Entri Populer

Welcome Guys

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

sindrom kilnefeter

Written By iqbal_editing on Sabtu, 31 Desember 2016 | 22.21

Sindrom Klinefelter adalah kelainan genetik pada laki-laki yang diakibatkan oleh kelebihan kromosom X.[1] Laki-laki normal memiliki kromosom seks berupa XY, namun penderita sindrom klinefelter umumnya memiliki kromosom seks XXY.[1] Penderita sindrom klinefelter akan mengalami infertilitas, keterbelakangan mental, dan gangguan perkembangan ciri-ciri fisik yang diantaranya berupa ginekomastia (perbesaran kelenjar susu dan berefek pada perbesaran payudara), dll.[1]

Daftar isi

Sejarah

Laporan pertama mengenai sindrom klinefelter dipublikasikan oleh Harry Klinefelter dan rekannya di Rumah Sakit Massachusetts, Boston.[2] Ketika itu tercatat 9 pasien laki-laki yang memiliki payudara membesar, rambut pada tubuh dan wajah sedikit, testis mengecil, dan ketidakmampuan memproduksi sperma.[2] Pada akhir tahun 1950-an, para ilmuwan menemukan bahwa sindrom yang dialami 9 pasian tersebut dikarenakan kromosom X tambahan pada lelaki sehingga mereka memiliki kromosom XXY.[2] Pada tahun 1970-an, para ilmuwan menyatakan bahwa kelainan klinefelter merupakan salah satu kelainan genetik yang ditemui pada manusia, yaitu 1 dari 500 hingga 1 dari 1.000 bayi laki-laki yang dilahirkan akan menderita sindrom ini.[2]

Penyebab

Kelebihan kromosom X pada laki-laki terjadi karena terjadinya nondisjungsi meiosis (meiotic nondisjunction) kromosom seks selama terjadi gametogenesis (pembentukan gamet) pada salah satu orang tua.[3] Nondisjungsi meiosis adalah kegagalan sepasang kromosom seks untuk memisah (disjungsi) selama proses meiosis terjadi. Akibatnya, sepasang kromosom tersebut akan diturunkan kepada sel anaknya,sehingga terjadi kelebihan kromosom seks pada anak. Sebesar 40% nondisjungsi meiosis terjadi pada ayah, dan 60% kemungkinan terjadi pada ibu. Sebagian besar penderita sindrom klinefelter memiliki kromosom XXY, namun ada pula yang memiliki kromosom XXXY, XXXXY, XXYY, dan XXXYY.

Ciri-ciri

Mental

Anak laki-laki dengan kromosom XXY cenderung memiliki kecerdasan intelektual IQ di bawah rata-rata anak normal.[4] Sebagian penderita klinefelter memiliki kepribadian yang kikuk, pemalu, kepercayaan diri yang rendah, ataupun aktivitas yang dilakukan dibawah level rata-rata (hipoaktivitas).[4] Pada sebagian penderita sindrom ini juga terjadi autisme.[4] Hal ini terjadi karena perkembangan tubuh dan neuromotor yang abnormal. Kecenderungan lain yang dialami penderita klinefelter adalah keterlambatan dan kekurangan kemampuan verbal, serta keterlambatan kemampuan menulis.[5] Sifat tangan kidal juga lebih banyak ditemui pada penderita sindrom ini dibandingkan dengan manusia normal.[5] Pada pasien dewasa, kemampuan seksualnya lebih tidak aktif dibandingkan laki-laki normal.[4]

Fisik

Kiri: Gejala perbesaran payudara (ginekomastia) salah satu ciri sindrom klinefelter.
Gejala klinis dari sindrom klinefelter ditandai dengan perkembangan ciri-ciri seksual yang abnormal atau tidak berkembang, seperti testis yang kecil dan aspermatogenesis (kegagalan memproduksi sperma).[6] Testis yang kecil diakibatkan oleh sel germinal testis dan sel selitan (interstital cell) gagal berkembang secara normal.[6] Sel selitan adalah sel yang ada di antara sel gonad dan dapat menentukan hormon seks pria. Selain itu, penderita sindrom ini juga mengalami defisiensi atau kekurangan hormon androgen, badan tinggi, peningkatan level gonadotropin, dan ginekomastia.[6] Penderita klinefelter akan mengalami ganguan koordinasi gerak badan, seperti kesulitan mengatur keseimbangan, melompat, dan gerakan motor tubuh yang melambat.[6] Dilihat dari penampakan fisik luar, penderita klinefelter memiliki otot yang kecil, namun mengalami perpanjangan kaki dan lengan.[6]

Pencegahan

Gejala klinefelter pada janin jarang sekali terdeteksi, kecuali bila menggunakan deteksi sebelum-kelahiran (prenatal detection).[7] Sindrom ini kadang-kadang dapat diturunkan dari ayah penderita klinefelter ke anaknya, oleh karena itu perlu dilakukan deteksi sebelum-kelahiran. Sebagian kecil penderita klinefelter dapat tetap fertil dan memiliki keturunan karena adanya mosaiksisme (mosaicism), yaitu adanya campuran sel normal dan sel klinelfelter sehingga sel normal tetap memiliki kemampuan untuk berkembang biak. Semakin cepat dideteksi, penderita klinefelter dapat lebih cepat ditangani dengan terapi farmakologi dan terapi psikologi sebelum memasuki dunia sekolah. Tindakan pencegahan lain yang harus dilakukan adalah uji kemampuan mendengar dan melihat, dan terapi fisik untuk mengatasi masalah motorik dan keterlambatan bicara. Terapi hormon testosteron pada usia 11-12 tahun merupakan salah satu tindakan pencegahan keterbelakangan perkembangan karakteristik seksual sekunder pada pria penderita klinefelter.
22.21 | 0 komentar | Read More

klasifikasi dan pemeriksaan lab diabetes

P
Klasifikasi dan Patogenesis Diabetes Melitus
DM adalah kelainan endokrin yang ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa darah.1,2,3 Menurut anjuran PERKENI yang sesuai dengan anjuran ADA 1997, DM bisa diklasifikasikan secara etiologi menjadi diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, diabetes dalam kehamilan, dan diabetes tipe lain.2,3,4
Diabetes Tipe 1
DM tipe 1 atau yang dulu dikenal dengan nama Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM), terjadi karena kerusakan sel b pankreas (reaksi autoimun). Bila kerusakan sel beta telah mencapai 80–90% maka gejala DM mulai muncul. Perusakan sel beta ini lebih cepat terjadi pada anak-anak daripada dewasa.2,3 Sebagian besar penderita DM tipe 1 mempunyai antibodi yang menunjukkan adanya proses autoimun, dan sebagian kecil tidak terjadi proses autoimun. Kondisi ini digolongkan sebagai type 1 idiopathic. Sebagian besar (75%) kasus terjadi sebelum usia 30 tahun, tetapi usia tidak termasuk kriteria untuk klasifikasi.2
Diabetes Tipe 2
DM tipe 2 merupakan 90% dari kaaus DM yang dulu dikenal sebagai non insulin dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Pada diabetes ini terjadi penurunan kemampuan insulin bekerja di jaringan perifer (insulin resistance) dan disfungsi sel beta. Akibatnya, pankreas tidak mampu memproduksi insulin yang cukup untuk mengkompensasi insulin resistance. Kedua hal ini menyebabkan terjadinya defisiensi insulin relatif.2,3 Gejala minimal dan kegemukan sering berhubungan dengan kondisi ini, yang umumnya terjadi pada usia > 40 tahun. Kadar insulin bisa normal, rendah, maupun tinggi, sehingga penderita tidak tergantung pada pemberian insulin.2
DM Dalam Kehamilan
DM dan kehamilan (Gestational Diabetes Mellitus – GDM) adalah kehamilan normal yang disertai dengan peningkatan insulin resistance (ibu hamil gagal mempertahankan euglycemia). Faktor risiko GDM: riwayat keluarga DM, kegemukan, dan glikosuria. GDM ini meningkatkan morbiditas neonatus, misalnya hipoglikemia, ikterus, polisitemia, dan makrosomia. Hal ini terjadi karena bayi dari ibu GDM mensekresi insulin lebih besar sehingga merangsang pertumbuhan bayi dan makrosomia. Frekuensi GDM kira-kira 3–5% dan para ibu tersebut meningkat risikonya untuk menjadi DM di masa mendatang.2
Diabetes Tipe Lain
Subkelas DM di mana individu mengalami hiperglikemia akibat kelainan spesifik (kelainan genetik fungsi sel beta), endokrinopati (penyakit Cushing’s, akromegali), penggunaan obat yang mengganggu fungsi sel beta (dilantin), penggunaan obat yang mengganggu kerja insulin (b-adrenergik), dan infeksi/sindroma genetik (Down’s, Klinefelter’s).2
Pemeriksaan
Untuk Dx DM: pemeriksaan glukosa darah/hiperglikemia (puasa, 2 jam setelah makan/post prandial/PP) dan setelah pemberian glukosa per-oral (TTGO).1,2,3,4,5,7
Antibodi untuk petanda (marker) adanya proses autoimun pada sel beta adalah islet cell cytoplasmic antibodies (ICA), insulin autoantibodies (IAA), dan antibodi terhadap glutamic acid decarboxylase (anti-GAD). ICA bereaksi dengan antigen yang ada di sitoplasma sel-sel endokrin pada pulau-pulau pankreas. ICA ini menunjukkan adanya kerusakan sel. Adanya ICA dan IAA menunjukkan risiko tinggi berkembangnya penyakit ke arah diabetes tipe 1. GAD adalah enzim yang dibutuhkan untuk memproduksi neurotransmiter g-aminobutyric acid (GABA). Anti GAD ini bisa teridentifikasi 10 tahun sebelum onset klinis terjadi. Jadi, 3 petanda ini bisa digunakan sebagai uji saring sebelum gejala DM muncul.2
Untuk membedakan tipe 1 dengan tipe 2 digunakan pemeriksaan C-peptide. Konsentrasi C-peptide merupakan indikator yang baik untuk fungsi sel beta, juga bisa digunakan untuk memonitor respons individual setelah operasi pankreas. Konsentrasi C-peptida akan meningkat pada transplantasi pankreas atau transplantasi sel-sel pulau pankreas.2
Sampling untuk Pemeriksaan Kadar Gula Darah
Untuk glukosa darah puasa, pasien harus berpuasa 6–12 jam sebelum diambil darahnya. Setelah diambil darahnya, penderita diminta makan makanan seperti yang biasa dia makan/minum glukosa per oral (75 gr ) untuk TTGO, dan harus dihabiskan dalam waktu 15–20 menit. Dua jam kemudian diambil darahnya untuk pemeriksaan glukosa 2 jam PP.2,3,4
Darah disentrifugasi untuk mendapatkan serumnya, kemudian diperiksa kadar glukosanya. Bila pemeriksaan tidak langsung dilakukan (ada penundaan waktu), darah dari penderita bisa ditambah dengan antiglikolitik (gliseraldehida, fluoride, dan iodoasetat) untuk menghindari terjadinya glukosa darah yang rendah palsu.2,8,9 Ini sangat penting untuk diketahui karena kesalahan pada fase ini dapat menyebabkan hasil pemeriksaan gula darah tidak sesuai dengan sebenarnya, dan akan menyebabkan kesalahan dalam penatalaksanaan penderita DM.
Metode Pemeriksaan Kadar Glukosa
Metode pemeriksaan gula darah meliputi metode reduksi, enzimatik, dan lainnya. Yang paling sering dilakukan adalah metode enzimatik, yaitu metode glukosa oksidase (GOD) dan metode heksokinase.1,2,8,9
Metode GOD banyak digunakan saat ini. Akurasi dan presisi yang baik (karena enzim GOD spesifik untuk reaksi pertama), tapi reaksi kedua rawan interferen (tak spesifik). Interferen yang bisa mengganggu antara lain bilirubin, asam urat, dan asam askorbat.2,8
Metode heksokinase juga banyak digunakan. Metode ini memiliki akurasi dan presisi yang sangat baik dan merupakan metode referens, karena enzim yang digunakan spesifik untuk glukosa.8 Untuk mendiagosa DM, digunakan kriteria dari konsensus Perkumpulan Endokrinologi Indonesia tahun 1998 (PERKENI 1998) 3,4,7
Pemeriksaan untuk Pemantauan Pengelolaan DM
Yang digunakan adalah kadar glukosa darah puasa, 2 jam PP, dan pemeriksaan glycated hemoglobin, khususnya HbA1C, serta pemeriksaan fruktosamin.2,3,4,7,10 Pemeriksaan fruktosamin saat ini jarang dilakukan karena pemeriksaan ini memerlukan prosedur yang memakan waktu lama.7 Pemeriksaan lain yang bisa dilakukan ialah urinalisa rutin. Pemeriksaan ini bisa dilakukan sebagai self-assessment untuk memantau terkontrolnya glukosa melalui reduksi urin.1,7
Pemeriksaan HbA1C
HbA1C adalah komponen Hb yang terbentuk dari reaksi non-enzimatik antara glukosa dengan N terminal valin rantai b Hb A dengan ikatan Almidin. Produk yang dihasilkan ini diubah melalui proses Amadori menjadi ketoamin yang stabil dan ireversibel.7,10,11 Metode pemeriksaan HbA1C: ion-exchange chromatography, HPLC (high performance liquid chromatography), Electroforesis, Immunoassay, Affinity chromatography, dan analisis kimiawi dengan kolorimetri.1,2,10,11
Metode Ion Exchange Chromatography: harus dikontrol perubahan suhu reagen dan kolom, kekuatan ion, dan pH dari bufer. Interferens yang mengganggu adalah adanya HbS dan HbC yang bisa memberikan hasil negatif palsu.2,10
Metode HPLC: prinsip sama dengan ion exchange chromatography, bisa diotomatisasi, serta memiliki akurasi dan presisi yang baik sekali. Metode ini juga direkomendasikan menjadi metode referensi.10
Metode agar gel elektroforesis: hasilnya berkorelasi baik dengan HPLC, tetapi presisinya kurang dibanding HPLC. Hb F memberikan hasil positif palsu, tetapi kekuatan ion, pH, suhu, HbS, dan HbC tidak banyak berpengaruh pada metode ini.2
Metode Immunoassay (EIA): hanya mengukur HbA1C, tidak mengukur HbA1C yang labil maupun HbA1A dan HbA1B, mempunyai presisi yang baik.2
Metode Affinity Chromatography: non-glycated hemoglobin serta bentuk labil dari HbA1C tidak mengganggu penentuan glycated hemoglobin, tak dipengaruhi suhu. Presisi baik. HbF, HbS, ataupun HbC hanya sedikit mempengaruhi metode ini, tetapi metode ini mengukur keseluruhan glycated hemoglobin, sehingga hasil pengukuran dengan metode ini lebih tinggi dari metode HPLC.2,10
Metode Kolorimetri: waktu inkubasi lama (2 jam), lebih spesifik karena tidak dipengaruhi non-glycosylated ataupun glycosylated labil. Kerugiannya waktu lama, sampel besar, dan satuan pengukuran yang kurang dikenal oleh klinisi, yaitu m mol/L.10
Interpertasi Hasil Pemeriksaan HbA1C
HbA1C akan meningkat secara signifikan bila glukosa darah meningkat. Karena itu, HbA1C bisa digunakan untuk melihat kualitas kontrol glukosa darah pada penderita DM (glukosa darah tak terkontrol, terjadi peningkatan HbA1C-nya ) sejak 3 bulan lalu (umur eritrosit). HbA1C meningkat: pemberian Tx lebih intensif untuk menghindari komplikasi 2,3,4,5,7,10,11
Nilai yang dianjurkan PERKENI untuk HbA1C (terkontrol): 4%-5,9%.4 Jadi, HbA1C penting untuk melihat apakah penatalaksanaan sudah adekuat atau belum.1,18 Sebaiknya, penentuan HbA1C ini dilakukan secara rutin tiap 3 bulan sekali.4
Pemeriksaan untuk Memantau Komplikasi DM
Komplikasi spesifik DM: aterosklerosis, nefropati, neuropati, dan retinopati. Pemeriksaan laboratorium bisa dilakukan untuk memprediksi beberapa dari komplikasi spesifik tersebut, misalnya untuk memprediksi nefropati dan gangguan aterosklerosis.2,3,4,6,7
Pemeriksaan Mikroalbuminuria
Pemeriksaan untuk memantau komplikasi nefropati: mikroalbuminuria serta heparan sulfat urine (pemeriksaan ini jarang dilakukan).1,2,3,4,5,6,7,12,13,1,15,16 Pemeriksaan lainnya yang rutin adalah pemeriksaan serum ureum dan kreatinin untuk melihat fungsi ginjal.4
Mikroalbuminuria: ekskresi albumin di urin sebesar 30-300 mg/24 jam atau sebesar 20-200 mg/menit.2,3,6,14 Mikroalbuminuria ini dapat berkembang menjadi makroalbuminuria. Sekali makroalbuminuria terjadi maka akan terjadi penurunan yang menetap dari fungsi ginjal. Kontrol DM yang ketat dapat memperbaiki mikroalbuminuria pada beberapa pasien, sehingga perjalanan menuju ke nefropati bisa diperlambat.3,4,6 Pengukuran mikroalbuminuria secara semikuantitatif dengan menggunakan strip atau tes latex agglutination inhibition, tetapi untuk memonitor pasien tes-tes ini kurang akurat sehingga jarang digunakan. Yang sering adalah cara kuantitatif: metode Radial Immunodiffusion (RID), Radio Immunoassay (RIA), Enzym-linked Immunosorbent assay (ELISA), dan Immunoturbidimetry. Metode kuantitatif memiliki presisi, sensitivitas, dan range yang mirip, serta semuanya menggunakan antibodi terhadap human albumin.2,6,12,14 Sampel yang digunakan untuk pengukuran ini adalah sampel urine 24 jam.15
Interpretasi Hasil Pemeriksaan Mikroalbuminuria
Menurut Schrier et al (1996), ada 3 kategori albuminuria, yaitu albuminuria normal (200 mg/menit).2,17 Pemeriksaan albuminuria sebaiknya dilakukan minimal 1 X per tahun pada semua penderita DM usia > 12 tahun.17
Pemeriksaan untuk Komplikasi Aterosklerosis
Pemeriksaan untuk memantau komplikasi aterosklerosis ini ialah profil lipid, yaitu kolesterol total, low density lipoprotein cholesterol (LDL-C), high density lipoprotein cholesterol (HDL-C), dan trigliserida serum, serta mikroalbuminuria.4,5,7,18 Pada pemeriksaan profil lipid ini, penderita diminta berpuasa sedikitnya 12 jam (karena jika tidak puasa, trigliserida > 2 jam dan mencapai puncaknya 6 jam setelah makan).21
Pemeriksaan untuk Komplikasi Lainnya
Pemeriksaan lainnya untuk melihat komplikasi darah dan analisa rutin. Pemeriksaan ini bisa untuk melihat adanya infeksi yang mungkin timbul pada penderita DM.3
Untuk pemeriksaan laboratorium infeksi, sering dibutuhkan kultur (pembiakan), misalnya kultur darah, kultur urine, atau lainnya. Pemeriksaan lain yang juga seringkali dibutuhkan adalah pemeriksaan kadar insulin puasa dan 2 jam PP untuk melihat apakah ada kelainan insulin darah atau tidak. Kadang-kadang juga dibutuhkan pemeriksaan lain untuk melihat gejala komplikasi dari DM, misalnya adanya gangguan keseimbangan elektrolit dan asidosis/alkalosis metabolik maka perlu dilakukan pemeriksaan elektrolit dan analisa gas darah. Pada keadaan ketoasidosis juga dibutuhkan adanya pemeriksaan keton bodies, misalnya aceton/keton di urine, kadar asam laktat darah, kadar beta hidroksi butarat dalam darah, dan lain-lainnya. Selain itu, mungkin untuk penelitian masih dilakukan pemeriksaan biomolekuler, misalnya HLA (Human Lymphocyte Antigen) serta pemeriksaan genetik lain.
Kesimpulan
DM adalah kelainan metabolisme karbohidrat yang merupakan kelainan endokrin terbanyak.. Di Indonesia, prevalensi DM sebesar 1,5–2,3% penduduk usia > 15 tahun, bahkan di Manado didapatkan prevalensi DM sebesar 6,1%.
Penderita DM mempunyai risiko komplikasi yang spesifik, yaitu retinopati, gagal ginjal, neuropati, aterosklerosis, stroke, gangren, ataupun penyakit arteria koronaria. Pemeriksaan laboratorium DM: menegakkan Dx serta memonitor Tx dan timbulnya komplikasi. Pemeriksaan Dx: kadar gula darah puasa dan 2 jam PP, TTGO (lihat konsensus PERKENI 1998 ).
Pemeriksaan monitor Tx: kadar glukosa puasa, 2 jam PP dan HbA1C, serta urinalisa rutin. Pemeriksaan yang mendeteksi kelainan nefropati dini: mikroalbuminuria (masih reversibel), dan yang rutin adalah serum ureum dan kreatinin untuk melihat fungsi ginjal. Pemeriksaan untuk memantau komplikasi aterosklerosis: profil lipid (kolesterol total, low density lipoprotein cholesterol/LDL-C, high density lipoprotein cholesterol (HDL-C), dan trigliserida serum), serta mikroalbuminuria.
Pemeriksaan adanya komplikasi lain: darah dan urinalisa rutin (adanya infeksi), kultur urine maupun darah, elektrolit serta analisa gas darah, keton /aceton urine, asam laktat darah, insulin darah, dan lain-lain.
Daftar Pustaka
1. Dods R.F, Diabetes Mellitus, In Clinical Chemistry: Theory, Analysis, Correlation, Eds, Kaplan L.A, Pesce A.J, 3rd Edition, Mosby Inc, USA, 1996:613-640
2. Sacks D.B., Carbohydrates, In Tietz Fundamentals of Clinical Chemistry, Eds Burtis C.A, Ashwood E.R, 5th Edition, W.B. Saunders Company, USA, 2001:427-461
3. Foster D.W, Diabetes Mellitus, In Harrison’s Principles of Internal Medicine, Eds Fauci, Braunwald, Isselbacher, et al, 14th Edition, McGraw-Hill Companies, USA, 1998:623-75
4. Hendromartono, Consensus on The Management of Diabetes Mellitus (Perkeni 1998), In Surabaya Diabetes Update VI, Eds Tjokroprawiro A, Hendromartono, Sutjahjo A, Tandra H., Pranoto A., Surabaya, 1999:1-14
5. Kaplan, L.A., Laboratory Approaches, In Method’s in Clinical Chemistry, Eds Amadeo J, Kaplan L.A., 1987:94-96
6. Tabaei B.P., Al-Kassab A.S., Ilag L.L., et al, Does Microalbuminuria Predict Diabetic Nephropathy?, Diabetes Care, 24:9, 2001:1560-1566
7. Alberti K.G.M.N., Zimmet P., DeFronzo R.A., International Textbook of Diabetes Mellitus, Second Edition, John Wiley & Sons Ltd., England, 1997:1027-1074
8. Kaplan, L.A, Carbohydrates and Metabolites, In Method’s in Clinical Chemistry, Eds Amadeo J, Kaplan L.A., 1989:850-856
9. Landt M., Glyceraldehide Preserves Glucose Concentrations in Whole Blood Specimens, Clinical Chemistry, 46:8, 2000:1144-1149
10. King, M.E., Glycosylated Hemoglobin, In Method’s in Clinical Chemistry, Eds Amadeo J, Kaplan L.A., 1987:113-116
11. Peterson, K.P., Pavlovich J.G., Goldstein D., et al., What is Hemoglobin A1c? An Analysis of Glycated Hemoglobins by Electrospray Ioni-zation Mass Spectrometry, Clinical Chemistry, 44:9, 1998:1951-1958
12. Gendler, S.M., Albumin, In Method’s in Clinical Chemistry, Eds Amadeo J, Kaplan L.A., 1987:1066-1073
13. Larson, T.S., Santanello N., Shahinfar S., O’Brien P.C., et al, Trend in Persistent Proteinuria in Adult-Onset Diebetes, Diabetes Care, 23:1, 2000:51-56
14. Mogensen C.E., Viberti G.C., Peheim E., Kutter D., et al, Multicenter Evaluation of Micral-Test II Test Strip, an Immunologic Rapid Test for the Detection of Microalbuminuria, Diabetes Care, 20:11, 1997:1642-1646
15. Newman D, Price C.P, Renal Function, In Tietz Fundamentals of Clinical Chemistry, Eds Burtis C.A, Ashwood E.R, 5th Edition, W.B. Saunders Company, USA, 2001:698-722
16. Pedrinelli R., Glampletro O., Carmassi F., Melillo E., et al, Microalbuminuria and Endothelial Dysfunction In Essential Hypertension, Lancet, 344, 1994:14-18
17. Yogiantoro M., Management of Diabetic Nephropathy, In Surabaya Diabetes Update VI, Eds Tjokroprawiro A, Hendromartono, Sutjahjo A, Tandra H., Pranoto A., Surabaya, 1999:63-68
18. Rifai N, Albers J.J., Bachorik P.S, Lipids, Lipoproteins and Apolipoproteins, In Tietz Fundamentals of Clinical Chemistry, Eds Burtis C.A, Ashwood E.R, 5th Edition, W.B. Saunders Company, USA, 2001:462-493
19. Naito, H.K., Cholesterol, In Method’s in Clinical Chemistry, Eds Amadeo J, Kaplan L.A., 1987:1156-1176
20. Naito, H.K., High-density Lipoprotein (HDL) Cholesterol, In Method’s in Clinical Chemistry, Eds Amadeo J, Kaplan L.A., 1987:1179-1192
21. Naito, H.K., Triglycerides, In Method’s in Clinical Chemistry, Eds Amadeo J, Kaplan L.A., 1987:1215-1226


2 thoughts on “Pemeriksaan Laboratorium Penderita Diabetes Mellitus”

Leave a Reply



22.15 | 0 komentar | Read More

tanda dan gejala diabetes

Tanda-tanda diabetes harus kita ketahui sejak dini untuk mencegah penyakit diabetes agar tidak merusak organ tubuh lainnya. Saya akan mencoba menjelaskan bagaimana ciri dari penyakit karena kelebihan kadar gula darah dalam tubuh ini.
Penyebab diabetes biasanya terjadi akibat dari pola makan yang tidak sehat. Pola makan yang buruk terjadi akibat kita mamakan-makanan sembarangan yang tidak sesuai dengan kandungan gizi yang baik untuk tubuh. Misalnya es krim, coklat, gorengan dan lain sebagainya.
Untuk mencegah diabetes kamu harus benar-benar menjaga pola makan, jangan sampai makanan dapat menganggu kesehatan kamu. Ingat juga, jangan terlalu banyak memakan makanan yang mengandung gula terlalu banyak.

Gejala diabetes bisa kita lihat dari ciri-ciri sebagai berikut ini:

1. Keseringan Kencing Atau Buang Air
Jika kita sering sekali buang air kecil atau kencing, maka bisa jadi kita terkena penyakit gula. Periksalah kedokter untuk memastikan apakah tubuh kita terkena serangan diabetes.
2. Jika terkena luka, mudah membusuk
Luka juga banyak sekali jenisnya, tapi saya akan ambil contoh misalnya digigit nyamuk. Luka akibat nyamuk bagi penderita diabetes akan sulit sembuh. Biasanya cenderung membusuk dan bernanah. Oleh karena itu, sebaiknya kamu harus menjaga agar tubuh tidak terluka akibat apapun.
Baca: Menghilangkan Bekas Luka
3. Nafsu Makan Yang Tinggi
Ketika diabetes menyerah tubuh, maka nafsu makan kamu juga akan meningkat. Ciri ini biasanya diawali dengan kamu suka ngemil atau makan nasi terlalu banyak. Kamu harus berhati-hati terhadap gejala awal ini.
4. Badan Mudah Lemes
Jika melakukan aktivitas, badan kamu akan terasa lemes dan bawaannya ingin tidur terus. Jika sudah mengalami tingkat kelemesan yang luar biasa, maka kamu wajib memeriksakan diri ke dokter agar kamu mengetahui menderita penyakit apa.
5. Badan Jadi Kurus dan Kerempeng
Meskipun nafsu makan kamu tinggi, namun tidak membuat badan kamu menjadi gemuk. Jika sudah terkena diabetes, maka badan kamu akan kurus kerempeng dan mudah sakit. Jika sudah begini, kamu harus berhati-hati terhadap penyakit komplikasi.
6. Mudah lelah
Faktor lain yang menjadi ciri diabetes adalah tubuh akan terasa mudah lelah. Kelelahan bisa terjadi karena tubuh kehilangan hormon yang terlalu banyak akibat gula darah meningkat. Jika sudah terjadi gejala seperti ini, sebaiknya kamu memperbanyak olahraga. Setidaknya 30 menit sehari.
Itu adalah 6 ciri-ciri gejala diabetes. Kamu harus selalu memperhatikan kesehatan agar tidak mudah terkena penyakit berbahaya ini. Jika sudah terkena diabetes, maka akan sulit disembuhkan.
Untuk menyembuhkan diabetes, banyak cara pencegahan yang bisa dilakukan. Saya akan mencoba menerangkan bagaimana kita bisa melakukan pencegahan penyakit diabetes ini. Sebagai berikut.

Mencegah Diabetes

Kencing manis atau gula darah dapat dicegah dengan berbagai cara, salah satunya adalah mengatur asupan gula yang kita konsumsi setiap hari. Namun, sebaiknya menggunakan beberapa faktor yang dapat mengurangi penyakit ini sebagai berikut:
1. Kurangi Asupan Gula Pada Makanan
Perhatikan makanan yang mengandung gula, ternyata gula menjadi faktor utama dari penyakit kencing manis ini. Kamu dapat menurunkan gula dalam tubuh dengan tidak terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung gula.
2. Makan Sayuran Sebanyak Mungkin
Sayuran banyak sekali mengandung manfaat yang baik bagi tubuh. Terutama untuk mencegah kencing manis ini. Sayuran yang baik adalah yang berasal dari alam dan tentunya lebih fresh. Contoh sayuran yang baik bagi penderita diabetes adalah Tomat, Wortel, Buncis, dan Pare

3. Olahraga Teratur
Usahakan kamu bisa melakukan olahraga secara rutin, misalnya seperti berlari, bersepeda, berenang dan lain sebagainya. Sebaiknya kamu menyisakan waktu 30 menit untuk olahraga. Hal ini diperlukan agar metabolisme dalam tubuh terjaga dan semakin banyak keringat yang keluar, maka semakin baik bagi tubuh.
4. Pemeriksaan gula darah Ke dokter Secara Rutin
Untuk mengetahui kadar gula dalam tubuh, kamu harus rutin memeriksakan ke dokter. Hal ini untuk mengantisipasi asupan makanan yang kamu makan. Jika gula sudah lebih dari normal, maka kamu perlu obat khusus yang berasal dari dokter.
Pencegahan diabetes bisa kita lakukan dengan cara-cara sederhana seperti yang saya sebutkan tadi. Tapi sebaiknya yang paling penting adalah kamu harus tetap menjaga asupan makanan yang mengandung gula.

Makanan Penyebab Diabetes

Banyak makanan yang ternyata juga sebagai dalam timbulnya penyakit gula ini. Seperti yang saya bilang, kadar gula yang terkandung dalam makanan instan biasanya lebih tinggi, sehingga jangan sering memakan makanan yang manis. Sebagai berikut jenis makanannya:
  • Eskrim
  • Coklat
  • Permen karet
  • Minuman instan seperti teh kotak, etc
  • Gorengan
  • Kopi
  • DLL
22.12 | 0 komentar | Read More

gungsi hipotalamus

Hipotalamus terletak di permukaan bawah otak. Itu terletak tepat di bawah thalamus dan di atas kelenjar pituitari, yang terpasang dengan tangkai. Ini merupakan bagian yang sangat kompleks dari otak mengandung banyak daerah dengan fungsi yang sangat khusus. Pada manusia, hipotalamus adalah sekitar ukuran kacang polong dan menyumbang kurang dari 1% dari berat otak.

Apa fungsi hipotalamus?

Salah satu fungsi utama dari hipotalamus adalah untuk mempertahankan homeostasis, yaitu, untuk menjaga tubuh manusia di sebuah kandang, kondisi konstan.
Hipotalamus merespon berbagai sinyal dari lingkungan internal dan eksternal termasuk suhu tubuh, rasa lapar, perasaan yang penuh setelah makan, tekanan darah dan kadar hormon dalam sirkulasi.
Hal ini juga merespon stres dan mengendalikan ritme tubuh kita sehari-hari seperti sekresi malam waktu melatonin dari kelenjar pineal dan perubahan kortisol (hormon stres) dan suhu tubuh selama 24 jam. Hipotalamus mengumpulkan dan menggabungkan informasi ini dan menempatkan perubahan di tempat untuk memperbaiki ketidakseimbangan.

Hormon apa menghasilkan hipotalamus?

Ada dua set sel-sel saraf di hipotalamus yang menghasilkan hormon. Satu set mengirimkan hormon yang mereka hasilkan turun melalui tangkai hipofisis ke lobus posterior kelenjar hipofisis di mana hormon ini dilepaskan langsung ke aliran darah.
Hormon-hormon ini adalah hormon anti-diuretik dan oksitosin. Hormon anti-diuretik menyebabkan reabsorpsi air pada ginjal dan oksitosin merangsang kontraksi rahim saat melahirkan dan penting dalam menyusui.
Set lain sel saraf menghasilkan merangsang dan menghambat hormon yang mencapai lobus anterior dari kelenjar pituitari melalui jaringan pembuluh darah yang berjalan ke bawah melalui tangkai hipofisis.
Ini mengatur produksi hormon yang mengontrol gonad, kelenjar tiroid dan adrenal korteks, serta produksi hormon pertumbuhan, yang mengatur pertumbuhan, dan prolaktin, yang penting untuk produksi susu.
Hormon-hormon yang diproduksi di hipotalamus yang corticotrophin-releasing hormon, dopamin, hormon pertumbuhan-releasing hormone, somatostatin, gonadotropin-releasing hormone dan thyrotrophin-releasing hormon.

Apa yang bisa salah dengan hipotalamus saya?

Fungsi hipotalamus dapat dipengaruhi oleh trauma kepala, tumor otak, infeksi, pembedahan, radiasi dan kekurangan gizi. Hal ini dapat menyebabkan gangguan keseimbangan energi dan termoregulasi, irama tubuh tidak teratur, (insomnia) dan gejala defisiensi hipofisis akibat hilangnya kontrol hipotalamus.
Kekurangan hipofisis (hipopituitarisme) akhirnya menyebabkan kekurangan hormon yang dihasilkan oleh gonad, korteks adrenal dan kelenjar tiroid, serta hilangnya hormon pertumbuhan.
Apa Fungsi Hipotalamus?
Apa Fungsi Hipotalamus?
Kurangnya produksi hormon anti-diuretik oleh hipotalamus menyebabkan diabetes insipidus. Dalam kondisi ini ginjal tidak dapat menyerap air, yang menyebabkan produksi berlebihan encer urin dan jumlah yang sangat besar minum.
21.58 | 0 komentar | Read More

pengertian dan fungsi kelenjar hifosis

Kelenjar pituitari adalah kelenjar seukuran kacang. Itu duduk di sela tursika ('pelana Turki'), cekungan tulang di dasar tengkorak, di bawah otak dan di belakang batang hidung.
Meskipun kelenjar pituitari terlihat seperti kelenjar, sebenarnya memiliki dua bagian yang berbeda, hipofisis kelenjar anterior dan posterior kelenjar hipofisis.
Kelenjar ini melekat pada hipotalamus, bagian dari otak yang mengontrol aktivitasnya. Bagian anterior dari kelenjar hipofisis terdiri dari sel-sel kelenjar, yang terhubung ke otak oleh pembuluh darah yang sangat singkat.
Kelenjar pituitari sebenarnya adalah bagian dari otak dan mengeluarkan hormon langsung ke dalam aliran darah di bawah komando otak.

Apa fungsi kelenjar hipofisis?

Kelenjar pituitari disebut ‘master kelenjar’ sebagai hormon menghasilkan kontrol begitu banyak proses yang berbeda dalam tubuh. Indera kebutuhan tubuh dan mengirimkan sinyal ke berbagai organ dan kelenjar di seluruh tubuh untuk mengatur fungsi mereka dan menjaga lingkungan yang sesuai.
Ini mengeluarkan berbagai hormon ke dalam aliran darah yang bertindak sebagai utusan untuk mengirimkan informasi dari kelenjar pituitari sel yang jauh, mengatur aktivitas mereka. Misalnya, kelenjar pituitari menghasilkan prolaktin, yang bekerja pada payudara untuk merangsang produksi susu.
Kelenjar pituitari juga mengeluarkan hormon yang bekerja pada kelenjar adrenal, kelenjar tiroid, ovarium dan testis, yang pada gilirannya menghasilkan hormon lainnya. Melalui produksi hormon yang, kelenjar pituitari mengontrol metabolisme, pertumbuhan, kematangan seksual, reproduksi, tekanan darah dan banyak fungsi fisik penting lainnya dan proses.[

Hormon apa menghasilkan kelenjar pituitari?

Kelenjar pituitari anterior menghasilkan hormon berikut dan melepaskan mereka ke dalam aliran darah:
Hormon adrenokortikotropik, yang merangsang kelenjar adrenal untuk mengeluarkan hormon steroid, terutama kortisol
Hormon pertumbuhan, yang mengatur komposisi pertumbuhan, metabolisme dan tubuh
Hormon luteinising dan follicle merangsang, juga dikenal sebagai gonadotropin. Mereka bertindak pada indung telur atau testis untuk merangsang produksi hormon seks, dan telur dan kematangan sperma.
Prolaktin, yang merangsang produksi ASI
Thyroid stimulating hormone, yang merangsang kelenjar tiroid untuk mengeluarkan hormon tiroid.
Ada juga beberapa hormon yang dihasilkan oleh hipotalamus dan kemudian disimpan dalam kelenjar pituitari posterior sebelum dilepaskan ke dalam aliran darah. Ini adalah:
Hormon anti-diuretik, yang mengontrol keseimbangan air dan tekanan darah. Hal ini dibuat oleh hipotalamus, tetapi disimpan dalam kelenjar hipofisis posterior sebelum dilepaskan ke dalam aliran darah.[
Oksitosin, yang merangsang kontraksi rahim selama persalinan sekresi dan susu selama menyusui. Hal ini dibuat oleh hipotalamus, tetapi disimpan dalam kelenjar hipofisis posterior sebelum dilepaskan ke dalam aliran darah.
Masing-masing hormon ini dibuat oleh jenis terpisah dari sel dalam kelenjar hipofisis, kecuali folikel merangsang hormon dan hormon luteinising, yang dibuat bersama oleh sel yang sama.
Pengertian dan Fungsi Kelenjar Hipofisis
Pengertian dan Fungsi Kelenjar Hipofisis

Apa yang bisa salah dengan kelenjar pituitary saya?

Kelenjar pituitari adalah kelenjar penting dalam tubuh dan hormon menghasilkan melaksanakan tugas-tugas yang bervariasi dan mengatur fungsi organ lainnya. Ini berarti bahwa gejala yang dialami ketika kelenjar pituitari berhenti bekerja dengan benar dapat bervariasi tergantung pada hormon dipengaruhi.
Kondisi yang mempengaruhi kelenjar pituitari langsung dapat dibagi menjadi tiga kategori utama:
Kondisi yang menyebabkan kelenjar pituitari untuk menghasilkan terlalu banyak dari satu atau lebih hormon (s). Contohnya termasuk acromegaly, penyakit Cushing dan prolaktinoma.
Kondisi yang menyebabkan kelenjar pituitari untuk menghasilkan terlalu sedikit dari satu atau lebih hormon (s). Contohnya termasuk kekurangan hormon pertumbuhan dewasa, diabetes insipidus atau hipopituitarisme.
Kondisi yang mengubah ukuran dan / atau bentuk kelenjar pituitari. Contohnya termasuk sindrom sella kosong.
Sebuah jenis sel dapat membelah dan kemudian membentuk benjolan jinak kecil yang dikenal sebagai tumor, dan pasien kemudian mungkin menderita dari efek terlalu banyak hormon sel menghasilkan. Jika tumor tumbuh sangat besar, meskipun masih jinak, mungkin labu sel sekitarnya dan menghentikan mereka bekerja (hipopituitarisme), atau mendorong ke atas dan mengganggu penglihatan – cacat bidang visual. Sangat jarang, tumor dapat berkembang ke samping dan menyebabkan penglihatan ganda karena mempengaruhi saraf yang mengontrol gerakan mata. Perlu ditekankan bahwa bahkan ketika tumor ini besar, mereka biasanya tetap cukup jinak dan sangat jarang menyebar ke bagian lain dari tubuh.
21.56 | 0 komentar | Read More

macam-macam hormon bagian 2

Written By iqbal_editing on Jumat, 30 Desember 2016 | 06.38

17. Dihidrostestoteron (DHT) (hormone s*ks androgen atau laki-laki)

Terdapat di dalam enzim 5a-reduktase. Berfungsi meningkatkan produksi hormone yang terdapat di prostat, folikel rambut, testis, dan pada kelenjar adrenal. Bertugas bertanggung jawab untuk pola kebotakan laki-laki. Berperan serta dalam pertumbuhan prostat (benih prostatic hyperplasia dan serta kanker prostat) dan diferensiasi.

18. Endotelin (Suatu jenis protein)

Terdapat sel x perut. Berfungsi mendorong kontraksi halus otot-otot perut.

19. Enkephalin (Endorfin)

Terdapat dalam ginjal. Berfungsi sebagai pengaturan nyeri.

20. Estradiol (E2) (Hormon s*ks)

Terdapat di testis pada laki-laki dan pada perempuan ovarium. Berfungsi pada laki-laki sebagai pencegah apoptosis (kematian sel deprogram) dari sel germinal. Dan pada wanita adalah berperan dalam pembekuan darah dan keseimbangan cairan, sebagian jenis-jenis kanker payudara, paru-paru dapat berfungsi dengan baik, kesehatan pada pembuluh darah dan kulit, dll, kemudian dapat meningkatkan aktivitas pembakaran lemak, pertumbuhan rahim dan endometrium, serta pembentukan tulang, dll. Hal ini dapat  menyebabkan dalam menentukan tinggi badan tubuh anda, dapat membantu massa otot menjadi lebih rendah, dan mengurangi gerakan di dalam usus. Hal ini mereaksikan sintesis protein dan dapat meningkatkan kolesterol baik, trigliserida, kortisol, serta hormone pertumbuhan dll.

21. Estron (E1) (hormone s*ks, jenis estrogen)

Terdapat di dalam ovarium dan jaringan adipose. Berfungsi sebagai pembantu menjaga dalam kesehatan dengan menyeluruhan, terutama kesehatan wanita menopause dan dapat membuat penyakit tertentu pergi.

22. Estradiol (E3) (hormone s*ks, jenis estrogen)

Terdapat di dalam plasenta selama kehamilan. Berfungsi sebagai pembantu menjaga rahim diam selama kehamilan.
31 Macam Jenis Hormon Manusia Beserta Fungsinya Lengkap

23. Folicle-stimulating hormone (FSH)

Terdapat di dalam kelenjar hipofisis anterior. Berfungsi dalam proses pematangan folikel graafian di ovarium . Dapat mereaksikan spermatogenesis dan merangsang produksi protein antrogen serta mengikat dalam testis, pada pria dapat mengatur pertumbuhan, pubertas dan proses reproduksi di dalam tubuh lainnya.

24. Growth hormone-releasing hormone (GHRH) (faktor pertumbuhan hormone pelepas (GRF atau GHRF))

Terdapat pada hipotalamus. Berfungsi untuk memicu pelepasan hormone pertumbuhan di kelenjar hipofisis anterior.

25. Thyroid-stimulating hormone (TSH) (Thyrotropin)

Terdapat dalam kelenjar hipofisis anterior. Berfungsi untuk mengatur pelepasan tiroksin (T4) dan triiodothyronime (T3).

26. Insulin

Berada dalam sel beta pancreas. Berfungsi mengatur metabolism karbohidrat dan lemak, dapat membantu dalam menjaga kadar glukosa darah yaitu dengan cara meningkatkan penyerapan glikosa yang ada dalam sel-sel hati, otot, dan jaringan lemak. Glukosa yang disimpan di bentuk dalam glikogen otot dan hati. Insulin dapat menghambat pelepasan glucagon dan tidak dapat memungkinkan tubuh menggunakan lemak yang sebagai sumber energy dengan cara melibatkan proses metabolisme.

27. Testosteron (hormone s*ks laki-laki) (hormone steroid)

Terdapat di testis pada laki-laki dan ovarium pada wanita, dalam kelenjar adrenal Berfungsi menentukan kepadatan di tulang, mementukan kekuatan pada massa otot. Hal ini berperan di dalam pertumbuhan bentuk jakun, jenggot, dan rambut ketiak, bulu dada, rambut kaki, dll. dan dalam perubahan tersebut mengenai pendalaman suara, pubertas (pematangan organ s*ksual, serta pengembangan skrotum, libido, dll.

28. Luteinizing hormone (LH) (lutropin)

Terdapat di hipofisis anterior. Berfungsi mengatur ovulasi pada wanita, dan pada laki-laki testosterone yang diproduksi dalam testis dengan adanya hormon.

29. Epinefrin (EPI) (Adrenalin, hormone dan neurotransmitter)

Terdapat di medula adrenal. Berfungsi menentukan lari atau melawan respon, dapat meningkatkan pasokan oksigen dan glukosa ke otak dan otot dengan cara meningkatkan denyut jantung dan volume stroke, dapat meningkatkan katalisis dari glikkogen di dalam hati, dll. Fungsi lainnya adalah dapat mendorong relaksasi atau kontraksi otot polos bergantung dari jaringan. Dan hal ini dapat merangsang dalam pemecahan lipid di dalam sel emak dan menekan aktivitas yang terdapat di system kekebalan tubuh.

30. Calcitriol (1,25-Dihydroxyvitamin D3)

Terdapat di kulit atau tubulus proksimal ginjal. Berfungsi mengontrol pengiriman kalsium dari darah ke urin oleh ginjal, dapat meningkatkan penyerapan kalsium di usus ke dalam darah dan dapat membantu mereaksikan pelepasan kalsium ke dalam darah yang berasal dari tulang. Hal ini menghambat pelepasan yang berasal dari kalsitonin.

31. Antimullerian hormone (AMH)

Sejenis protein, dan sebagai faktor penghambat Mulleriam (MIF) berada di testis. Fungisnya adalah pembatasan sekresi prolaktin dan TRH di hipofisis anterior, serta dapat menghambat perkembangan di dalam saluran Mullerian ke dalam rahim.
06.38 | 0 komentar | Read More

macam-macam hormon

1. Adiponektin (Acrp30)

Jenis protein yang berasal dari jaringan adipose atau lemak yang ada di dalam tubuh. Fungsinya adalah Mengontrol sebagian proses dalam metabolism seperti regulasi glukosa dan katabolisme lipid, lalau membantu dalam mencegah penyakit misalnya seperti aterosklerosis, obesitas, penyakit hati berlemak non-alkohol (NAFLD) , diabetes tipe-2 dll.

2. Aldesteron (Hormon steroid)

Adalah bagian luar dari korteks adrenal kelenjar adrenal. Berfungsi untuk mengorong reabsorpsi natrium di dalam ginjal dan dapat meningkatkan volume darah, sehingga pelepasan kalium dan hydrogen dapat melalui ginjal, meningkatkan kadar retensi air dan kenaikan tingkat tekanan dalam darah.

3. Androstenedion (4-androstenedion dan 17- ketoestosterone)

Berada di Kelenjar adrenal dan gonad. Berfungsi sebagai pendorong produksi estrogen di sel granulosa dengan cara menyediakan substrat andtrostenedion.

4. Hormon antidiuretik (ADH) (Vasopresion arginine vasopressin)

Berada dalam hipofisis posterior. Berfungsi mengeluarkan ACTH di hipofisis anterior, dapat menyebabkan vasokontriksi sampai ke tingkat menengah, dan dapat menyebabkan retensi air dalam ginjal.

5. Angipstensinogen dan angiostensin (AGT)

Berada di hati. Berfungsi mengeluarkan aldosteron dari korteks adrenal dipsogen, dan dapat menyebabkan vasokonstriksi atau penyempitan pembuluh darah

6. Hormon adrenokortikotropik (ACTH)

Terdapat di dalam komponen dari sumbu hipotalamus –hipofisis-adrenal hipofisis anterior. Berfungsi meningkatkan penyerapan lipoprotein ke dalam sel kortikal sehingga dapat lebih banyak kolesterol yang tersedia untuk dapat sel-sel korteks adrenal. Dapat mendorong pengangkutan kolesterol di dalam mitokondria dan dapatmerangsang hidrolisis. Hal ini yang dapat memainkan peran dalam sintetis dan sekresi gluco serta meneralo kortikosteroid dan steroid androgenic.

7. Antimullerian hormone (AMH) (sejenis protein, juga dikenal sebagai factor penghambat mullerian (IMF))

Terdapat di dalam testis. Berfungsi sebagai pembatasan sekresi prolaktin dan TRH dari hipofisis anterior, dan dapat menghambat perkembangan saluran Mullerian ke dalam rahim

8. Atrial-natriuretic peptide (ANP) (Atriopeptin)

Terdapat di dalam jantung. Berfungsi meningkatkan laju filtrasi glomerulus (GFR), yang mengarah ke ekskresi besar membawa natrium dan air, dan meningkatkankan pelepasan asam lemak yang berasal dari jaringan adipose

9. Brain natriuretic peptide (BNP) (Tipe B peptide natriuretik)

Berasal dari jantung. Berfungsi untuk menurunkan tekanan darah karena dapat membantu dalam mengurangi resistensi pembuluh darah sistemik, dan dapat menurunkan tingkat darah air, sodium dan lemak

10. Calcidiol (25-Hidroksivitamin D3 atau bentuk tidak aktif vitamin D3)

Berasal dari kulit/tubulus proksimal ginjal. Berfungsi untuk mengetahui status vitamin D, dan dapat mendorong penyerapan kalsium di usus

11. Kalsitonim (CT) (Bentuk aktif dari vitamin D3)

Terdapat di dalam kelenjar tiroid. Berfungsi menurunkan kadar kalsium darah dengan cara menghambat penyerapan kalsium di dalam usus, dan menghambat penyerapan kalsium di  dalam ginjal sehingga dapat mempromosikan ekskresi kalsium yang melalui urin hal ini dapat mencegah aktifitas osteoklas yang berada di tulang dan berperan dalam regulasi vitamin.

12. Cholecystokinin (CCK) (hormon peptide)

Terdapat di duodenum (usus 12 jari, bagian awal usus kecil). Berfungsi mendorong pelepasan enzim di dalam pencernaan di pancreas dan empedu di kantong empedu, berperan aktif dalam menekan kelaparan untuk toleransi obat yang bertanggung jawab untuk dalam sistem pencernaan dan kenyang yang tepat.

13. Hormon corticotrophin, releasing (CRH) (corticoliberin, hormone polipeptida dan neurotrotransmiter)

Terdapat di hipotalamus. Berfungis untuk respon stress, dengan mereaksikan pelepasan ACTh dari hipofisis anterior, dan dapat menentukan periode kehamilan dan merangsang terjadinya nifas dan waktu pengiriman.

14. Kortisol (hormone steroid) (Glukokortikoid)

Terdapat di dalam korteks adrenal. berfungsi menghasilkan respon stress dan tingkat glukokortikoid darah dapat menurun, sebagai pengatur metabolism glukosa, dan dapat menekan system kekebalan tubuh. Untuk mendorong metabolism lemak, protein, dan karbohidrat, mengurangi pembentukan tulang. Dapat merangsang pematangan paru-paru janin.

15. Dhydroepiandrosterone (DHEA) (hormone steroid)

Berada di dalam testis, ginjal, ovarium. Berfungsi dan berperan mevirialisasi (perubahan prenatal yang di gunakan mentukan jenis kelamin, perubahan postnatal penyebab pubertas laki-laki norma, serta efek dari banyaknya androgen pada anak perempuan) dan merupakan anabolisme (melibatkan proses ke perkembangan dalam organ dan jaringan)

16. Dopamin (DPM/PIH/DA) (prolaktin penghambat hormone)

Terdapat di dalam hipotalamus dan ginjal. Berfungsi menentukan perilaku, kognisi dan gerakan sadar. Dapat meningkatkan tekanan yang ada pada denyut jantung dan tekanan darah. Dapat berperan fitur psikologis misalnya dalam motivasi hukuman dan imbalan. Dan dapat mengontrol pola tidur, memori kerja, mood, serta konsentrasi dan keterampilan belajar.
06.37 | 0 komentar | Read More

syndrom mcgune-albright

Sindrom McCune-Albright, juga dikenal sebagai sindrom Albright, adalah kompleks kelainan genetik yang mempengaruhi sistem tulang, kulit, dan endokrin.
Ini pertama kali dijelaskan pada tahun 1937 oleh Donovan James McCune dan Fuller Albright . [1] [2] [3]

Tanda dan gejala

sindrom McCune-Albright dicurigai ketika satu atau lebih dari fitur berikut yang hadir:
Dalam sindrom ada patah tulang dan kelainan bentuk kaki, lengan dan tengkorak, patch pigmen yang berbeda pada kulit, dan awal pubertas dengan peningkatan laju pertumbuhan.
Sekitar 20-30% dari displasia fibrosa yang poliostotik, yang berarti displasia fibrosa dan tulang sklerotik yang hadir di beberapa situs; dua pertiga dari pasien poliostotik sebelum usia sepuluh. Penyakit ini sering melibatkan tengkorak dan wajah tulang, panggul , tulang belakang dan bahu korset. Situs keterlibatan adalah femur (91%), tibia (81%), pelvis (78%), tulang rusuk, tulang tengkorak dan tulang wajah (50%), ekstremitas atas, tulang belakang lumbal, klavikula , dan tulang belakang leher, dalam urutan menurun frekuensi. Pola kraniofasial dari penyakit ini terjadi pada 50% pasien dengan bentuk poliostotik displasia fibrosa.
Peningkatan produksi hormon oleh kelenjar diatur oleh protein G sistem ini disebabkan mutasi pada gen yang menyebabkan aktivasi terus menerus dari stimulasi protein G . Hal ini menyebabkan apa yang disebut "produksi otonom" hormon, termasuk hormon tiroid, kortisol, estrogen dan hormon pertumbuhan. Oleh karena itu, hipertiroidisme , sindrom Cushing , pubertas prekoks pada wanita dengan prematur thelarche (pertumbuhan payudara), dini menarche (awal fungsi menstruasi), peningkatan kecepatan pertumbuhan dan hormon pertumbuhan berlebih dapat terjadi. Peningkatan konsentrasi serum estrogen berkorelasi dengan besar kista ovarium . kista ovarium muncul dan menghilang dengan mengubah konsentrasi estrogen, menyebabkan perdarahan menstruasi saat estrogen menurun.
sindrom McCune-Albright memiliki berbagai tingkat keparahan. Misalnya, satu anak dengan sindrom McCune-Albright mungkin sama sekali sehat, dengan tidak ada bukti luar masalah tulang atau endokrin, memasuki pubertas mendekati usia normal, dan tidak memiliki pigmentasi kulit yang tidak biasa. Diagnosis hanya dapat dilakukan setelah puluhan. Dalam kasus lain, anak-anak yang didiagnosis pada awal masa bayi, acara penyakit tulang yang jelas, dan peningkatan sekresi endokrin jelas dari beberapa kelenjar.

Genetika

Genetik, ada mutasi postzygotic (mutasi spontan) dari gen GNAS1 , pada panjang (q) lengan kromosom 20 pada posisi 13,3, yang terlibat dalam G-protein signaling. [4] mutasi ini, sering mosaicism , mencegah downregulation dari cAMP signaling.

Manajemen

Kasus menonjol

Mauricio Saravia, seorang seniman Uruguay dengan penyakit
Penyakit ini menjadi berita utama pada bulan Desember 2005 ketika sebuah Haiti remaja terpengaruh dengan penyakit, Marlie Casseus , menjalani 17 jam darurat prosedur pembedahan untuk menghapus 7 kg (16 pon) pertumbuhan tumor-seperti tulang dari wajahnya. Serangkaian operasi di Rumah Sakit Holtz Children di Miami, Florida dipulihkan wajah anak untuk proporsi yang lebih normal. [5]
06.36 | 0 komentar | Read More
 
berita unik