Entri Populer

gimana penting menjari anak menghadapi trauma

Written By iqbal_editing on Sabtu, 18 Maret 2017 | 02.36

Kejadian traumatik bisa terjadi pada siapa saja, tak terkecuali anak-anak. Ketika ini terjadi, sebaiknya ajaklah anak memaknainya secara positif ketimbang berupaya keras menghilangkan memori akan peristiwa itu.

Menurut psikolog dari Universitas Indonesia, Nathanael EJ Sumampouw, MPsi  trauma atau tidak traumanya anak berkaitan dengan memori mereka. Namun, pria yang akrab disapa Nael ini menekankan menghilangkan apa yang terjadi dari ingatan anak memang mustahil.

"Tapi yang bisa dilakukan adalah apa yang terjadi bukan dihilangkan dari memori anak tapi dimaknai secara positif oleh anak," kata Nael di temu media di Nutrifood Inspiring Centre, Menteng Square Apartment, Matraman, Jakarta, Selasa (19/1/2016).

Misalnya pada anak yang menjadi korban kerusuhan atau terdampak teror bom, saat remaja dia melihat ada luka bekas peristiwa tersebut, dia bisa berpikir bahwa orang di dunia ini memang bermacam-macam. Ada orang yang merasa tidak ada pilihan lain menyuarakan pendapat sehingga melakukan kekerasan yang sudah pasti salah.

"Itu dia bisa memaknai positif apa yang dialami. Dia juga bisa berpikir bahwa yang salah adalah tindakan dan pelakunya, bukan kelompok atau agama tersebut," tambah Nael.

Nah, ketika anak kembali ke keberfungsiannya yakni kembali bisa bermain, bergaul, pergi ke sekolah, menikmati hari-harinya, dapat berinteraksi dengan orang tua, kondisi itu bisa menjadi indikator anak adaptif dan tangguh melampaui pengalaman sulitnya.

Nael menambahkan, pada beberapa anak yang mengalami langsung kejadian itu, orang di sekitarnya baiknya memahami bahwa reaksi trauma yang anak-anak tunjukkan merupakan hal wajar. Reaksi tersebut yaitu penghindaran di mana anak menghindari apapun yang mengingatkan dia atas kejadian), re-experiencing di mana kejadian sudah lewat bayangan akan peristiwa itu terus muncul, serta hyperarousal berlebihan (ketergugahan fisik yang berlebihan) misalnya kaget bukan main saat mendengar suara balon meletus.

"Namun, ketika anak menunjukkan perubahan perilaku yang signifikan salah satunya regresi, yaitu anak tadinya nggak ngompol jadi ngompol, tadinya berani sekarang nempel terus sama mama papanya, prestasi belajar menurun itu perlu diwaspadai," kata Nael.

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik