Entri Populer

kondisi dan terapi psikologis pasien penderita penyakit kronis

Written By iqbal_editing on Rabu, 30 November 2016 | 07.32

  Masalah yang Muncul Selama Kondisi Kronis
Kondisi kronis memberikan dampak pada kehidupan sehari-hari  individu dan keluarganya sebagai bagian dari sosial. Gaya hidup pasien dan keluarga dapat mengalami perubahan. Perubahan kondisi pada pasien dapat disimpulkan di bawah ini:
a.      Fokus pada pencegahan kekambuhan, mengurangi dan manajemen gejala serta komplikasi
b.      Adanya adaptasi psikologi terhadap perubahan kondisi dan ketidakmampuan yang dialami
c.       Fokus pada manajemen pengobatan dan perawatan yang telah ditentukan
d.      Perubahan harga diri dan ideal diri pasien dan fungsi keluarga
e.      Usaha untuk mengembalikan dan menormalkan kehidupan individu dan keluarga
f.        Hidup dengan batasan waktu (ketidakpastia), isolasi sosial, dan kesendirian
g.      Harapan akan kematian dengan martabat dan kenyamanan
Setiap pasien dengan kondisi kronis memiliki pengalaman masing-masing terhadap gangguan atau ketidakmampuan yang dialami. Faktor-faktor yang mempengaruhi respon seseorang terhadap penyakit kronis, yaitu:
a.      Faktor personal (ex: jenis kelamin, ras, umur, mekanisme koping, dan pengalaman lalu)
b.      Hubungan dan dukungan lingkungan sosial dan keluarga
c.       Status sosioal dan ekonomi
d.      Budaya
e.      Lingkungan (fisik, sosial, dan politik)
f.        Aktivitas (ex: kegiatan harian, hiburan, sekolah, dan pekerjaan)
g.      Tujuan kehidupan individu
4.      Masalah Psikologis pada Kondisi Kronis
Kondisi kronis akan memberikan stress tersendiri pada pasien. Perubahan positif dan negatif membuat pasien harus adaptasi terhadap kondisinya dan dapat menimbulkan stress tersendiri. Stress ini berhubungan dengan ancaman yang digambarka oleh individu mengenai penyakitnya. Beberapa ancaman yang terkadang dirasakan oleh pasien:
a.      Ancaman untuk kehidupan dan kebaikan kondisi fisik
b.      Ancaman terhadap integritas tubuh dan kenyamanan sebagai akibat dari penyakit dan ketidakmampuan, baik itu akibat prosedur diagnostik ataupun pengobatan dan perawatan
c.       Ancaman untuk kemandirian
d.      Ancaman untuk konsep diri dan peran diri
e.      Ancaman untuk tujuan hidup dan rencana masa depan
f.        Ancaman untuk hubungan dengan keluarga, teman dan relasi
g.      Ancaman Ancaman terhadap kemampuan yang dimiliki
h.      Ancaman untuk ekonomi
Masalah ini dipengaruhi oleh mekanisme koping individu dalam menghadapi masalah. Mekanisme koping merupakan kemampuan individu untuk dapat menghadapi stress, masalah, perubahan yang terjadi didalam kehidupannya.
 
5.      Fase dalam Kondisi Kronis
Terdapat sembilan (9) fase yang umumnya dilalui oleh pasien dan keluarga dalam menghadapi kondisi kronis:
a.      Pre Trajectory Phase
Fase dimana seseorang berisiko untuk mengalami kondisi kronis yang berkembang dari situasi atau penyakit yang dialaminya. Perkembangan kondisi ini dapat terjadi akibat faktor genetik ataupun gaya hidup yang dapat memicu perkembangan kondisi jatuh ke kondisi kronis.
b.      Trajectory Phase
Karakteristik pada fase ini adalah terjadinya onset atau awal mula munculnya gejala, gangguan ataupun ketidakmampuan  yang berhubungan dengan kondisi kronis.  Sejak diagnosa ditegakkan, kondisi ketidakpastian akan kehidupan mulai dirasakan pasien.
c.       Stable Phase
Pada fase ini, individu gejala dan ketidakmampuan telah tampak dan dapat di manajemen dengan baik. Meskipun dalam kondisi ini pasien telah dapat memanajemen kondisinya dengan baik, tetapi dibutuhkan peran perawat untuk memberikan reinforcement positif.
d.      Unstable Phase
Pada fase ktidakstabilan, kondisi gejala penyakit, perkembangan komplikasi, aktifitas harian pasien terganggu karena kondisi tidak terkontrol.
e.      Acute Phase
Pada fase akut, kondisi penyakit kronis pasien dapat tiba-tiba mengalami serangan mendadak yang berisiko mengalami kondisi kegawatan. Sehingga terkadang dapat membuat pasien dan keluarga panik dan cemas.
f.        Chrisis Phase
Karakteristik kondisi ini adalah kondisi pasien jatuh kedalam kondisi yang mengancam nyawa yang membutuhkan perawatan dan pengobatan kegawatdaruratan.
g.      Comeback Phase
Pada Fase ini pasien kembali dari fase akut dan krisis. Proses belajar dan menerima kondisi gangguan dan ketidakmampuan yang dialami perlu mendapat dukungan oleh keluarga dan perawat.
h.      Downward Phase
Karakteristik kondisi ini adalah adanya penurunan kondisi pasien terhadap penyakit yang dialaminya.
i.        Dying Phase
Merupakan fase persiapan kematian dengan tenang yang harus diterima oleh keluarga dan pasien. Pada kondisi ini perawat memiliki tugas untuk membantu pasien menghadapi kematian dengan tenang dan baik, dan mendukung keluarga untuk dapat menerima kematian pasien.
6.      Implikasi Keperawatan pada Kondisi Kronis
Mengelola seseorang dengan penyakit kronis atau ketidakmampuan tidak hanya terfokus dengan aspek medis atau kondisi fisik yang dialami pasien tetapi juga mengelola pasiennya secara individu, fisik, emosional dan sosial. Fokus pengelolaan pasien dengan penyakit kronis dimulai dari pengkajian hingga evaluasi
a.      Step 1: Mengidentifikasi Trajectory Phase
Pada tahap satu ini, perlu mengidentifikasi secara spesifik masalah medis, sosial, dan psikologi serta kebutuhan support emsional. 
b.      Step 2: Merumuskan Tujuan
Pada tahap kedua ini perawat merumuskan tujuan dalam perawatan pasien. Perawat berkolaborasi dengan pasien, keluarga, dan tim perawatan serta pengobatan pasien.
c.       Step 3: Membuat Perencanaan untuk keberhasilan Tujuan
Pada tahap ini, perawat merumuskan intervensi yang akan dilakukan guna mencapai keberhasilan pengobatan dan perawatan pasien.
d.      Step 4: Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat tercapainya tujuan
Pada tahap ini, perawat mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dan penghambat proses perawatan. Baik itu fasilitas yang ada, kemampuan ekonomi pasien dan keluarga, dukungan keluarga dan lingkungan. Semua faktor biopsikososial dan cultural serta ekonomi yang mendukung perawatan pasien.
e.      Step 5: Mengimplementasikan rencana yang telah disusun
Pada tahap ini , perawat mengimplementasikan rencana tindakan yang telah disusun.
f.        Step 6: Mengevaluasi Keefektifan dari Intervensi
Pada tahap ini, perawat mengevalusi keefektifan intervensi yang telah disusun untuk melihat keberhasilan tujuan.

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik