Entri Populer

Tak Seperti Zika, Ancaman CMV Belum Banyak Diperhatikan

Written By iqbal_editing on Selasa, 18 Juli 2017 | 21.23

Baru-baru ini dunia digemparkan oleh adanya epidemi atau wabah virus Zika yang mengakibatkan mikrosefali pada bayi baru lahir. Padahal ada virus yang lebih horor dari Zika.

Ambil contoh kasus di AS. Wabah Zika yang hanya berlangsung selama beberapa bulan itu mengakibatkan lebih dari 2.000 bayi mengalami kerusakan otak. Namun sebuah virus bernama Cytamegalovirus (CMV) tercatat menyerang 20.000-40.000 bayi tiap tahunnya.

20 Persen bayi yang terlahir dengan CMV mengalami cacat permanen seperti gangguan pendengaran hingga ketulian, penurunan intelektual, dan gangguan penglihatan. Ditambah lagi, tak ada pengobatan standar ataupun vaksin untuk mengatasi virus ini.

"Anehnya, semua orang tahu tentang Zika, padahal ini saja langka sekali di AS," tandas Dr Mark R Schleiss, direktur divisi penyakit menular anak di University of Minnesota Medical School seperti dilaporkan New York Times.

Seharusnya, lanjut Schleiss, penanganan terhadap CMV mendapatkan prioritas yang sama besarnya dengan Zika, termasuk dalam pembuatan vaksin untuk kondisi ini.

"Tetapi nyatanya sampai sekarang tidak ada. Dugaan kami salah satunya karena kurangnya kesadaran publik akan keberadaan CMV," ungkapnya.

Baca juga: Kelainan Bawaan Saat Lahir, Adakah Hubungannya dengan Infeksi CMV?

Bahkan di negara semaju AS, tidak ada peringatan yang jelas tentang CMV, apalagi kampanye tentang bagaimana mengurangi risiko terinfeksi CMV. Padahal persebaran CMV dapat dihindari hanya dengan cuci tangan, terutama seusai mengganti popok atau tidak berbagi alat makan dengan si kecil.

Hal ini pulalah yang disesali Laura Sweet (37). Ia baru tahu jika terinfeksi CMV saat anak keduanya, Jane mengalami ketulian di ulang tahunnya yang pertama. Sweet mengaku dokternya telah mewanti-wanti agar ia menjauhi kucing peliharaannya dan tidak minum alkohol, tetapi tak pernah menyebutkan tentang CMV.

Barulah setelah berbulan-bulan kemudian, dokter menemukan bahwa Jane tertular CMV dari ibunya saat masih dalam kandungan.

"Andai saja ada peringatan atau informasi tentang CMV yang diberikan, setidaknya kami bisa melakukan sejumlah perubahan," ujar Sweet penuh sesal.

Baca juga: Orang-orang Seperti Ini Dianjurkan Segera Tes CMV

Dari hasil survei yang dilakukan lembaga di tingkat federal, kurang dari separuh dokter kandungan di AS yang memberitahukan pasiennya tentang CMV dan bagaimana mengantisipasi virus 'licik' ini. Sebaliknya, sebagian besar dokter di AS justru lebih banyak bicara tentang Zika setelah wabah virus ini merebak luas.

Padahal dari studi yang dilakukan di sebuah rumah sakit di Prancis mengungkap konseling tentang pencegahan CMV selama 5-10 menit saja sudah cukup menurunkan angka kasus infeksi CMV pada ibu-ibu hamil. Studi lain menyebut, ibu hamil yang diperlihatkan video dan diberi wejangan tentang higienitas berpeluang lebih kecil untuk terserang CMV (5,9 persen) dibandingkan yang tidak diberi informasi sama sekali (41,7 persen).

Jane kini harus menggunakan implan koklea sebagai alat bantu dengar. Untungnya ia mendapatkan intervensi sejak dini semisal terapi fisik, sehingga sudah bisa berjalan di usia 16 bulan.

Namun masa depan Jane masih berada di awang-awang. Sebab infeksi CMV juga meninggalkan abnormalitas pada otaknya. "Kami takkan pernah tahu apa yang akan terjadi sampai dia masuk sekolah nanti. Barulah kami bisa memastikan apakah terjadi perlambatan proses pembelajaran," tutup Sweet.

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik