Entri Populer

pengobatan dan obat yang dihindari penderita myastenia gravis

Written By iqbal_editing on Rabu, 26 Oktober 2016 | 06.00

PENGOBATAN

Belum ada pengobatan secara total dan permanen untuk penyakit miastenia gravis. Dengan pengobatan yang ada saat ini, hampir seluruh penderita miastenia gravis dapat kembali menjalani kehidupan yang produktif. Beberapa pengobatan yang dapat diberikan meliputi:
  • Obat-obat jenis anticholinesterase : Obat-obatan anticholinesterase, seperti pyridostigmin, meringankan gejala dari sebagian besar kasus miastenia gravis. Dosis dan cara pemakaian obat ini didasarkan pada kebutuhan pasien. Namun, konsultasi dengan dokter tetap dibutuhkan agar tidak terjadi dosis yang berlebihan. Gejala yang dapat timbul akibat dosis yang berlebih adalah kelemahan yang bertambah parah, berkeringat dan air liur yang banyak, pupil mengecil (miosis), dan gagal pernafasan. Selama pengobatan, dapat muncul beberapa gejala pada sebagian penderita. Gejala tersebut adalah diare, kram pada perut, mual, dan air liur yang berlebihan.
  • Timektomi : Sebagian kasus miastenia gravis dihubungkan dengan kelenjar timus. Pengobatan dengan timektomi (pengangkatan kelenjar timus) memberikan peningkatan kualitas hidup yang dirasakan penderita. Keuntungan dari timektomi adalah pengobatan jangka panjang dan pada beberapa kasus, penderita dapat terbebas dari obat-obatan. Timektomi dilakukan pada penderita miastenia gravis dengan gejala di seluruh tubuh dengan usia di antara usia pubertas sampai usia 55 tahun. Di luar dari kriteria di atas, keputusan untuk timektomi didasarkan perhitungan keuntungan dan kerugian bagi penderita. Bila terdapat timoma, pembedahan perlu dilakukan utnuk menghindari penyebaran sel kanker.
  • Terapi imunosupresi : Miastenia gravis adalah penyakit autoimun, di mana kekebalan tubuh balik menyerang diri sendiri. Dengan dasar tersebut digunakan obat-obatan imunosupresi (penekan kekebalan tubuh). Penggunaan obat imunosupresi efektif pada hampir seluruh pasien miastenia gravis. Beberapa obat yang biasa digunakan adalah glukokortikoid, azathioprine, siklosporin, takrolimus, dan lain-lain. Pemilihan obat yang digunakan didasarkan pada keuntungan dan kerugian pada masing-masing pasien.
  • Plasmapheresis atau imunoglobulin : Cairan darah dalam tubuh manusia terbagi menjadi dua, yaitu sel-sel darah (sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit) dan cairan plasma (cairan yang membawa sel-sel darah mengelilingi tubuh). Plasmapheresis adalah proses pemisahan sel-sel darah dengan plasma. Plasma yang telah dipisahkan akan diganti dengan pengganti plasma (terjadi pertukaran plasma). Tujuan dari tindakan ini adalah untuk membuang antibodi yang ada di plasma, dan menggantinya dengan yang baru, dengan demikian diharapkan antibodi yang menyebabkan miastenia gravis dapat hilang.

Prosedur plasmapheresis berlangsung sekitar 1-3 jam setiap kali tindakan tergantung berat, tinggi, dan jumlah plasma yang diganti. Seberapa sering atau frekuensi berapa kali dilakukan plasmapheresis tergantung hasil pemeriksaan dan konsultasi dengan dokter. Tindakan plasmapheresis memberikan efek yang cepat, dalam beberapa hari dan dapat bertahan hingga 1-2 bulan kemudian. Efek samping yang umum terjadi dari tindakaan ini adalah penurunan tekanan darah, rasa pusing, kedinginan, berkeringat, penglihatan buram atau kram perut. Efek samping yang jarang meliputi perdarahan, reaksi alergi berupa gatal, kemerahan, sampai sesak nafas.
Penggunaan imunoglobulin memiliki tujuan yang sama dengan plasmapheresis, yaitu memberikan perbaikan gejala dalam waktu singkat. Imunoglobulin biasanya diberikan 3-5 hari, dengan perbaikan dirasakan saat mulai pengobatan atau dalam 1 minggu, dan dapat bertahan sampai beberapa bulan.
Miastenia gravis yang berat seperti krisis miastenik merupakan keadaan gawat darurat. Pengobatan pada krisis miastenik meliputi perawatan di ruangan intensif, alat bantu pernafasan, cairan dan elektrolit, dan pencegahan atau penanganan infeksi. Miastenia gravis merupakan salah satu penyakit yang menimbulkan kekambuhan. Banyak obat-obatan yang menimbulkan kekambuhan pada miastenia gravis. Obat-obat tersebut sebaiknya dihindari, antara lain:
  • Antibiotik;
  • Obat relaksasi otot untuk anestesi saat operasi;
  • Beta-blocker (obat yang digunakan untuk menurunkan kinerja jantung, biasanya digunakan pada penyakit darah tinggi, gangguan irama jantung, dan serangan jantung);
  • Obat anestesi lokal;
  • Obat golongan kuinin;
  • Obat epilepsi atau sakit ayan atau kejang-kejang;
  • Magnesium dan hipermagnesemia (kadar magnesium tinggi dalam darah);
  • Botulinum toxin, atau dikenal dengan Botox yang banyak digunakan untuk keperluan kosmetik;
  • Penisilamin, yaitu hasil metabolism dari penisilin namun tidak memiliki efek antibiotic. Obat jenis ini umumnya digunakan sebagai penekan sistem imun pada penyakit rheumatoid arthritis;
  • Allopurinol, obat untuk asam urat, dihindari pada pasien miastenia gravis dengan penggunaan azathioprine. Kombinasi keduanya dapat menyebabkan kelainan sumsum tulang.

Obat-obatan di luar daftar tersebut bukan berarti aman bagi penderita miastenia gravis. Hal yang harus diingat adalah menghindari obat-obatan diatas bila mungkin dan berhati-hati bila mengkonsumsi obat baru, yang belum pernah digunakan sebelumnya. Selalu memberitahukan dan melakukan konsultasi dengan dokter bila Anda penderita miastenia gravis dan akan menggunakan obat-obatan di luar pengobatan miastenia gravis.

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik