abses paru. Abses biasanya memiliki dinding ireguler, dan lebih memiliki bentuk oval atau melingkar dibandingkan bentuk lentikuler, membuat akut dibandingkan sudut yang lemah dengan dinding toraks, dan menunjukkan tidak adanya bukti kompresi paru tambahan. CT sudu tunggal abses paru                                                                                        menunjukkan lesi tambahan, dan juga menunjukkan pleura tambahan yang abnormal, dimana pentingkan ketika merencanakan drainase perkuatenus. Apa yang tampak menjadi abses mungkin perut atau usus yang mengherniasi melalui diafragma, CT scan, atau pemeriksaan barium yang sesuai, yang memberikan diagnosis yang benar. Nilai MRI dalam menginvestasi abses paru tidak diusulkan.

Darah
Biasanya terdapat leukositosis neutrofil dengan LED yang meningkat dan protein C rekatif (PCR). Jika abses kronik, anemia akan muncul. Ketika abses terjadi berhubungan dengan pneumonia atau akibat infeksi melalui darah, organisme yang bertanggung jawab sering bisa diisolasi dari darah. Pemeriksaan serologis mungkin memberikan diagnosis penyakit hidatisoda dan amobiasis.

Teknik sampling mikrobiologi
Penelitian mikrobiologi pada traktus respirasi dipertimbangkan dalam hal adanya infeksi di tenpat lain dan hanya aspek tersebut yang langsung relevan terhadap abses paru, akan cocok dengan hal ini. Investigasi sering digagalkan oleh kurangnya spesimen yang cocok. Jika pasien membatukkan bahan sputum dan spesimen mencapai laboratorium segera lalu hasil yang nyata menyatakan bahwa staf laboratorium khususnya memerlukan pengaturan untuk kultur anaerobik, sebagaimana tidak terdapat perlakuan rutin pada sputum yang dikeluarkan. Teknik invasif untuk mengumpulan spesimen mengurangi kemungkinan kontaminasi melalui flora normal saluran napas. Beberapa teknik meliputi bronkoskopi dan kadang kala aspirasi transtrakeal. Secara bakteriologis, spesimen yang sangat membanggakan adalah bahwa didapatkan aspirasi transtorasik perkutaneus  yang dilakukan melalui skreening biologi, USG dan CT kontrol.

Bronkoskopi  
Peranan bronkoskopi dalam menginvestigasi abses paru adalah untuk mendapatkan spresimen mikrobiologi dan untuk membantu menyingkirkan tumor, benda asing dan dd yang lainnya. Kebanyakan pasien dengan abses paru menjalani bronkoskopi kecuali mereka dengan abses blood borne yang multipel dari bakteri yang tidak diketahui. Penggunaan bronkoskopi dalam penanganan abses paru dipertimbangkan kemudian.



MIKROBIOLOGI
Pada era sebelum antibiotik, abses paru lebih sering ditemukan saat ini dan kultur spesimen yang diperoleh saat pembedahan atau pemeriksaan pasca kematian memberikan kesempatan untuk meneliti mikrobiologinya. Penelitian ini memberikan peranan penting dari bakteri anaerob pada abses paru, walaupun taksonominya dan teknik laboratoriumnya untuk isolasi ini sering tidak adekuat melalui standar saat ini sehingga data ini sangat terbatas. Teknik sampling invasif dan ketertarikan baru-baru ini pada anaerob memiliki kemudahan untuk pemeriksaan akurat mikrobiologi abses paru.
Aroma spesimen sering memberikan kunci terhadap etiologi mikroba. Pus dari bakteri aerob maupun anaerob mungkin terlihat menganggu, tetapi hanya aroma pus anaerobik yang mengganggu. Spesimen bisa dikultur baik secara aerob maupun anaerob.
Mikrobiologi abses paru mencerminkan mekanisme yang bagaimana abses paru muncul. Organisme yang berhubungan dengan pneumonia memiliki daftar di awal. Lebih sering menyebabkan aspirasi isi orofaringeal dan pada kasus ini aerob merupakan kuman patogen yang penting. Dua penelitian besar yang menggunakan metode sampling invasif melaporkan adanya bakteri anaerob pada dua per tiga atau lebih abses paru, biasanya pada kultur campuran dengan aerob. Beberapa anaerob biasanya diisolasi bersama-sama dari abses paru. Semua isolasio harus diperiksa akan susceptibilitasnya terhadap antibiotik  sehingga regimen yang sesuai bisa diberikan. Anaerob yang paling sering pada abses paru adalah prevotella spp., porphyromonas spp., dan kokus gram positif. Bacteroides fragilis diduga sering, tetapi mungkin salah indetifikasi. Ketika anaerob tunggal diisolasi, hal ini biasanya fusobacterium.
Aspirasi juga merupakan mekanisme dimana organsime aerob seperti grup miller streptokous, S. Penumonia dan haemofillus influenza mencapai paru. Kelompok milleri kemungkinan merupakan mikroba tersering yang ditemukan pada abses paru. Rentang aerob yang lain mungkin ditemukan, termasuk koliform dan pseudomonas. Kontras terhadap anaerob, ketika aerob sendiri diisolasi dari abses paru, spesies tunggal adalah normal. S. Aureus sering didapatkan melalui aspirasi tetapi telah dijelaskan karena terjadi bersama dengan infeksi influenza. Pada prakteknya, abses paru srafilokokal sangat jarang ditemukan bahwa selama epidemi influenza.
Abses yang terjadi sebagai hasil dari penyebaran melalui darah biasanya multipel dan berisi mikroba di dalam darah. Sebagai tambahan terhadap apa yang telah disebutkan tadi, organisme yang jarang menyebabkan kelainan ini adalah E. Coli, dan anaeron spesifik usus. Bakteri yang diisolaso dari abses paru yang memunculkan hubungan dengan tumor bronkus atau patologi paru yang lain sama dengan mereka yang diisolasi dari abses yang terjadi [ada paru normal awalnya.
    Penatalaksanaan
1.      Terapi antimikroba intravena, tergantung pada hasil kultur sputum dan sensitivitas yang diberikan untuk periode yang lama. Pengobatan pilihan tergantung pada organisme yang di isolasi. Contoh: klindamisin merupakan obat pilihan, diikuti dengan penisilin dan metronidazol.
2.      Antibiotik oral menggantikan terapi intravena, setelah klien menunjukkan tanda – tanda perbaikan dalam 3 – 4 hari.
3.      Drainase yang adekuat abses paru sering dicapai melalui drainase postural dan fisioterapi dada. Penggunaan bronkoskopi untuk mengalirkan abses merupakan hal yang kontroversial. Tindakan ini akan sangat berguna untuk menyingkirkan benda asing atau tumor atau untuk mencari letak saat drainase bronkus.
4.      Diet tinggi protein dan kalori penting karena infeksi kronis berkaitan dengan keadaan katabolik, yang memerlukan peningkatan masukan kalori dan protein untuk mempercepat penyembuhan.
5.      Intervensi bedah jarang dilakukan. Namun reseksi paru (lobektomi) dilakukan jika terjadi hemoptisis masif, malignansi,  atau tidak memberikan respon terhadap penatalaksanaan medis.
Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan tindakan – tinadakan yang dapat mengurangi resiko terjadinya abses, antara lain:
1.      Pasien harus menjalani pencabutan gigi ketika gusi dan gigi mereka terinfeksi, mungkin harus diberikan terapi antibiotik yang sesuai sebelum prosedur yang menyangkut gigi.
2.      Pasien di instruksikan untuk mempertahankan hygiene yang adekuat terhadap gigi dan mulut, karena bakteri an aerobik berperan dalam patogenesis abses paru.
3.      Terapi antimikroba yang sesuai diresepkan bagi pasien dengan pneumonia.

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik