Entri Populer

contoh kisah penderita thalesmia sukses buat kedai kopi

Written By iqbal_editing on Selasa, 09 Mei 2017 | 15.23

Menjadi pengidap thalassemia tak membuat Adhitya Putra Masir putus asa mengejar cita-cita. Di usianya yang menginjak 26 tahun, Adit, begitu ia biasa disapa, sedang mengejar impiannya untuk sukses berbisnis.

Ya, pemuda kelahiran tahun 1991 ini memiliki usaha kedai kopi yang terletak di daerah Blok S, Kebayoran, Jakarta Selatan. Kedai kopi dengan nama Stomping Grounds Coffee ini merupakan bukti bahwa pengidap thalassemia bisa sukses dan tak berbeda dengan orang lain.

"Awalnya sih cita-cita mau jadi dokter. Karena pas kecil kan sering bolak-balik rumah sakit dan pengennya ya membantu orang lain yang punya penyakit kayak saya," ujar Adit memulai obrolan dengan detikHealth, usai temu media di Kementerian Kesehatan, Jl HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan.

Cita-cita awal menjadi dokter ternyata tak bertahan hingga dewasa. Memasuki masa kuliah, Adit tertarik untuk berbisnis. Lulusan Binus University ini mengembangkan minatnya di bidang bisnis dengan membuat kedai kopi.

Hal ini didasari oleh pengalamannya berinteraksi dengan pasien thalasemia lain yang beranjak dewasa. Pasien thalassemia sulit mendapat pekerjaan karena harus izin tiap satu bulan sekali untuk menjalani transfusi darah.

"Karena kita kan harus izin sebulan sekali untuk transfusi darah dan itu masih dianggap nggak normal, nggak produktif sama perusahaan jadinya pengidap thalassemia susah dapat kerja. Daripada bingung cari kerja mending bisnis saja," tandasnya lagi.

Baca juga: Cegah Thalassemia dengan Skrining Sebelum Menikah

Selain mengisi hari dengan menjalankan kedai kopi, Adit juga merupakan co-founder sekaligus Ketua Thalassemia Movement. Thalasemia movement adalah gerakan anak muda yang perhatian dan peduli terhadap langkah-langkah upaya pencegahan thalassemia.

Ada alasan khusus mengapa anak muda yang menjadi target gerakan ini. Dikatakan Adit, pemahaman dan informasi yang dimiliki anak muda saat ini soal thalassemia masih sangat rendah. Padahal untuk bisa mencegah thalassemia, yang dibutuhkan hanyalah kemauan untuk melakukan skrining.

"Salah satu kampanye kita memang skrining sebelum nikah. Saya sangat terbuka soal kondisi dan penyakit saya kepada teman-teman saya. Namun dari semua teman, baru satu yang tergugah untuk melakukan skrining, dan akhirnya benar ketahuan dia pembawa sifat," papar Adit.

Perjuangan Adit bersama Thalassemia Movement memang masih panjang. Oleh karena itu, Adit berpesan bagi anak muda yang peduli dan ingin terlibat langsung dalam komunitas thalassemia untuk mencari informasi atau langsung bergabung dengan gerakannya.

Ke depannya, Adit merencanakan kerja sama antara kedai kopi miliknya dengan Thalassemia Movement untuk memberikan pelatihan menjadi barista bagi pengidap thalassemia. Dengan begitu, pengidap thalassemia memiliki skill yang bisa digunakan untuk usaha maupun bekerja di kedai kopi.

"Jangan patah semangat, jangan merasa diri kita berbeda dengan orang lain. Kalau kita punya cita-cita kejar terus jangan putus asa," pesan Adit.

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik