Entri Populer

alasan lebih baik sendiri daripada spa

Written By iqbal_editing on Minggu, 14 Mei 2017 | 08.01

Selain mandi, pijat juga disarankan pakar untuk memberikan stimulasi kepada bayi. Tetapi yang terpenting, ini harus dilakukan oleh orang tuanya sendiri.

Dr dr Irwanto, SpA(K) dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSUD Dr Soetomo mengaku prihatin dengan banyaknya orang tua yang malah memakai jasa spa untuk memberikan stimulasi ini.

"Stimulasinya juga bersifat multisensori. Kita kontak dengan orang tuanya, kemudian penciuman dan bonding satu sama lain. Yang pasti memperkaya pengalaman sensori si bayi lewat orang tuanya," katanya dalam Seminar Golden Period Development: Menggendong Bayi dengan Standar Ahli di RS Penyakit Tropis dan Infeksi Universitas Airlangga, Sabtu (13/5/2017).

Padahal daripada di spa, memijat bayi sendiri di rumah jelas lebih hemat dan tidak membutuhkan bahan khusus, sebab yang paling dibutuhkan hanyalah sentuhan.

"Sentuhan tapi ada aturannya, misal dielus-elus dulu. Nanti bisa belajar dari tenaga kesehatan di rumah sakit misalkan, kemudian dilakukan sendiri setiap sebelum, habis mandi atau mau tidur," terangnya.

Durasinya pun tak perlu lama-lama, hanya berkisar 10-15 menit. dr Irwanto juga menyarankan agar pijat paling baik dilakukan rutin setiap hari, utamanya di 6-7 bulan pertama kehidupannya.

Untuk menambah kenyamanan bayi, dokter berkacamata ini juga tidak sepakat bila bayi dipakaikan bedak karena justru bisa terhirup oleh bayi dan mengganggu pernapasannya. Lebih baik bayi diberi lotion atau minyak kelapa saja saat dipijat.


Yang menarik adalah selain membuat bayi tidak mudah stres, kebiasaan memijat bayi juga dapat meredakan kolik yang kerap dialaminya. Bahkan dr Irwanto menegaskan, hingga saat ini ia tak pernah menemukan 'obat' lain untuk meredakan kolik bayi selain pijat.

Sama halnya ketika gigi anak tumbuh. Menurutnya, ketika hal ini terjadi, orang tua tak perlu panik dan membawa si kecil ke dokter.

"Tujuh puluh persen tumbuh gigi itu akan panas. Tapi kalau dipijat ini kan pembuluh darahnya melebar sehingga panasnya menurun. Nah kalau masih, baru ditambahi obat penurun panas, itu udah cukup," paparnya.

dr Irwanto menambahkan, saat bermain juga bisa menjadi ajang untuk memberikan stimulasi multisensori, termasuk saat anak berada di PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Namun ia menyayangkan PAUD dewasa ini di mana anak dituntut untuk memiliki kemampuan dasar seperti berhitung atau membaca, padahal sebetulnya fungsinya adalah untuk bermain.

Sama halnya ketika orang tua ingin anak belajar dua bahasa. Idealnya, anak baru bisa diajari dua bahasa saat usianya menginjak empat tahun sebab kemampuan otaknya sudah 'full' alias 100 persen.

"Di bawah usia itu, misal 2 tahun, normalnya anak hanya butuh bisa 5-6 kata saja. Kalau bisa ngomong lebih banyak, berarti anak itu memang advanced, itu artinya di luar normal. Padahal kemampuan anak beda-beda. Nggak boleh dibandingkan," jelasnya.

Saat mengajari anak dua bahasa, pastikan anak memang bisa. Jika anak tidak bisa, orang tua tak boleh memaksa atau menyalahkan.

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik