Entri Populer

CERITA RUNER UP 3 PUTRI INDONESIA TENTANG AUTIS

Written By iqbal_editing on Rabu, 05 April 2017 | 01.48

Runner up 3 Puteri Indonesia 2017, Dea Goesti Rizkita punya cerita soal anak dengan autisme. Terlebih, dara 24 tahun ini kini tengah menempuh pendudukan S2 di jurusan psikologi.

Selasa (4/4/2017), Dea turut hadir dalam acara 'Dream Big and Be YOU' yang diselenggarakan Mayapada Healthcare Group (MHG) bersama London School Beyond Academy (LSBA) untuk memperingati Autism Awareness Day yang jatuh tiap tanggal 2 April. Di sela-sela acara, ada seorang anak yang tiba-tiba tantrum. 

Di saat peserta lain yang terdiri dari anak dengan autisme, orang tua, juga pembimbing, duduk, si anak perempuan tersebut tetap berdiri dan bersikeras ingin menyanyi. Sebelumnya, peserta menyanyikan lagu Indonesia Raya. Namun, setelah dibujuk, sang anak mulai bisa mengontrol emosinya.

"Kalau melihat anak yang tantrum gitu sudah nggak kaget ya. Saya kan latar belakang pendidikannya psikologi dan sekarang lagi ambil pendidikan S2. Jadi memang selama ini sudah dekat dengan hal-hal soal autisme karena itu juga jadi salah satu materi belajar," kata Dea ditemui di RS Mayapada Jakarta Selatan.



Sehingga, menurut Dea wajar ketika anak dengana autisme tiba-tiba teriak atau tantrum karena memang ada pemicunya. Dea mengatakan, dulu dirinya juga pernah mengajar anak dengan talenta khusus di Denpasar. Hanya saja, saat itu anak didik Dea berusia TK sampai SD. 

"Ada juga kakak kelas saya pas di SMP, dia individu dengan autism spectrum disorder dan dia berhasil menyelesaikan kuliahnya di Qatar. Sekarang dia lagi nyelesaiin S3-nya di Amsterdam. Itu memotivasi saya sekali," kata Dea.

Dea mengakui masa-masa remaja termasuk pada anak dengan autisme merupakan masa yang menantang bagi orang tua. Terlebih, si remaja juga sudah mulai memasuki masa puber. Dea berpesan untuk para orang tua bahwa anak-anak 'unik' ini dititipkan Tuhan ke orang tua yang tidak sembarangan.

"Para orang tua ini hebat, mereka dititipkan anak yang super unik. Nah, untuk adik-adik dengan autisme, jangan berhenti bermimpi. Kalian juga bisa punya skill yang lebih jago dari anak lainnya," kata Dea.

Ia juga mengingatkan masyarakat untuk tak lagi menjadikan autisme sebagai olok-olok. Misalnya, ketika seseorang serius memainkan gadget-nya, maka ia disebut autis.

"Ini bukan bahan bercandaan untuk celaan seperti itu. Coba kalau orang tua yang memang punya anak dengan autisme dengar, mereka bisa tersinggung. Makanya jangan asal ngomong," pungkas Dea.

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik